KOMPAS.com - Para ilmuwan di Cile tengah meneliti kemungkinan adanya mutasi virus corona SARS-CoV-2 di salah satu provinsi di negara mereka, Magallanes.
Dilansir dari Al Jazeera, Minggu (11/10/2020), kecurigaan tentang adanya mutasi virus mengemuka setelah otoritas setempat menilai tingginya kasus di Magallanes sebagai sesuatu yang tidak wajar.
Magallanes termasuk provinsi terpencil di Cile, dan total penduduknya hanya 1 persen dari total populasi di negara itu.
Namun, hampir 20 persen dari total kasus konfirmasi positif Covid-19 di Cile, justru berasal dari Magallanes.
Pada awal pekan ini, jumlah orang yang dites positif di Magallanes sama dengan di ibu kota.
Padahal, Magallanes memiliki kepadatan populasi terendah di negara itu, 170.000 jiwa berbanding delapan juta jiwa di ibu kota Santiago.
Para ahli mengatakan, mungkin ada banyak alasan, termasuk cuaca.
Namun, mereka tidak dapat mengesampingkan bahwa penyebab utamanya adalah virus itu sendiri.
Baca juga: Update Virus Corona Dunia 3 Agustus: 18,2 Juta Orang Terinfeksi | Cile Laporkan Ribuan Kasus Baru
Sebelumnya, penelitian di luar Cile telah menemukan bahwa virus corona dapat berevolusi untuk beradaptasi dengan manusia.
Penelitian sebelumnya yang menganalisis struktur virus, setelah terjadinya dua gelombang infeksi di Houston, Amerika Serikat, menemukan keberadaan jenis virus yang lebih menular.
Organisasi Kesehatan Pan American akan membantu para ilmuwan Cile dalam upaya memastikan apakah versi baru Covid-19 ini lebih menular daripada virus sebelumnya.
“Jika hipotesis itu valid, tentu akan mengkhawatirkan. Karena jika tingkat penularan yang kita lihat di Magallanes menyebar secara nasional, itu berarti 25.000 kasus baru per hari, dan itu adalah skenario yang berbahaya,” kata Wakil Menteri Kesehatan Cile Arturo Zuniga.
Dilansir dari Reuters, Jumat (9/10/2020), Dr. Marcelo Navarrete dari University of Magallanes mengatakan, para peneliti telah mendeteksi adanya "perubahan struktural" pada struktur berbentuk duri dari virus corona.
Dia mengatakan, penelitian sedang dilakukan untuk lebih memahami potensi mutasi dan pengaruhnya terhadap manusia.
“Satu-satunya hal yang kami ketahui hingga saat ini adalah bahwa perubahan ini bertepatan dengan gelombang kedua yang cukup intens di wilayah tersebut,” kata Navarrete.