Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[KLARIFIKASI] PCR dan Rapid Test Disebut Tak Tepat Baca Infeksi Virus

Kompas.com - 25/02/2021, 18:33 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

Untuk poin kedua ini, Windhu mengatakan, meskipun tes cepat antibodi tidak tepat untuk mendeteksi infeksi Covid-19, namun metode tes ini mampu mengenali atau mengidentifikasi jenis virus corona.

"Itu tidak sepenuhnya benar, karena rapid test antibodi itu sebenarnya mengecek antibodi spesifik untuk Covid-19," kata dia.

3. Orang flu saat lakukan rapid tes hasilnya mungkin positif, karena antibodi muncul...

Poin ketiga ini juga dinilai Windhu tidak tepat karena tes cepat antibodi bisa mengenali virus yang dideteksi.

"Antibodinya spesifik, jadi bukan antibodi-antibodi lain di luar Covid-19 (yang dideteksi), ya memang Covid-19. Enggak begitu (flu akan positif rapid tes antibodi), karena kalau flu nanti kan antibodinya spesifik antibodi flu, bukan antibodi Covid-19," jelas Windhu.

4. Tes PCR hanya menunjukkan keberadaan/adanya virus tanpa bisa membedakan apakah virus itu hidup atau mati, dan tidak bisa juga mengetahui jenis virus apa yang ada di dalam tubuh.

Untuk poin keempat, Windhu membantah bahwa tes PCR tidak bisa membedakan virus corona dan virus yang lainnya.

"PCR bisa menunjukkan virus itu virus apa, virus Covid-19 atau bukan. Kalau bukan ya dia enggak akan positif (hasilnya)," ujar dia.

Namun, Windhu membenarkan bahwa metode ini tidak bisa secara gamblang membedakan mana virus yang sudah mati dan mana virus yang masih hidup.

"Meski sudah mati virusnya, masih tetap terdeteksi positif, fragmennya itu masih terdeteksi PCR dengan hasil yang positif, padahal sudah mati, dia sudah sembuh sebetulnya, sudah tidak menulari," kata dia.

Akan tetapi, pada tes PCR ada nilai Cycle Trasehold (CT) yang bisa menjadi petunjuk, apakah virus yang terdeteksi masih aktif atau sudah berupa fragmen-fragmennya saja.

"Kalau CT-nya lebih dari 30 itu menunjukkan bahwa yang positif adalah fragmennya, tapi virusnya sudah mati. Makanya kita tidak hanya melihat dari positivitasnya saja, harus ditambahkan nilai CT-nya," sebut Windhu.

5. Tidak ada orang yang murni meninggal karena Covid-19.

Windhu tidak sepakat dengan pernyataan ini. Kasus seperti ini memang ada, tetapi hanya sedikit.

"Ini enggak benar. Ada memang orang yang meninggal dengan Covid-19, tapi bukan karena Covid-19. Misalnya dia positif, terus ketabrak kereta api, kan dia matinya bukan karena Covid-19 nya. Dia death with Covid-19, bukan death due to Covid-19," jelas dia.

Namun, sebagian besar pasien Covid-19 lain yang meninggal, mereka meninggal akibat infeksi virus corona yang ada dalam tubuhnya.

"Komorbidnya itu yang memperberat gejala Covid-19-nya. Covid-19 yang membuat dia mati itu apa sih, karena dia tidak bisa bernapas. Mengalami ARDS (Accute Respiratory Distress Syndrom) kalau dia kebetulan punya hipertensi, diabet, maka hipertensi dan diabetnya itu memperberat ARDS-nya," jelas Windhu.

Ia mengatakan, mungkin saja jika orang tersebut tidak terinfeksi Covid-19, penyakit bawaannya itu tidak akan membuatnya meninggal pada saat itu.

Kesimpulan

Tidak semua informasi yang dibagikan pengunggah adalah informasi yang benar. Menurut ahli, ada yang benar, ada pula yang salah dan perlu diklarifikasi.  

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

El Nino Diprediksi Berakhir Juli 2024, Apakah Akan Digantikan La Nina?

El Nino Diprediksi Berakhir Juli 2024, Apakah Akan Digantikan La Nina?

Tren
Pria di Sleman yang Videonya Viral Pukul Pelajar Ditangkap Polisi

Pria di Sleman yang Videonya Viral Pukul Pelajar Ditangkap Polisi

Tren
Soal UKT Mahal Kemendikbud Sebut Kuliah Pendidikan Tersier, Pengamat: Terjebak Komersialisasi Pendidikan

Soal UKT Mahal Kemendikbud Sebut Kuliah Pendidikan Tersier, Pengamat: Terjebak Komersialisasi Pendidikan

Tren
Detik-detik Gembong Narkoba Perancis Kabur dari Mobil Tahanan, Layaknya dalam Film

Detik-detik Gembong Narkoba Perancis Kabur dari Mobil Tahanan, Layaknya dalam Film

Tren
7 Fakta Menarik tentang Otak Kucing, Mirip seperti Otak Manusia

7 Fakta Menarik tentang Otak Kucing, Mirip seperti Otak Manusia

Tren
Cerita Muluwork Ambaw, Wanita Ethiopia yang Tak Makan-Minum 16 Tahun

Cerita Muluwork Ambaw, Wanita Ethiopia yang Tak Makan-Minum 16 Tahun

Tren
Mesin Pesawat Garuda Sempat Terbakar, Jemaah Haji Asal Makassar Sujud Syukur Setibanya di Madinah

Mesin Pesawat Garuda Sempat Terbakar, Jemaah Haji Asal Makassar Sujud Syukur Setibanya di Madinah

Tren
Ada Vitamin B12, Mengapa Tidak Ada B4, B8, B10, dan B11?

Ada Vitamin B12, Mengapa Tidak Ada B4, B8, B10, dan B11?

Tren
Apa yang Dilakukan Jemaah Haji Saat Tiba di Bandara Madinah? Ini Alur Kedatangannya

Apa yang Dilakukan Jemaah Haji Saat Tiba di Bandara Madinah? Ini Alur Kedatangannya

Tren
Kisah Omar, Hilang Selama 26 Tahun, Ditemukan Hanya 200 Meter dari Rumahnya

Kisah Omar, Hilang Selama 26 Tahun, Ditemukan Hanya 200 Meter dari Rumahnya

Tren
Naik Rp 13,4 Miliar Selama 2023, Berikut Rincian Harta Kekayaan Jokowi

Naik Rp 13,4 Miliar Selama 2023, Berikut Rincian Harta Kekayaan Jokowi

Tren
Mengenal PTN BLU di Indonesia: Daftar Kampus dan Bedanya dari PTN BH

Mengenal PTN BLU di Indonesia: Daftar Kampus dan Bedanya dari PTN BH

Tren
Kevin Sanjaya Resmi Nyatakan Pensiun Dini dari Bulu Tangkis, Ini Alasannya

Kevin Sanjaya Resmi Nyatakan Pensiun Dini dari Bulu Tangkis, Ini Alasannya

Tren
Serba-serbi Pendaftaran Sekolah Kedinasan 2024: Prodi, Formasi, dan Penempatan

Serba-serbi Pendaftaran Sekolah Kedinasan 2024: Prodi, Formasi, dan Penempatan

Tren
Siasat SYL 'Peras' Pejabat Kementan, Ancam Copot Jabatan, dan Paksa Mengundurkan Diri

Siasat SYL "Peras" Pejabat Kementan, Ancam Copot Jabatan, dan Paksa Mengundurkan Diri

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com