Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Sebaiknya Tetapkan Harga untuk Rapid Test Antigen

Kompas.com - 17/12/2020, 16:15 WIB
Mela Arnani,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com- Epidemiolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Bayu Satria Wiratama mengatakan, pemerintah sebaiknya menetapkan harga untuk tarif rapid test antigen.

Pada Rabu (16/12/2020), pemerintah mengeluarkan syarat baru melakukan perjalanan yaitu membawa hasil rapid test antigen.

Aturan ini berlaku mulai 18 Desember 2020 hingga 8 Januari 2021.

Seperti diketahui, saat ini harga rapid test antigen di Indonesia bervariasi. Dari penelusuan Kompas.com di sejumlah situs dan pusat informasi berbagai rumah sakit, kisaran harga rapid test antigen antara Rp 300.000 hingga ada yang lebih dari Rp 600.000 (termasuk konsultasi dan vitamin).

Menurut Bayu, penentuan harga ini perlu dilakukan pemerintah,

"Penetapan harga tetap diperlukan agar tidak terjadi permainan harga oleh beberapa pihak," ujar Bayu, saat dihubungi Kompas.com, Kamis (17/12/2020).

Sebelum keluarnya aturan baru ini, syarat perjalanan adalah membawa hasil rapid test antibodi.

Saat pemberlakuan aturan ini, pemerintah juga menetapkan harga rapid test antibodi maksimal Rp 150.000.

Baca juga: Kisaran Harga Rapid Test Antigen Covid-19 Bervariasi, Rp 350.000 hingga Rp 499.000

Rapid test antigen lebih baik dibandingkan rapid test antibodi

Bayu mengatakan, rapid test antigen memang lebih baik dibandingkan rapid test antibodi.

"Rapid antigen memang lebih baik daripada rapid antibodi untuk melakukan screening orang-orang yang berisiko memiliki Covid-19," kata Bayu.

Ia menyebutkan, rapid test antigen mampu melakukan deteksi terhadap virus.

"Bukan antibodi yang dihasilkan sehingga bisa mendeteksi lebih awal daripada tes antibodi yang di mana baru muncul beberapa hari sampai minggu setelah infeksi," ujar dia.

Untuk deteksi awal Covid-19, tes antigen dinilai lebih baik dibandingkan tes antibodi.

Rapid test antigen akan mendeteksi keberadaan virus sehingga bisa lebih bagus dan cepat dalam mendeteksi seseorang terkena Covid-19 atau tidak.

Sementara, rapid test antibodi secara umum mendeteksi saat pasien menjelang sembuh.

"Antibodi biasanya baru terdeteksi ketika pasien Covid-19 menjelang sembuh atau sudah tidak sakit lagi," kata dia.

Baca juga: 4 Hal yang Perlu Diketahui soal Rapid Test Antigen

Isolasi mandiri

Bayu juga berpesan, jika hasil rapid test antigen positif, maka yang bersangkutan disarankan langsung melakukan isolasi mandiri, dengan tetap menghubungi dinas kesehatan (Dinkes) setempat.

"Jadi kalau periksa mandiri terus positif, isolasi mandiri sambil kontak puskesmas atau Dinkes di daerah tempat tinggal," ujar dia.

Untuk orang tanpa gejala (OTG), lanjut Bayum dapat melakukan isolasi mandiri dengan memastikan menjaga diri dari orang di rumah atau ke tempat lain.

"Gejala ringan bisa juga (isolasi mandiri). Tapi, tetap wajib mengabari otoritas kesehatan setempat," kata dia.

Seperti diberitakan Kompas.com, 4 September 2020, rapid test antigen memerlukan spesimen swab orofaring atau swab nasofaring. Sementara, rapid test antibodi menggunakan sampel darah.

Rapid test antigen sering pula disebut swab antigen yang dinilai lebih akurat dibandingkan tes antibodi karena dapat mengidentifikasi virus dalam sekresi hidung dan tenggorokan.

Pemeriksaannya dapat dilakukan di tempat yang mempunyai fasilitas biosafety cabinet.

Rapid test antigen dapat digunakan untuk mendeteksi kasus orang dalam pemantauan (ODP) dan pasien dalam pengawasan (PDP) pada wilayah yang tak mempunyai fasilitas pemeriksaan Reverse Transcriptase-Polumerase Chain Reaction (RT-PCR).

