Dia mengatakan, kartu pos saat ini dipakai untuk kebutuhan wisata.
"Misalnya saya hari ini mengunjungi Paris, Perancis. Untuk menandai saya sudah di Paris, saya akan kirim kartu pos. Dari Paris ditujukannya ke saya sendiri, tetapi ke alamat di Indonesia. Kebiasaan seperti itu masih ada di kalangan pelancong-pelancong dunia," ujar Tata.
Meskipun hal itu sebenarnya bisa digantikan dengan mengunggah foto di media sosial, seperti Instagram dan Facebook, namun Tata menilai, keotentikan kartu pos memiliki nilai tersendiri yang membuatnya tetap diminati oleh para pelancong.
"Orang-orang itu masih, beberapa yang hobinya travelling, itu masih menggunakan kartu pos sebagai penanda bahwa dia sudah pergi ke suatu tempat," kata Tata.
Baca juga: Rekomendasi Wisata Murah di Jakarta, Jogja, dan Malang, Tiket Masuk Rp 5.000-Rp 10.000
Selain masih secara aktif digunakan oleh para pelancong dari berbagai belahan dunia, Tata mengatakan bahwa saat ini ada komunitas internasional bernama Postcrossing, yang mewadahi para penggemar kartu pos dari seluruh dunia.
Informasi lengkap mengenai komunitas Postcrossing bisa dilihat di laman postcrossing.com dan Instagram @postcrossing.
"Pelopor dan yang menggerakkan itu orang Swiss kalau enggak salah. Anggotanya puluhan ribu, ya masih banyaklah. Indonesia termasuk salah satu yang paling rajin mengirimkan kartu pos," kata Tata.
Baca juga: Nomor WhatsApp Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Muti Diretas, Ini Kronologinya...
Dia menjelaskan, ada perbedaan antara kegiatan Postcrossing di masa sekarang dengan mengirim kartu pos pada zaman baheula.
"Ketika dia mau kirim, dia foto kartu posnya sebelum dikirim. Nanti dia kirim melalui Instagram atau medsos, dan tag temannya yang akan dikirimi 'Tunggu ya, kartu posku akan berangkat'. Nanti begitu sampai, si penerima akan memotret lagi 'Wah, kartu posmu sudah sampai. Perjalanannya dua bulan'. Itu kan menjadi sesuatu yang unik," katanya lagi.
Tata mengatakan, orang-orang menyebut bisnis pengiriman kartu pos ini sebagai snail mail.
Baca juga: Dari Hobi Karyawan hingga Menelurkan Atlet Berprestasi, Ini Sejarah PB Djarum
"Snail mail ini karena teknologinya menggunakan perangko. Satu, perangko itu tidak tercatat, kalau menggunakan yang lain misalnya EMS (Express Mail Service), itu kita bisa track and trace, tapi kalau mengirimkan menggunakan perangko itu tidak bisa di-track and trace," kata Tata.
"Jadi surat itu akan melayang-layang ke mana-mana, akhirnya sampai juga di tujuan. Mungkin dengan waktu yang cukup lama. Nah, waktu pengiriman inilah yang menjadi unik bagi para penggemar Postcrossing ini untuk berkirim-kirim kartu pos," imbuhnya.
Tata mengatakan, berkirim kartu pos di era sekarang bukan lagi dengan tujuan memberi kabar, melainkan sebagai sebuah hobi.
Yakni, sebuah kesenangan menikmati sensasi menunggu kartu pos yang sekian lama terapung-apung hingga akhirnya sampai ke rumah.
Baca juga: Mengenal Tato Maori yang Dimiliki Menlu Selandia Baru
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.