Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Wisnu Nugroho
Pemimpin Redaksi Kompas.com

Wartawan Kompas. Pernah bertugas di Surabaya, Yogyakarta dan Istana Kepresidenan Jakarta dengan kegembiraan tetap sama: bersepeda. Menulis sejumlah buku tidak penting.

Tidak semua upaya baik lekas mewujud. Panjang umur upaya-upaya baik ~ @beginu

Pesan Golput dari Desa Matabondu dan Perlunya Mitigasi Kekecewaan

Kompas.com - 14/12/2020, 11:05 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Dalam sebuah wawancara, Jusuf Kalla yang saat ini menjadi Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) mengatakan, dirinya mendukung Anies maju dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 untuk "melindungi" Jokowi dari kemungkinan kemenangan Ahok.

Kalla juga mengakatan, kunjungan Anies ke Rizieq wajar dilakukan karena mengunjungi pendukung di Petamburan yang mengantarnya memenangi Pilkada DKI Jakarta 2017. 

Vaksin, pilkada, korupsi dan Petamburan menjadi berita yang mewarnai akhir tahun 2020 dan memenuhi aliran media sosial kita. WhatsApp yang paling populer di Indonesia adalah salah satunya.

Terkait WhatsApp yang dipakai oleh 84 persen pengguna internet di Indonesia, ada berita yang perlu kita pikirkan juga yaitu kenapa orang Amerika Serikat jarang pakai WhatsApp.

Alasan utama dan pertama-tama adalah privasi. WhatsApp memiliki fitur bagi lokasi (share location) yang membuat orang AS tidak nyaman.

Selain itu, WhatsApp juga memiliki fitur status untuk melihat apakah orang sedang online atau tidak. Ada pula fitur untu mengecek terakhir dilihat (last seen) dan status sedang mengetik (typing).

Kendati bisa diatur, perasaan tidak nyaman muncul.

Lalu kenapa dengan ketidaknyamanan ini WhatsApp sangat populer di Indonesia? 

Dugaan saya, ketidaknyamanan yang lebih besar dan banyak ragamnya membuat ketidaknyamanan yang dimunculkan WhatsApp tidak ada artinya.

Salam nyaman,

Wisnu Nugroho

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com