Namun, tes ini hanya sebagai screening awal yang harus tetap dikonfirmasi dengan tes RT-PCR.

Rapid test antigen dikatakan dapat mendeteksi protein virus corona saat virus di tubuh seseorang berada di tingkat paling menular.

Baca juga: Rapid Test Antigen Jadi Syarat Perjalanan, Ini Bedanya dengan Rapid Test Antibodi dan PCR

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Rapid Test Covid-19

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

23 Kata Tertua di Dunia yang Sudah Berusia 15.000 Tahun, Beberapa Masih Digunakan hingga Kini

23 Kata Tertua di Dunia yang Sudah Berusia 15.000 Tahun, Beberapa Masih Digunakan hingga Kini

Tren
5 Destinasi Wisata Dunia Khusus Pria, Wanita Dilarang Masuk

5 Destinasi Wisata Dunia Khusus Pria, Wanita Dilarang Masuk

Tren
5 Teleskop Terbesar di Dunia, Ada yang Diameternya Mencapai 500 Meter

5 Teleskop Terbesar di Dunia, Ada yang Diameternya Mencapai 500 Meter

Tren
11 Tanda Seseorang Mengalami Demensia, Salah Satunya Melupakan Nama Teman Dekat

11 Tanda Seseorang Mengalami Demensia, Salah Satunya Melupakan Nama Teman Dekat

Tren
Ramai soal Menantu Anwar Usman Ditunjuk Jadi Direktur Pemasaran dan Operasi PT Patra Logistik, Pertamina: 'Track Record' Baik

Ramai soal Menantu Anwar Usman Ditunjuk Jadi Direktur Pemasaran dan Operasi PT Patra Logistik, Pertamina: "Track Record" Baik

Tren
Pertama Kali di Dunia, Hiu Macan Muntahkan Ekidna, Mamalia Berduri Mirip Landak

Pertama Kali di Dunia, Hiu Macan Muntahkan Ekidna, Mamalia Berduri Mirip Landak

Tren
Ramai soal Besaran Iuran BPJS Kesehatan Akan Disesuaikan dengan Gaji per Juli, Ini Faktanya

Ramai soal Besaran Iuran BPJS Kesehatan Akan Disesuaikan dengan Gaji per Juli, Ini Faktanya

Tren
Peneliti: Virus Covid-19 Dapat Bertahan dalam Sperma Selama Berbulan-bulan sejak Terinfeksi

Peneliti: Virus Covid-19 Dapat Bertahan dalam Sperma Selama Berbulan-bulan sejak Terinfeksi

Tren
Benarkah Air Tebu Akan Basi 15 Menit Setelah Diperas? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Benarkah Air Tebu Akan Basi 15 Menit Setelah Diperas? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Tren
Apakah BPJS Kesehatan Menanggung Biaya Pengobatan dan Cabut Gigi Bungsu?

Apakah BPJS Kesehatan Menanggung Biaya Pengobatan dan Cabut Gigi Bungsu?

Tren
Apa Itu Pupuk Kompos? Berikut Manfaatnya bagi Tanah dan Tanaman

Apa Itu Pupuk Kompos? Berikut Manfaatnya bagi Tanah dan Tanaman

Tren
Usai Menyesal, Menteri Basuki Klarifikasi Tapera Ditunda dan Bakal Lapor Jokowi

Usai Menyesal, Menteri Basuki Klarifikasi Tapera Ditunda dan Bakal Lapor Jokowi

Tren
Nasib Mahasiswa UM Palembang Pelaku Plagiat Skripsi, Gagal Wisuda dan Diskors

Nasib Mahasiswa UM Palembang Pelaku Plagiat Skripsi, Gagal Wisuda dan Diskors

Tren
Air Terjun di China Tuai Protes karena Mengalir dari Pipa Buatan Manusia

Air Terjun di China Tuai Protes karena Mengalir dari Pipa Buatan Manusia

Tren
Suntik KB pada Kucing Disebut Bisa Picu Kanker, Benarkah?

Suntik KB pada Kucing Disebut Bisa Picu Kanker, Benarkah?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com