KOMPAS.com - Setiap tanggal 31 Oktober masyarakat dunia, khususnya bumi belahan barat merayakan Halloween.
Perayaan ini sangat ikonik dengan buah-buah labu yang dibentuk dan dihias sedemikian rupa, termasuk di tahun ini.
Orang-orang pun berdandan dengan gaya seram, didukung dengan kostum aneka rupa yang mendukung penampilannya.
Halloween di tengah pandemi virus corona kali ini pun ramai diperbincangkan warganet.
Bahkan, di media sosial Twitter, #Halloween2020 menjadi kata kunci populer. Jumlah twit yang menggunakan tagar ini setidaknya sudah mencapai 350 ribu pada Minggu (1/1/2020) pukul 06.00 WIB.
Baca juga: Ramaikan Halloween dengan 7 Rekomendasi Film Horor Korea Ini
Lalu, apa sesungguhnya maksud dan cerita di balik perayaan ini pada awalnya?
Melansir History, perayaan Halloween ini berasal dari festival kuno bangsa Celtic yakni Samhain (diaca sow-in).
Bangsa Celtic hidup sekitar 2.000 tahun yang lalu di wilayah yang kini dikenal sebagai Irlandia, Inggris, dan Perancis utara.
Di festival Samhain itu, mereka sebenarnya merayakan pergantian tahun mereka, yakni bertepatan dengan 1 November.
Bukan 1 Januari, karena 1 November ini menandai berakhirnya musim panas dan masa panen yang kemudian beralih menjadi gelap, dingin, dan waktu dalam sebuah tahun yang diasosiasikan dengan banyak kematian manusia.
Bangsa ini yakin dan percaya, di malam sebelum pergantian tahun, perbatasan antara dunia kehidupan dan kematian menjadi kabur dan tidak jelas. Mereka juga percaya, di malam itu arwah mereka yang sudah meninggal akan kembali ke bumi.
Baca juga: Kenapa Selalu Ada Permen Saat Hari Halloween?
Arwah-arwah ini dipercaya dapat merusak tanaman dan membuat masalah. Namun mereka juga bisa mempermudah para Druid atau pemuka bangsa Celtiv memprediksi masa depan, terutama selama musim dingin yang panjang dan gelap.
Ini mengingat banyaknya orang Celtic yang menggantungkan hidupnya pada alam yang penuh dengan ketidakpastian.
Untuk itu, mereka berkumpul dan merayakan Samhain dengan mengenakan kostum yang terbuat dari kepala dan kulit binatang.
Di sana orang-orang membuat api unggun suci yang besar untuk membakar tanaman juga binatang sebagai bentuk pengorbanan pada dewa. Mereka juga saling bertukar cerita soal keberuntungan yang pernah mereka alami.