Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fenomena Hujan Es: Kenapa Bisa Terjadi? Berikut Penjelasan BMKG

Kompas.com - 06/03/2021, 15:30 WIB
Mela Arnani,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

Partikel es dan partikel air super dingin akan bercampur dan teraduk-aduk akibat proses updraft dan downdraft hingga membentuk butiran es yang semakin membesar.

Saat butiran es sudah terlalu besar, maka pergerakan massa udara naik tersebut tidak akan mampu lagi mengangkatnya sehingga butiran es akan jatuh ke permukaan bumi menjadi hail/hujan es.

Strong updraft di suatu daerah dapat terbentuk akibat adanya pemanasan matahari yang intens, pemanasannya sangat optimal/kuat, antara pagi hingga siang hari, serta dapat dipengaruhi oleh topografi suatu daerah.

  • Tingkat pembekuan yang rendah

Adanya lapisan yang tingkat pembekuan yang lebih rendah, dikenal dengan istilah Lower Freezing Level.

Pada fenomena hujan es/hail, lapisan tingkat pembekuan (freezing level) mempunyai kecenderungan turun lebih rendah dari ketinggian normalnya.

Hal ini menyebabkan butiran es yang jatuh ke permukaan bumi tidak mencair sempurna.

Lapisan tingkat pembekuan (freezing level) merupakan lapisan pada tinggian tertentu diatas permukaan bumi dimana suhu udara bernilai nol derajat celsius.

Pada ketinggian ini, butiran air umumnya akan membeku menjadi partikel es.

Di Indonesia, umumnya lapisan tingkat pembekuan (freezing level) berada pada kisaran ketinggian antara 4-5 km diatas permukaan laut.

Baca juga: Terjadi di Sejumlah Daerah, Bagaimana Proses Terjadinya Hujan Es?

Sifat fenomena hujan es

Hujan baru dikatakan hujan es jika memenuhi sifat-sifat fenomena hujan es atau hail :

  1. Sangat lokal.

  2. Luasannya berkisar 5-10 km.

  3. Waktunya singkat sekitar kurang dari 10 menit.

  4. Lebih sering terjadi pada peralihan musim, dapat dimungkinkan terjadi pada musim hujan dengan kondisi cuaca sama seperti masa transisi atau pancaroba.

  5. Lebih sering terjadi antara siang dan sore hari.

  6. Tidak bisa diprediksi secara spesifik, hanya bisa diprediksi 0.5-1 jam sebelum kejadian jika melihat atau merasakan tanda-tandanya dengan tingkat keakuratan < 50 persen.

  7. Hanya berasal dari awan Cumulonimbus, tetapi tidak semua awan Cb menimbulkan hujan es atau hail.

  8. Kemungkinannya kecil untuk terjadi kembali di tempat yang sama dan dalam waktu yang singkat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com