Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Kabar Surat dan Kartu Pos di Era Digital?

Kompas.com - 08/12/2020, 10:05 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

Dia mengatakan, kartu pos saat ini dipakai untuk kebutuhan wisata. 

"Misalnya saya hari ini mengunjungi Paris, Perancis. Untuk menandai saya sudah di Paris, saya akan kirim kartu pos. Dari Paris ditujukannya ke saya sendiri, tetapi ke alamat di Indonesia. Kebiasaan seperti itu masih ada di kalangan pelancong-pelancong dunia," ujar Tata.

Meskipun hal itu sebenarnya bisa digantikan dengan mengunggah foto di media sosial, seperti Instagram dan Facebook, namun Tata menilai, keotentikan kartu pos memiliki nilai tersendiri yang membuatnya tetap diminati oleh para pelancong.

"Orang-orang itu masih, beberapa yang hobinya travelling, itu masih menggunakan kartu pos sebagai penanda bahwa dia sudah pergi ke suatu tempat," kata Tata.

Baca juga: Rekomendasi Wisata Murah di Jakarta, Jogja, dan Malang, Tiket Masuk Rp 5.000-Rp 10.000

Komunitas Postcrossing

Selain masih secara aktif digunakan oleh para pelancong dari berbagai belahan dunia, Tata mengatakan bahwa saat ini ada komunitas internasional bernama Postcrossing, yang mewadahi para penggemar kartu pos dari seluruh dunia.

Informasi lengkap mengenai komunitas Postcrossing bisa dilihat di laman postcrossing.com dan Instagram @postcrossing.

"Pelopor dan yang menggerakkan itu orang Swiss kalau enggak salah. Anggotanya puluhan ribu, ya masih banyaklah. Indonesia termasuk salah satu yang paling rajin mengirimkan kartu pos," kata Tata. 

Baca juga: Nomor WhatsApp Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Muti Diretas, Ini Kronologinya...

Dia menjelaskan, ada perbedaan antara kegiatan Postcrossing di masa sekarang dengan mengirim kartu pos pada zaman baheula.

"Ketika dia mau kirim, dia foto kartu posnya sebelum dikirim. Nanti dia kirim melalui Instagram atau medsos, dan tag temannya yang akan dikirimi 'Tunggu ya, kartu posku akan berangkat'. Nanti begitu sampai, si penerima akan memotret lagi 'Wah, kartu posmu sudah sampai. Perjalanannya dua bulan'. Itu kan menjadi sesuatu yang unik," katanya lagi.

Tata mengatakan, orang-orang menyebut bisnis pengiriman kartu pos ini sebagai snail mail

Baca juga: Dari Hobi Karyawan hingga Menelurkan Atlet Berprestasi, Ini Sejarah PB Djarum

"Snail mail ini karena teknologinya menggunakan perangko. Satu, perangko itu tidak tercatat, kalau menggunakan yang lain misalnya EMS (Express Mail Service), itu kita bisa track and trace, tapi kalau mengirimkan menggunakan perangko itu tidak bisa di-track and trace," kata Tata.

"Jadi surat itu akan melayang-layang ke mana-mana, akhirnya sampai juga di tujuan. Mungkin dengan waktu yang cukup lama. Nah, waktu pengiriman inilah yang menjadi unik bagi para penggemar Postcrossing ini untuk berkirim-kirim kartu pos," imbuhnya.

Tata mengatakan, berkirim kartu pos di era sekarang bukan lagi dengan tujuan memberi kabar, melainkan sebagai sebuah hobi.

Yakni, sebuah kesenangan menikmati sensasi menunggu kartu pos yang sekian lama terapung-apung hingga akhirnya sampai ke rumah.  

Baca juga: Mengenal Tato Maori yang Dimiliki Menlu Selandia Baru

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

5 Negara yang Tak Punya Bandara, Bagaimana Cara ke Sana?

5 Negara yang Tak Punya Bandara, Bagaimana Cara ke Sana?

Tren
Kata Media Asing soal Indonesia Vs Guinea, Ada yang Soroti Kartu Merah Shin Tae-yong

Kata Media Asing soal Indonesia Vs Guinea, Ada yang Soroti Kartu Merah Shin Tae-yong

Tren
Manfaat Buah dan Sayur Berdasar Warnanya, Merah Bisa Cegah Kolesterol Tinggi

Manfaat Buah dan Sayur Berdasar Warnanya, Merah Bisa Cegah Kolesterol Tinggi

Tren
16 Negara yang Lolos Berlaga di Sepak Bola Olimpiade Paris 2024, Termasuk Guinea

16 Negara yang Lolos Berlaga di Sepak Bola Olimpiade Paris 2024, Termasuk Guinea

Tren
Duduk Perkara Rektor Unri Polisikan Mahasiswa yang Protes UKT, Berakhir Cabut Laporan

Duduk Perkara Rektor Unri Polisikan Mahasiswa yang Protes UKT, Berakhir Cabut Laporan

Tren
Jarang Diketahui, Ini 9 Manfaat Jalan Kaki Tanpa Alas Kaki di Pagi Hari

Jarang Diketahui, Ini 9 Manfaat Jalan Kaki Tanpa Alas Kaki di Pagi Hari

Tren
Muncul Fenomena ASI Bubuk, IDAI Buka Suara

Muncul Fenomena ASI Bubuk, IDAI Buka Suara

Tren
Ramai soal ASI Bubuk, Amankah Dikonsumsi Bayi?

Ramai soal ASI Bubuk, Amankah Dikonsumsi Bayi?

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang 10-11 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang 10-11 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Pertandingan Indonesia Vs Guinea | Wacana Pembongkaran Separator Ring Road Yogyakarta

[POPULER TREN] Pertandingan Indonesia Vs Guinea | Wacana Pembongkaran Separator Ring Road Yogyakarta

Tren
Situs Panganku.org Beralih Fungsi Jadi Judi Online, Kemenkes dan Kemenkominfo Buka Suara

Situs Panganku.org Beralih Fungsi Jadi Judi Online, Kemenkes dan Kemenkominfo Buka Suara

Tren
Kapan Pengumuman Hasil Tes Online 1 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Kapan Pengumuman Hasil Tes Online 1 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Tren
Ramai soal Surat Edaran Berisi Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik, Ini Kata DLH

Ramai soal Surat Edaran Berisi Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik, Ini Kata DLH

Tren
Saat Penyambut Tamu Acara Met Gala Dipecat karena Lebih Menonjol dari Kylie Jenner...

Saat Penyambut Tamu Acara Met Gala Dipecat karena Lebih Menonjol dari Kylie Jenner...

Tren
Kronologi dan Motif Ibu Racuni Anak Tiri di Rokan Hilir, Riau

Kronologi dan Motif Ibu Racuni Anak Tiri di Rokan Hilir, Riau

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com