Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gunung Merapi Muntahkan Lava Pijar dan Trending di Twitter, Sudahkah Masuk Fase Erupsi?

Kompas.com - 06/01/2021, 08:32 WIB
Dandy Bayu Bramasta,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Gunung Merapi menjadi trending topic di media sosial Twitter, Rabu (6/1/2021) pagi.

Setelah sebelumnya gunung yang berada di Provinsi Jawa Tengah (Jateng) dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) itu beberapa kali terekam memuntahkan lava pijarnya.

Salah satu akun Twitter yang membagikan video muntahan lava pijar dari Gunung Merapi adalah @AntenaChannel.

Dalam unggahannya itu, dia menyebut bahwa Gunung Merapi sedang erupsi dan mengimbau kepada warga untuk berhati-hati.

"Merapi sedang erupsi di harapkan bagi warga tetap berhati hati...," tulis @AntenaChannel.

Baca juga: Erupsi Merapi dan Sejarah Letusannya...

Baca juga: Jadi Trending Topic, Berikut Catatan Erupsi Merapi di 2020

Akun Twitter lain yang juga mengabadikan terjadinya muntahan lava pijar Gunung Merapi adalah akun @sndxflow.

Dia memotret Merapi dengan kamera ponselnya ketika gunung tersebut sedang mengeluarkan lava pijar.

"Stay safe merapi," tulis @sndxflow mengiringi unggahannya tersebut.

Baca juga: Melihat Letusan Besar Gunung Merapi 10 Tahun Lalu...

Baca juga: Mengenal Sabo Dam, Solusi Penanggulangan Banjir Lahar Gunung Merapi...

Lantas, sudah berapa kali Merapi memuntahkan lava pijarnya dan apakah saat ini sudah memasuki fase erupsi?

Penjelasan BPPTKG

Dikutip dari laporan aktivitas Gunung Merapi Selasa (5/1/2021) pukul 18.00-24.00 WIB, tercatat adanya aktivitas vulkanik Gunung Merapi berupa guguran lava pijar dengan intensitas kecil sebanyak empat kali.

Guguran lava pijar itu mengarah ke barat daya pada posisi alur Kali Krasak dengan jarak luncur maksimum 500 meter.

Guguran lava pijar teramati dari kamera CCTV pada pukul 18.47 dan 19.11 WIB.

Baca juga: Update Terkini dan Mengenal Tipe-tipe Erupsi Gunung Merapi

Aktivitas guguran terdengar di Pos Babadan pada pukul 20.21 dan 22.00 WIB.

Sedangkan Pos Kaliurang mengamati guguran lava pijar dan mendengar suara guguran pada pukul 22.37 dan 23.00 WIB.

Dalam waktu yang bersamaan terjadinya guguran lava pijar tersebut, tim BPPTKG juga merekam adanya kegempaan berupa guguran sebanyak 23 dengan amplitudo 3-41 milimeter berdurasi 11-127 detik.

Baca juga: Erupsi Gunung Merapi, Tagar #merapi Jadi Trending Twitter

Kemudian untuk embusan ada sebanyak 11 kali dengan amplitudo 2-8 milimeter berdurasi antara 9 sampai 33 detik.

Selanjutnya Hybrid/Fase Banyak terekam dengan jumlah 75, amplitudo 3-31 milimeter, S-P: 0,3-0,5 detik berdurasi 4-11 detik.

Berikutnya Vulkanik Dangkal yang terekam sejumlah 16 dengan amplitudo 34-75 milimeter berdurasi 12-39 detik.

Adapun Tektonik Jauh terekam sebanyak 1 dengan amplitudo 4 milimeter, S-P: 16 detik dan durasi 43 detik.

Baca juga: Mengapa Indonesia Kerap Dilanda Gempa Bumi?

Rabu (6/1/2021) pukul 24.00-06.00 WIB:

Sementara itu, dalam laporan aktivitas Gunung Merapi pada Rabu (6/1/2021) pukul 24.00-06.00 WIB, menunjukkan adanya guguran lava pijar sebanyak dua kali intensitas kecil arah kali Krasak jarak luncur 400 meter.

Terekam juga suara guguran dengan intensitas sedang dari Babadan sebanyak dua kali.

Selain itu, termonitor adanya kegempaan berupa guguran sebanyak 24 dengan amplitudo 4-55 milimeter berdurasi 14-75 detik.

Baca juga: Refleksi Bencana Awal Tahun: Banjir Jakarta 2020 dan Gempa Sumba 2021...

