Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Mewujudkan Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Kompas.com - 08/12/2020, 10:55 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

ADALAH kodrat bahwa manusia pasti meninggalkan dunia fana ini. Namun sama sekali tidak ada kodrat bahwa sesama manusia boleh memaksa sesama manusia meninggalkan dunia fana ini.

Sungguh sangat memprihatinkan bahwa meski tidak ada etika, hukum, falsafah mau pun ajaran agama yang membenarkan manusia membunuh manusia namun pada kenyataan senantiasa bahkan nicaya ada manusia yang melanggar etika, hukum mau pun ajaran agama maka tega hati dengan alasan mau pun tanpa alasan membunuh sesama manusia.

Bahkan pada saat manusia seharusnya bersatu padu demi bergotong-royong melawan angkara murka virus Corona terbukti manusia masih tetap tega hati membunuh sesama manusia baik secara individual mau pun komunal.

Aneka ragam alasan kreatif diciptakan demi membenarkan perilaku manusia membunuh manusia mulai dari politik, ekonomi, dendam pribadi sampai atas nama agama bahkan Tuhan.

Sebenarnya manusia sudah mengalami prahara Perang Dunia II di mana umat manusia bahkan seolah bersaing untuk membunuh sesama manusia dalam jumlah jutaan baik di medan perang mau pun di kamp konsentrasi.

Namun setelah Perang Dunia II resmi usai terbukti perang masih berlanjut di China, Korea, Vietnam, Myanmar India, Pakistan, Armenia, Irak, Iran, Suriah, Lebanon, Lybia, Kuba, Argentina dan lain-lain penjuru dunia.

Termasuk perang bukan melawan bangsa asing atau bangsa penjajah namun justru perang melawan bangsa sendiri di Indonesia melalui tragedi Madiun, G-30-S, Mei 1998 dan malapetaka kemanusiaan terjadi di persada Nusantara sampai masa kini.

Seolah manusia membunuh manusia merupakan kodrat semesta tak terhindarkan seperti tersirat di dalam kisah Mahabharata, Ramayana mau pun dialog Sri Kresna dengan Arjuna pada Bhagavad Gita.

Seolah manusia membunuh manusia merupakan kodrat peradaban seperti kisah Kain membunuh Habil pada awal Alkitab. Seolah manusia membunuh manusia merupakan kodrat das Sein setara bencana alam atau wabah penyakit yang memang tidak-bisa-tidak memang apa-boleh-buat hukumnya wajib harus terjadi di planet bumi.

Yang Maha Kuasa telah memberikan anugerah kesadaran kepada umat manusia untuk mampu jika mau tidak membunuh sesama manusia apalagi umat manusia.

Bangsa Indonesia beruntung memiliki Pancasila dengan sila kedua yaitu Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab.

Saya Nasrani namun saya mengagumi makna adiluhur terkandung di dalam falsafah Jihad Al Nafs tersirat pada sebuah hadits yang pada hakikatnya mengajak umat manusia termasuk diri saya sendiri menunaikan perjuangan paling akbar dan paling mulia yaitu menaklukkan bukan orang lain namun menaklukkan hawa nafsu diri sendiri termasuk hawa nafsu kebencian yang menjerumuskan manusia untuk melakukan angkara murka pembunuhan terhadap sesama manusia.

Memang kebenaran nisbi namun ada kebenaran yang tidak nisbi yaitu kebenaran yang tidak membenarkan manusia membunuh manusia.

Maka, dengan penuh kerendahan hati saya bersujud demi memanjatkan doa permohonan kepada Yang Maha Kuasa untuk berkenan bermurah-hati melimpahkan anugerah kekuatan lahir batin kepada umat manusia termasuk diri saya agar mampu menaklukkan hawa nafsu angkara murka pada diri masing-masing termasuk saya demi tidak melakukan kekerasan lahir mau pun batin terhadap sesama manusia apalagi membunuh sesama manusia. Amin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com