Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Buang Minyak Jelantah ke Saluran Pembuangan, Ini Dampaknya...

Kompas.com - 16/09/2020, 14:55 WIB
Retia Kartika Dewi,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Setelah selesai memasak dengan minyak goreng, biasanya minyak yang sudah digunakan akan dibuang atau disisihkan untuk dipakai kembali.

Namun, jika minyak yang telah digunakan itu telah dipakai berkali-kali dan berwarna agak kehitaman, maka penggunaan minyak tersebut sudah tidak bisa dipakai untuk menggoreng lagi.

Mungkin beberapa rumah tangga akan membuang minyak jelantah ini di saluran pembuangan air.

Tetapi ternyata membuang minyak jelantah pada saluran pembuangan disebut-sebut bisa berdampak buruk bagi lingkungan. 

Baca juga: Bagaimana Minyak Jelantah Bisa Sebabkan Kanker dan Penyakit Jantung?

Dilansir dari akun Instagram resmi Waste4Change, @waste4change mengungkapkan bahwa minyak jelantah sebaiknya tidak dibuang sembarangan ke saluran air.

Waste4Change adalah perusahaan pengelolaan sampah yang ramah lingkungan. 

 
 
 
View this post on Instagram
 
 

Beneran min Waste4Change bisa bantu olah minyak jelantah???? ????? ???? Minyak jelantah sebaiknya tidak dibuang sembarangan ke saluran air karena dapat menyumbat saluran air dan tentunya mencemari lingkungan baik air dan tanah. Lapisan minyak pada permukaan air dapat menghalangi masuknya sinar matahari kemudian menyebabkan kerusakan ekosistem perairan. Selain itu, minyak jelantah yang tidak diolah dengan bertanggung jawab dapat menjadi kontaminan pada limbah lainnya. Sehingga limbah yang terkontaminasi oleh minyak tidak dapat didaur ulang dengan optimal.???? ???? Kabar baiknya, kini Waste4Change sudah bisa bantu olah limbah minyak jelantah kamu melalui servis Send Your Waste. Sebelum mengirim, tanyakan terlebih dahulu apakah jasa ekspedisi kepercayaan kamu sudah bisa menerima jenis pengiriman liquid/cairan. Pastikan juga wadah yang digunakan untuk mengirimkan minyak ini tertutup rapat, tidak mudah bocor dan aman.? ? Minyak jelantah yang dikirim nantinya akan diolah menjadi bahan bakar biodesel.??? Limbah minyak jelantah yang diolah menjadi bahan bakar hayati merupakan wujud upaya konsep #CircularEconomy, yang berperan dalam menjaga lingkungan untuk generasi mendatang dapat merasakan sumber daya yang saat ini juga kita rasakan.??? ???????? ??? #BijakKelolaSampah #MinyakJelantah #LimbahMinyak #SampahOrganik #BijakKelolaJelantah

A post shared by Waste4Change (@waste4change) on Sep 15, 2020 at 4:00am PDT

Apa dampak membuang jelantah ke saluran pembuangan?

Ahli toksikologi kimia dari Universitas Indonesia (UI), Budiawan mengungkapkan bahwa minyak goreng bekas pakai sebaiknya diperlakukan sebagai limbah dan tidak boleh dibuang sembarangan.

"Minyak goreng bekas pakai (jelantah) sepatutnya diperlakukan sebagai limbah dan tidak boleh dibuang sembarang (selokan), karena akan menghasilkan bau tidak sedap/tidak sehat," ujar Budiawan saat dihubungi Kompas.com, Rabu (16/9/2020).

Menurut Budiawan, bau tidak sedap ini kemungkinan berasal dari terurainya minyak jelantah menjadi senyawa kimia lain yang menjadi penyebab bau dan yang membuat perubahan warna.

Biasanya limbah yang berubah ini menjadi warna kuning kecoklatan, bahkan hitam.

Hal inilah yang membuat lingkungan menjadi kurang indah.

Budiawan mengatakan, alternatif yang aman untuk membuang minyak jelantah yakni dengan mengumpulkan minyak tersebut dan dikelola oleh pihak ketiga sesuai dengan kebijakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

"Sebaiknya dikumpulkan ke pengepul dan dikelola oleh pihak ketiga sesuai ketentuan atau kebijakan KLHK untuk pengelolaan pembuangan limbah," ujar Budiawan.

Baca juga: Inovasi Mahasiswa Undip, Ubah Limbah Jelantah Jadi Krayon Warna

Membuat angka BOD dan COD naik

Di sisi lain, Peneliti Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Agus Haryono menyampaikan, membuang minyak jelantah ke saluran air merupakan kebiasaan buruk.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com