Menurut Didik, resesi yang akan dialami Indonesia di tahun 2020 ini akan berbeda dengan yang pernah terjadi pada 1998 lalu.
Dia menyebut, resesi pada 1998 lalu disebabkan oleh kurs mata uang, sedangkan pada 2020 ini disebabkan oleh Covid-19.
"Kalau dulu itu langsung shock. Kalau sekarang ini susutnya pelan-pelan. Makanya minusnya tidak sebesar pada waktu '98 yang sampai 13 persen," kata Didik.
Baca juga: Mengingat Kerusuhan Mei 1998, Bagaimana Kronologinya?
Selain penyebab yang berbeda, Didik mengatakan, resesi tahun ini juga akan menimbulkan dampak yang berbeda pula.
"Dulu itu pengusaha-pengusaha kecil menengah enggak kena, karena enggak punya utang. Dulu yang kena itu yang punya utang besar, seperti perusahaan, hotel-hotel mewah, langsung ambles," ujar dia.
"Sekarang yang bisnis kecil kena, karena kan pasarnya tutup. Komunikasi transaksinya tutup, berkurang jauh karena enggak bisa berhubungan," katanya melanjutkan.
Sehingga, meski kontraksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini tidak akan sebesar 1998 lalu, namun Didik menyebut bahwa dampaknya justru akan lebih luas.
"Dunia usaha akan mengalami perlambatan, kemudian pengangguran makin banyak, orang yang miskin makin banyak, perusahaan yang tutup juga banyak," kata Didik.
Baca juga: Tak Hanya Pekerja, Korban PHK Juga Berhak Dapat Bantuan Subsidi Upah, Ini Caranya...