Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai soal Parfum Mobil Bikin Pusing, Kok Bisa?

Kompas.com - 27/12/2020, 13:05 WIB
Retia Kartika Dewi,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

Selain itu, temuan Andersson menunjukkan bahwa orang yang tidak toleran terhadap bahan kimia juga bereksi kuat terhadap zat yang mengiritasi lapisan mukosa hidung dan mulut mereka, seperti cabai.

"Dengan kata lain, kita dapat melihat indikasi bahwa intoleransi ini memengaruhi tubuh dan pikiran, dan penting untuk tidak secara membabi buta berfokus pada salah satu aspek ini," lanjut dia.

Baca juga: Sakit Mata Disebut Jadi Gejala Baru Covid-19, Benarkah?

Kepekaan terhadap aroma

Melansir ABC (14/3/2020), berdasarkan survei yang dilakukan Dr Anne Steinemann dari University of Melbourne, sebanyak 1 dari 3 orang memiliki kepekaan terhadap aroma.

Survei ini dilakukan terhadap orang-orang di AS, Australa, Inggris, dan Swedia pada 2019.

Studi ini juga menemukan, efek samping paling sering disebabkan oleh wewangian pada produk yang dipakai oleh orang lain, pada produk pembersih, dan pada penyegar udara atau pewangi.

Efek samping paling fatal adalah terjadi masalah pernapasan (kesulitan bernapas, batuk, sesak napas), gejala mukosa (misalnya mata berair atau merah, hidung tersumbat, bersin), sakit kepala migrain, masalah kulit (misalnya ruam, gatal-gatal, kulit merah, kulit kesemutan, dermatitis), dan asma.

Baca juga: Apakah Ventolin Bagi Penderita Asma Dapat Membatalkan Puasa?

Pandangan sains

Sementara itu, ahli farmakologi dan ahli toksikologi dari University of Adelaide, Ian Musgrave mengungkapkan bahwa sains belum membuktikan terkait efek samping dari wewangian.

Ia menjelaskan, komponen wewangian pada beberapa orang dapat menyebabkan dermatitis kontak atau suatu kondisi yang membuat kulit menjadi merah atau meradang.

Ada juga sejumlah penelitian yang menemukan bahwa parfum memicu serangan migrain dan asma.

Baca juga: Sering Migrain? Kenali Gejala dan Cara Mengatasinya

Menurut Musgrave, perbedaan dalam metodologi membuat sulit untuk membandingkan temuan tentang proporsi orang yang terkena dampak atau efek samping dari wewangian.

"Hasil Steinemann masuk akal, meskipun mungkin terlalu tinggi," ujar Musgrave.

Ia mengatakan, sebagian besar penelitian Steinemann didasarkan pada laporan sendiri terhadap beberapa orang yang mungkin keliru tentang penyebab gejala mereka.

Musgrave menambahkan, dua penelitian lain yang sengaja membuat orang terpapar wewangian dalam kondisi eksperimental terkontrol menunjukkan tidak ada hubungan antara wewangian dan masalah pernapasan, meskipun ini adalah penelitian kecil.

Kendati demikian, pakar lain menyarankan ada faktor neurologis dan bahkan psikologis yang berperan.

Baca juga: Berikut Kelompok yang Tidak Boleh Disuntik Vaksin Covid-19

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Beda sakit kepala karena migrain dan Covid-19

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Sosok Shen Yinhao, Wasit Laga Indonesia Vs Uzbekistan yang Tuai Kontroversi

Sosok Shen Yinhao, Wasit Laga Indonesia Vs Uzbekistan yang Tuai Kontroversi

Tren
Daftar Provinsi yang Menggelar Pemutihan Pajak Kendaran Mei 2024

Daftar Provinsi yang Menggelar Pemutihan Pajak Kendaran Mei 2024

Tren
Jadi Faktor Penentu Kekalahan Indonesia di Semifinal Piala Asia U23, Apa Itu VAR?

Jadi Faktor Penentu Kekalahan Indonesia di Semifinal Piala Asia U23, Apa Itu VAR?

Tren
Kapan Waktu Terbaik Olahraga untuk Menurunkan Berat Badan?

Kapan Waktu Terbaik Olahraga untuk Menurunkan Berat Badan?

Tren
BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 30 April hingga 1 Mei 2024

BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 30 April hingga 1 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Manfaat Air Kelapa Muda Vs Kelapa Tua | Cara Perpanjang STNK jika Pemilik Asli Kendaraan Meninggal Dunia

[POPULER TREN] Manfaat Air Kelapa Muda Vs Kelapa Tua | Cara Perpanjang STNK jika Pemilik Asli Kendaraan Meninggal Dunia

Tren
NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

Tren
Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Tren
Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Tren
Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Tren
Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Tren
Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Tren
Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Tren
Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Tren
Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com