Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Disebut Tak Efektif oleh WHO, Ini Alasan AS Pilih Remdesivir untuk Obati Covid-19

Kompas.com - 24/10/2020, 14:40 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) memberikan persetujuan penuh untuk obat antiviral remdesivir sebagai obat Covid-19 di rumah sakit.

Persetujuan ini dikeluarkan setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada pekan lalu menyebut bahwa remdesivir tak banyak berpengaruh pada kelangsungan hidup pasien.

Pernyataan WHO ini disampaikan berdasarkan temuan WHO dalam studinya. Meski demikian, produsen obat Gilead menolak temuan tersebut.

Sejak Mei 2020, Remdesivir telah diizinkan untuk penggunaan darurat hanya di AS.

Obat itu juga baru-baru ini diberikan kepada Presiden AS Donald Trump setelah dinyatakan positif Covid-19. Beberapa hari kemudian, Trump mengaku telah pulih.

Berdasarkan uji klinis FDA

Dalam pernyataannya, FDA menyatakan remdesivir disetujui pada Kamis (22/10/2020) untuk diganakan kepada pasien dewasa dan anak-anak berusia 12 tahun ke atas dan berat setidaknya 40 kilogram yang membutuhkan rawat inap.

"Persetujuan hari ini didukung oleh data dari berbagai uji klinis yang telah dinilai secara ketat oleh badan tersebut dan merupakan tonggak ilmiah penting dalam pandemi Covid-19," kata Komisaris FDA Stephen Hahn, dikutip dari BBC, Jumat (23/10/2020).

Baca juga: WHO Tegaskan Kesimpulan soal Obat Remdesivir untuk Pasien Covid-19

Menurut dia, keputusan itu didukung oleh analisis data dari tiga uji klinis acak terkontrol yang mencakup pasien di rumah sakit dengan gejala Covid-19 ringan hingga berat.

Remdisivir yang akan dijual memiliki nama merek Veklury dengan harga 3.120 dollar AS untuk pengobatan lima hari atau 2.340 dollar AS untuk pembeli dari pemerintah, seperti Departemen Urusan Veteran.

Persetujuan itu membuat saham Gilead naik 4,3 persen.

Remdesivir telah menjadi standar perawatan untuk pasien yang dirawat di rumah sakit dengan gejala Covid-19 parah, meski belum terbukti meningkatkan kelangsungan hidup.

Obat tersebut juga belum terbukti secara siginifikan membantu pasien yang sakit sedang.

Banyak dokter tetap berhati-hati dalam menggunakannya untuk pasien dengan penyakit yang tak terlalu parah.

"Persetujuan resmi FDA tidak mengubah perkiraan (penjualan) atau pandangan kami untuk remdesivir, karena remdesivir telah diberi merek standar perawatan sebelum persetujuan formal," kata analis Raymond James Steven Seedhouse dalam catatan penelitian, dilansir dari Reuters, Jumat (23/10/2020).

Menurut Gilead, saat ini pihaknya memenuhi permintaan obat di AS dan mengantisipasi untuk memenuhi permintaan global pada akhir Oktober.

Gilead menyebutkan, Veklury memiliki persetujuan peraturan atau otorisasi sementara di sekitar 50 negara tambahan.

Pada hari yang sama, FDA juga mengeluarkan izin darurat baru remdesivir untuk merawat pasien anak di bawah usia 12 tahun di rumah sakit.

Jika disetujui, Gilead juga mengembangkan versi obat hirup yang mungkin digunakan di luar lingkungan rumah sakit.

Baca juga: Studi Terbaru Mengonfirmasi Efektivitas Remdesivir sebagai Obat Corona

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Tren
Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Tren
Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Tren
Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Tren
Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Tren
Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Tren
3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Tren
Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Tren
'Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... '

"Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... "

Tren
Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Tren
Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain'

Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain"

Tren
Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Tren
Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Tren
Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com