Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi Ini Temukan Kemungkinan Penyebab Hilangnya Penciuman oleh Penderita Covid-19

Kompas.com - 25/10/2020, 16:03 WIB
Retia Kartika Dewi,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah studi mengungkapkan, hilangnya penciuman mendadak pada beberapa pasien Covid-19 kemungkinan terjadi karena adanya perubahan pada otak.

Diberitakan Newsweek, Jumat (23/10/2020), penulis hasil studi dari Laboratorium Pemetaan Fungsional Otak di Universitas ULB Belgia, Maxime Niesen bersama rekannya memaparkan hopitesis bahwa beberapa pasien Covid-19 yang mengalami anosmia karena infeksi virus memengaruhi sel-sel yang mendukung neuron tertentu.

Neuron ini dinilai menjadi kunci untuk indera-indera ini melakukan fungsinya.

Sementara itu, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS menyebutkan, gejala hilangnya penciuman tersebut muncul bersamaan dengan gejala infeksi virus corona lainnya seperti demam atau kedinginan, batuk sesak napas, dan kelelahan.

Peradangan menghentikan kemampuan indera penciuman

Direktur Pusat Studi Indera di Universitas London Inggris, Profesor Barry Smith mengatakan, peradangan juga memungkinkan berhentinya reseptor tertentu dari kemampuan mencium bau.

Smith menyebutkan, kemampuan ini dapat kembali normal atau mereda jika kondisi tubuh pulih secara perlahan.

Menurut dia, jika seseorang kehilangan kemampuan indera penciumannya secara total atau sebagian untuk jangka waktu yang lebih lama, hal ini karena adanya reaksi berlebihan dari sistem kekebalan yang memblokir reseptor.

Studi tersebut melibatkan 12 pasien berusia antara 23 sampai 60 tahun yang tiba-tiba kehilangan kemampuan indera penciuman dan didiagnosis positif Covid-19.

Kemudian, tim membandingkan pemindaian mereka dengan 26 orang sehat, berusia antara 22 hingga 52 tahun.

Pada tujuh pasien, hilangnya bau adalah Covid-19 yang dominan.

Baca juga: Demam Lalu Kehilangan Indra Penciuman, Perempuan Ini Terpapar Corona

Sementara, lima pasien pulih sepenuhnya atau hampir pulih hingga 10 minggu setelah kehilangan kemampuan indera penciuman.

Akan tetapi, tujuh pasien masih mengalami masalah hingga 16 minggu kemudian.

Setelah mempelajari 12 pasien Covid-19, peneliti menyebutkan, ada sejumlah alasan mengapa para pasien kehilangan kemampuan indera penciuman.

Alasan tersebut karena ada bagian otak yang terlibat dalam pemrosesan bau, termasuk celah penciuman, bola olfaktorius, dan jaringan saraf di sekitarnya terpengaruh pada beberapa pasien.

Tak hanya itu, peneliti juga menemukan bahwa infeksi tampaknya memengaruh bagian otak yang terlibat dalam memetabolisme gula dan koneksi sel saraf yang menyampaikan informasi tentang bau.

Jika bagian otak itu terinfeksi virus corona, maka fungsinya akan terganggu.

Virus menyebar di saluran pernapasan

Di sisi lain, Profesor neurologi di Pusat Medis Universitas Nottingham Queen, Inggris, Cris S Constantinescu mengatakan, penelitian itu dibatasi karena hanya melibatkan sejumlah kecil peserta.

Ketika ditanya mengapa beberapa pasien Covid-19 kehilangan bau dan rasa, Constantinescu menjelaskan, hal itu terjadi karena ada hubungan dengan jumlah virus yang menyebar di saluran pernapasan bagian atas seseorang.

Ia menduga, pasien yang bagian tubuh lainnya terkena virus, misalnya pembuluh darah, sistem pencernaan, mungkin tidak kehilangan indera penciumannya.

Disfungsi penciuman pada Covid-19

Seperti diberitakan Kompas.com, 27 September 2020, JAMA Network menunjukkan bahwa 59 dari 60 orang pasien yang dirawat di rumah sakit dengan Covid-19 mengalami gangguan indera penciuman.

JAMA Network menuliskan olfactory dysfunction (OD) atau disfungsi olfaktorius, yang didefinisikan sebagai kemampuan mencium, berkurang atau terdistorsi selama mengendus (penciuman orthonasal) atau saat makan (penciuman retronasal).

Adapun kondisi tersebut sering dilaporkan dalam kasus infeksi virus corona ringan, bahkan tanpa gejala.

Laporan OD terkait virus corona menggambarkan gangguan penciuman yang muncul tiba-tiba, yang mungkin dengan atau tidak adanya gejala lain.

Virus corona merupakan salah satu dari banyak patigen yang diketahui menyebabkan OD pasca-infeksi.

Tidak hanya membuat kemampuan indera penciuman tidak berfungsi, virus corona membuat gangguan fungsi neuron.

Awalnya, sel epitel hidung menunjukkan ekspresi yang relatif tinggi dari reseptor enzim pengubah angiotensinn 2, yang diperlukan untuk masuknya virus SARS-CoV-2.

Setelah masuk, timbul gangguan sel-sel di neuropithelium penciuman yang dapat menyebabkan perubahan inflamasi yang mengganggu fungsi neuron reseptor penciuman.

Hal ini membuat kerusakan neuron reseptor penciuman berikutnya dan/atau merusak neurogenesis berikutnya.

Perubahan tersebut dapat menyebabkan OD sementara atau dalam waktu lama.

Baca juga: Dosen Untan Pontianak Positif Corona, Berawal dari Kehilangan Indra Penciuman

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Gejala Neurologis pada Pasien Covid-19

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Melihat Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Jalur Rawan dan Mitos Tanjakan Emen

Melihat Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Jalur Rawan dan Mitos Tanjakan Emen

Tren
Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Tren
Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni 'Atlantis yang Hilang' di Lepas Pantai Australia

Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni "Atlantis yang Hilang" di Lepas Pantai Australia

Tren
4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

Tren
Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Tren
Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Tren
8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

Tren
2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

Tren
Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Tren
Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Tren
Saya Bukan Otak

Saya Bukan Otak

Tren
Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Tren
Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com