Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Kabar Surat dan Kartu Pos di Era Digital?

Kompas.com - 08/12/2020, 10:05 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebelum teknologi komunikasi berkembang dengan pesat seperti sekarang, menulis dan mengirim surat menjadi pilihan utama untuk melakukan komunikasi jarak jauh.

Surat ditulis di secarik kertas, dimasukkan ke dalam sebuah amplop, lalu dibubuhi perangko di atasnya.

Surat kemudian dibawa ke kantor pos untuk dikirimkan ke alamat yang dituju.

Baca juga: Viral Satu Keluarga Diusir Saat Berteduh di Pos Polisi, Ini Penjelasan Kepolisian

Dengan adanya surat, seseorang yang terpisah jauh masih bisa mengirimkan kabar, meski harus menunggu beberapa hari atau minggu sebelum surat itu sampai ke tujuannya.

Selain itu, pada masa ketika surat menjadi pilihan utama komunikasi jarak jauh, muncul sebuah istilah menarik, yaitu "sahabat pena".

Sahabat pena adalah dua orang yang tidak pernah bertemu, namun menjalin ikatan pertemanan dengan cara bertukar surat.

Ajakan untuk menjadi sahabat pena bisa dengan mudah dijumpai di halaman-halaman surat kabar Indonesia pada tahun 60-an hingga 90-an.

Baca juga: Ruangguru Mundur dari Platform Digital Kartu Prakerja, Apa Dampaknya?

Surat di masa sekarang

Ilustrasi surat.Thinkstockphotos.com Ilustrasi surat.

Berkat kecanggihan teknologi komunikasi, berkirim kabar kini tidak lagi perlu menunggu waktu lama. Pesan bisa dikirim dan diterima pada waktu yang sama.

Komunikasi jarak jauh juga semakin berkembang dengan semakin lazimnya kepemilikan telepon, internet, dan kini telepon pintar.

Terlebih lagi, kini ada banyak layanan aplikasi chat yang mempermudah komunikasi, seperti LINE, WhatsApp, dan Telegram.

Baca juga: 6 Fitur Baru WhatsApp, Bagaimana Menggunakannya?

Lantas, masih adakah yang orang yang mengirim kabar melalui surat?

Corporate Secretary PT Pos Indonesia (Persero) Tata Sugiarta mengatakan, sejak kehadiran surat elektronik (e-mail) industri surat-persuratan mengalami distraksi yang luar biasa.

Tata mengatakan, di era kiwari, hampir tidak ada orang yang bersedia menunggu lama untuk menyampaikan dan menerima kabar.

Baca juga: Sering Terima SMS Penawaran atau Penipuan? Ini Cara Melaporkannya...

Hal tersebut semakin terasa dengan kepopuleran teknologi pesan singkat (SMS) yang hadir bersamaan dengan booming penggunaan telepon seluler di Indonesia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com