Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Danish Mayfly Dinobatkan sebagai Insect of The Year 2021

Kompas.com - 02/12/2020, 11:05 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

Sumber AP News

 

KOMPAS.com - Danish Mayfly atau lalat capung Denmark dinobatkan sebagai Insect of The Year 2021 oleh kelompok ilmuwan yang merepresentasikan institusi-instusi riset di Eropa.

Dilansir dari AP News, Jumat (27/11/2020), penobatan Danish Mayfly sebagai Insect of The Year dilakukan saat pertemuan internasional yang diikuti oleh para peneliti serangga pada Jumat (27/11/2020).

Thomas Schmitt, Ketua Komisi Ilmuwan yang membuat pilihan tersebut mengatakan, serangga dengan nama ilmiah Ephemera danica itu terpilih karena dianggap memiliki siklus hidup yang unik.

Schmitt yang juga perwakilan dari lembaga penelitian dan organisasi konservasi dari Jerman, Austria, dan Swiss mengatakan, siklus hidup Danish Mayfly dewasa terbilang singkat. 

“Yang membuat capung itu unik adalah siklus hidupnya, begitu mereka dewasa dan mampu terbang, serangga itu kawin lalu meletakkan telurnya di air, dan kemudian mati. Semua itu terjadi hanya dalam hitungan hari,” kata Schmitt.

Baca juga: 5 Negara yang Memiliki Kuliner Berbahan Dasar Serangga, Mana Saja?

Baca juga: Update Perkembangan Vaksin di Seluruh Dunia, dari Gunakan Tembakau, Serangga hingga Gorila

Siklus hidup Danish Mayfly

Menurut komisi ilmuwan itu, capung telah ada di bumi selama sekitar 355 juta tahun dan saat ini ada sekitar 140 spesies yang hidup di kawasan Eropa Tengah.

Meskipun masa hidup mereka ketika mencapai usia dewasa cukup singkat, namun siklus perkembangan Danish mayfly mereka untuk mencapai usia dewasa cukup panjang.

Danish mayfly betina terbang zig-zag di atas air antara bulan Mei dan September, kemudian menelurkan ribuan telur yang kemudian tenggelam di dasar sungai.

Baca juga: Apa Itu Brucellosis, Infeksi Bakteri dari Hewan ke Manusia yang Mewabah di China

Setelah itu, larva capung akan menetas dalam beberapa hari, dan kemudian menumbuhkan insang.

Karena terkubur di dasar sungai, larva-larva itu membutuhkan waktu antara satu hingga tiga tahun untuk berkembang menjadi dewasa.

"Sesaat sebelum peralihan dari kehidupan akuatik ke darat, lapisan udara terbentuk di antara kulit lama dan baru dari larva dewasa,” kata Schmitt, yang juga direktur Institut Entomologi Jerman Senckenberg di Muencheberg, timur Berlin.

Baca juga: [Hoaks] Bibir Seorang Pria Keluarkan Larva Diduga dari Minuman Kaleng

"Dengan mengurangi berat badannya, larva kemudian naik ke permukaan air. Sesampai di sana, kulit larva pecah dan dalam beberapa detik capung yang telah dewasa menetas,” imbuhnya.

Schmitt mengatakan, alasan serangga itu memiliki siklus hidup pendek saat dewasa adalah karena mereka tidak memiliki mulut. 

Dengan tidak adanya bagian mulut atau organ pencernaan yang berfungsi, Danish Mayfly dewasa hanya memiliki beberapa hari untuk kawin dan meletakkan telur baru sebelum mati.

Baca juga: Cegah Stunting dengan Konsumsi Telur...

Tentang Insect of the Year

Pemilihan serangga tahunan telah dilakukan oleh komisi itu setiap tahun sejak 1999.

Mereka memilih satu serangga yang dianggap unik agar menarik perhatian khalayak luas untuk belajar tentang serangga.

Dikutip dari laman resmi mereka, German Society for General and Applied Entomology, berikut adalah daftar Insect of The Year sejak 2016 hingga 2020:

  • 2016: Serangga ekor-pegas (Allacma fusca)
  • 2017: Belalang sembah Eropa
  • 2018: Common scorpionfly
  • 2019: Lebah Red Mason
  • 2020: Kumbang Black-blue oil

Baca juga: Selain Udang Asal Sulawesi, Ini 5 Hewan di Indonesia yang Terancam Punah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Suhu di Semarang Disebut Lebih Panas dari Biasanya, Ini Penyebabnya Menurut BMKG

Suhu di Semarang Disebut Lebih Panas dari Biasanya, Ini Penyebabnya Menurut BMKG

Tren
Selalu Merasa Lapar Sepanjang Hari? Ketahui 12 Penyebabnya

Selalu Merasa Lapar Sepanjang Hari? Ketahui 12 Penyebabnya

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 13-14 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 13-14 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] UKT dan Uang Pangkal yang Semakin Beratkan Mahasiswa | Kronologi Kecelakaan Bus Subang

[POPULER TREN] UKT dan Uang Pangkal yang Semakin Beratkan Mahasiswa | Kronologi Kecelakaan Bus Subang

Tren
7 Gejala Stroke Ringan yang Sering Diabaikan dan Cara Mencegahnya

7 Gejala Stroke Ringan yang Sering Diabaikan dan Cara Mencegahnya

Tren
Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana, Izin Kendaraan Mati, Pengusaha Harus Dipolisikan

Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana, Izin Kendaraan Mati, Pengusaha Harus Dipolisikan

Tren
8 Tanda Batu Ginjal dan Cara Mencegahnya

8 Tanda Batu Ginjal dan Cara Mencegahnya

Tren
400 Produk Makanan India Ditandai Mengandung Kontaminasi Berbahaya

400 Produk Makanan India Ditandai Mengandung Kontaminasi Berbahaya

Tren
Kecelakaan Maut Rombongan SMK di Subang dan Urgensi Penerapan Sabuk Pengaman bagi Penumpang Bus

Kecelakaan Maut Rombongan SMK di Subang dan Urgensi Penerapan Sabuk Pengaman bagi Penumpang Bus

Tren
'Whistleblower' Israel Ungkap Kondisi Tahanan Palestina, Sering Alami Penyiksaan Ekstrem

"Whistleblower" Israel Ungkap Kondisi Tahanan Palestina, Sering Alami Penyiksaan Ekstrem

Tren
9 Negara Tolak Palestina Jadi Anggota PBB, Ada Argentina-Papua Nugini

9 Negara Tolak Palestina Jadi Anggota PBB, Ada Argentina-Papua Nugini

Tren
Vasektomi Gratis dan Dapat Uang Imbalan, Ini Penjelasan BKKBN

Vasektomi Gratis dan Dapat Uang Imbalan, Ini Penjelasan BKKBN

Tren
Pendaftaran CPNS 2024 Diundur hingga Juni 2024, Ini Alasan Kemenpan-RB

Pendaftaran CPNS 2024 Diundur hingga Juni 2024, Ini Alasan Kemenpan-RB

Tren
Profil Jajang Paliama, Mantan Pemain Timnas yang Meninggal karena Kecelakaan

Profil Jajang Paliama, Mantan Pemain Timnas yang Meninggal karena Kecelakaan

Tren
Dampak Badai Magnet Ekstrem di Indonesia, Sampai Kapan Terjadi?

Dampak Badai Magnet Ekstrem di Indonesia, Sampai Kapan Terjadi?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com