Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Balik Melambungnya Harga Kedelai Impor 2021...

Kompas.com - 05/01/2021, 17:05 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Informasi terkait melambungnya harga kedelai baru-baru ini dikeluhkan sejumlah pihak, terutama para perajin tahu dan tempe.

Bahkan, para perajin tahu dan tempe dikabarkan sempat mogok produksi selama 1-3 Januari 2021 lantaran kelangkaan pasokan kedelai di pasaran.

Para perajin tempe dan tahu yang mengandalkan kedelai impor sebagai bahan baku produksi mereka, menjerit ketika mengetahui harga kedelai impor melonjak sekitar Rp 2.000 per kilonya pada awal tahun kemarin.

Harga kedelai yang semula ada di kisaran Rp 6.000-7.000-an per kilogram kini naik menjadi Rp 8.000-9.000-an per kilogramnya.

Baca juga: Polemik Impor dan Anjloknya Harga Garam...

Lantas, mengapa harga kedelai di pasaran kerap tidak tentu dan sering naik turun?

Guru Besar Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Universitas Gadjah Mada (UGM) Catur Sugiyanto menyebut, ada sejumlah faktor yang membuat harga kedelai impor di Indonesia membumbung tinggi.

Catur menyebut ada 3 negara eksportir utama kedelai bagi Indonesia, yakni Amerika Serikat, Brasil, dan Argentina.

Namun ia melihat tidak ada penurunan produksi kedelai di ketiga negara itu yang menyebabkan terganggunya proses ekspor ke negara-negara dunia, termasuk Indonesia.

"Dari segi produksi di ketiga negara tadi, tidak ada informasi penurunan produksi (kedelai)," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Selasa (5/1/2021).

Baca juga: Viral Tempe Kedelai Kuning Lebih Baik dari Tempe Kedelai Putih, Benarkah?

Faktor yang mempengaruhi

Di pabrik ini, produksi tempe berkurang karena harga kedelai terus melonjak. Dari Rp 6000-an per kg, naik menjadi Rp 9.200 per kg. Produksi juga turun dari 800 kg per hari, menjadi 600 kg.KOMPAS.COM/DEWANTORO Di pabrik ini, produksi tempe berkurang karena harga kedelai terus melonjak. Dari Rp 6000-an per kg, naik menjadi Rp 9.200 per kg. Produksi juga turun dari 800 kg per hari, menjadi 600 kg.

Namun, memang harus diakui ada sejumlah hal atau faktor yang memiliki andil dalam fluktuatifnya harga kedelai impor ini di Indonesia.

Catur membaginya menjadi dua, jangka pendek dan jangka panjang.

"Dalam jangka pendek, 1-2 tahun ke depan dengan adanya Covid-19, pengiriman kedelai (dari negara eksportir ke negara importir) agak terganggu," katanya lagi.

Baca juga: Viral Tempe Kedelai Kuning Lebih Baik dari Tempe Kedelai Putih, Benarkah?

Tentu ini terkait erat dengan banyaknya pembatasan dan aturan yang diberlakukan sejumlah negara dalam rangka mengendalikan pandemi Covid-19 di wilayahnya.

Faktor lain adalah keberadaan China sebagai negara importir kedelai terbesar di Asia. Telah pulihnya China dari terpaan badai hebat Covid-19 membuat kebutuhan kedelai di negara berpenduduk padat itu meningkat, khususnya untuk keperluan pangan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com