"Antibodi biasanya baru terdeteksi ketika pasien Covid-19 menjelang sembuh atau sudah tidak sakit lagi," kata dia.
Baca juga: 4 Hal yang Perlu Diketahui soal Rapid Test Antigen
Bayu juga berpesan, jika hasil rapid test antigen positif, maka yang bersangkutan disarankan langsung melakukan isolasi mandiri, dengan tetap menghubungi dinas kesehatan (Dinkes) setempat.
"Jadi kalau periksa mandiri terus positif, isolasi mandiri sambil kontak puskesmas atau Dinkes di daerah tempat tinggal," ujar dia.
Untuk orang tanpa gejala (OTG), lanjut Bayum dapat melakukan isolasi mandiri dengan memastikan menjaga diri dari orang di rumah atau ke tempat lain.
"Gejala ringan bisa juga (isolasi mandiri). Tapi, tetap wajib mengabari otoritas kesehatan setempat," kata dia.
Seperti diberitakan Kompas.com, 4 September 2020, rapid test antigen memerlukan spesimen swab orofaring atau swab nasofaring. Sementara, rapid test antibodi menggunakan sampel darah.
Rapid test antigen sering pula disebut swab antigen yang dinilai lebih akurat dibandingkan tes antibodi karena dapat mengidentifikasi virus dalam sekresi hidung dan tenggorokan.
Pemeriksaannya dapat dilakukan di tempat yang mempunyai fasilitas biosafety cabinet.
Rapid test antigen dapat digunakan untuk mendeteksi kasus orang dalam pemantauan (ODP) dan pasien dalam pengawasan (PDP) pada wilayah yang tak mempunyai fasilitas pemeriksaan Reverse Transcriptase-Polumerase Chain Reaction (RT-PCR).
Namun, tes ini hanya sebagai screening awal yang harus tetap dikonfirmasi dengan tes RT-PCR.
Rapid test antigen dikatakan dapat mendeteksi protein virus corona saat virus di tubuh seseorang berada di tingkat paling menular.
Baca juga: Rapid Test Antigen Jadi Syarat Perjalanan, Ini Bedanya dengan Rapid Test Antibodi dan PCR