Sistem konveksi skala meso ini pecah dan berpropagasi (menjalar) ke tenggara yang berasosiasi dengan pertumbuhan sistem konveksi skala meso lain di atas Jawa bagian barat selama rentang waktu pukul 13.00-15.00 WIB.
“Sistem konveksi skala meso adalah kumpulan awan konveksi yang bergabung dalam satu sistem yang biasanya memicu terjadinya hujan deras,” ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Minggu (10/1/2021)
Baca juga: Sriwijaya Air SJ 182 Berusia 26 Tahun, Apakah Usia Berpengaruh terhadap Kecelakaan Pesawat?
View this post on Instagram
Adapun analisis dinamika atmoser selanjutnya menurut TREAK PSTA-Lapan yakni:
1. Kondisi sinoptik
Dari analisis ini terdapat borneo vortek dan westerly burst (angin baratan kuat) dari Samudera Hindia.
Kecepatan burst saat itu 7-8m/det pada ketingian 1,5 km yang lebih kuat dibandingkan klimatologis angin monsun baratan (~3 m/det).
"Kondisi sinoptik yakni kondisi yang dianalisis dari gejala atmosfer dengan cara analisis peta cuaca atau spasial," terang Trismidianto.
Adapun borneo vortek, secara awam bisa disebut sebagai salah satu pusaran atau vortisitas angin yang berlawanan arah jarum jam yang terjadi di laut bagian utara pulau Kalimantan yang biasanya juga mempengaruhi pergerakan angin dan hujan di sekitarnya.
Baca juga: Kapan Musim Kemarau 2020 Berakhir dan Musim Penghujan di Indonesia Dimulai?