Kemudian untuk embusan ada sebanyak 19 kali dengan amplitudo 2-8 milimeter berdurasi antara 8 sampai 57 detik.

Selanjutnya Hybrid/Fase Banyak terekam dengan jumlah 69, amplitudo 3-27 milimeter, S-P: 0,3-0,5 detik berdurasi 4-11 detik.

Berikutnya Vulkanik Dangkal yang terekam sejumlah 22 dengan amplitudo 32-75 milimeter berdurasi 12-39 detik.

Baca juga: Potensi Bencana di Tengah Pandemi, Apa yang Harus Disiapkan?

Sudah masuk fase erupsi?

Sebelumnya, aktivitas vulkanik Gunung Merapi juga telah terpantau pada Kamis (31/12/2020) pukul 21.08 WIB, yang mana menurut hasil data visual menunjukkan adanya indikasi kemunculan api diam dan lava pijar.

Menurut Kepala BPPTKG Hanik Humaida, api diam tersebut muncul di dasar lava 1997, sebagaimana berdasarkan hasil pengamatan citra satelit yang dikonfirmasi keberadaan gundukan yang diduga merupakan material baru.

"Ini yang ada di lava 1997," jelas Hanik dalam Siaran Informasi BPPTKG 'Aktivitas Merapi Terkini' melalui media daring, Selasa (5/1/2020).

Baca juga: 5 Daerah yang Dilanda Banjir pada Awal 2021, Mana Saja?

Dari perkembangan terkini aktivitas Gunung Merapi tersebut, Hanik mengatakan bahwa secara teknis dapat dikatakan saat ini Gunung Merapi sudah memasuki fase erupsi 2021.

Akan tetapi pihaknya menjelaskan bahwa hal itu masih fase awal dari indikasi proses ekstrusi magma yang akan terjadi berdasarkan data seismik dan deformasi yang masih tinggi.

"Secara teknis bisa kita katakan bahwa Gunung Merapi sudah memasuki fase masa erupsi tahun 2021," kata Hanik.

Baca juga: Viral Foto Awan di Merapi, BMKG Sebut Awan Stratiform

Berdasarkan hasil pengamatan dan pantauan tersebut, Hanik mengimbau masyarakat untuk meningkatakan kewaspadaan terhadap aktivitas Gunung Merapi.

Masyarakat diharapkan untuk tetap mengikuti arahan dari beberapa instansi terkait seperti Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan pemerintah daerah setempat, serta selalu mengikuti informasi dari sumber yang terpercaya.

"Karena masih ada kemungkinan erupsi efusif, maka rekomendasi kita untuk pemerintah daerah Kabupaten Sleman, Magelang, Boyolali dan Klaten agar selalu menyiapkan segala sesuatu terkait upaya mitigasi letusan Gunung Merapi ini," kata Hanik.

Terkait dengan kejadian ini, BPPTKG belum merevisi rekomendasi aktivitas Gunung Merapi dimana daerah potensi bahaya masih dalam jarak maksimal 5 kilometer dari puncak Gunung Merapi.

Baca juga: Meski Meletus dan Berstatus Waspada, Merapi Masih Mandaliem

Perkiraan daerah bahaya

Adapun prakiraan daerah bahaya tersebut meliputi Desa Glagaharjo (Dusun Kalitengah Lor); Desa Kepuharjo (Dusun Kaliadem); Desa Umbulharjo (Dusun Palemsari) di Kecamatan Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta.

Kemudian Desa Ngargomulyo (Dusun Batur Ngisor, Gemer, Ngandong, Karanganyar); Desa Krinjing (Dusun Trayem, Pugeran, Trono); Desa Paten (Babadan 1, Babadan 2) di Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Selanjutnya Desa Tlogolele (Dusun Stabelan, Takeran, Belang); Desa Klakah (Dusun Sumber, Bakalan, Bangunsari, Klakah Nduwur); Desa Jrakah (Dusun Jarak, Sepi) di Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.

Berikutnya Desa Tegal Mulyo (Dusun Pajekan, Canguk, Sumur); Desa Sidorejo (Dusun Petung, Kembangan, Deles); Desa Balerante (Dusun Sambungrejo, Ngipiksari, Gondang) di Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten Jawa Tengah.

Baca juga: Sampai Kapan Merapi Akan Terus Erupsi?

Akbar Bhayu Tamtomo Riwayat Letusan Merapi sejak 1990-an

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Tren
Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Tren
Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Tren
Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Tren
Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Tren
Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Tren
3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Tren
Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Tren
'Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... '

"Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... "

Tren
Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Tren
Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain'

Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain"

Tren
Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Tren
Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Tren
Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com