Ia juga memainkan peran kunci dalam kembalinya Abe ke tampuk kekuasaan pada akhir 2012.
Dikutip dari CNN, Minggu (13/9/2020), Suga dikenal sebagai tangan kanan Abe setelah menjabat sebagai sekretaris kabinet Perdana Menteri.
Meski demikian, keduanya memiliki gaya yang sangat berbeda.
Baca juga: Kandidat Terkuat PM Jepang, Yoshihide Suga, Siap Lanjutkan Abenomics
Suga juga dikenal sebagai seorang yang gila kerja. Ia bangun jam 5 pagi, menghabiskan satu jam memeriksa berita, termasuk semua surat kabar utama, berjalan-jalan 40 menit, melakukan 100 kali sit-up, sarapan, dan kemudian pergi bekerja ke kantor perdana menteri pada pukul 09.00 pagi.
Pada siang hari, Suga telah mengadakan konferensi pers dua kali sehari sebagai juru bicara pemerintah dan lusinan pertemuan.
Ia lebih suka makan mie soba untuk makan siang sehingga dia bisa selesai makan dalam lima menit.
Setelah meninggalkan kantor perdana menteri pada pukul 18:45, ia bertemu saat makan malam dengan politisi lain serta akademisi untuk bertukar pandangan tentang kebijakan.
Suga sering mengadakan dua atau tiga pertemuan ini setiap malam, sambil menjaga agar tidak makan terlalu banyak.
Baca juga: Orang Dekat Shinzo Abe Disebut Ikut Bursa Pemilihan PM Jepang
Sebuah jajak pendapat oleh Mainichi, salah satu surat kabar terbesar di Jepang, sebelum pengumuman pengunduran diri Abe menemukan bahwa 58,4 persen orang yang disurvei tidak puas dengan penanganannya terhadap pandemi.
Jajak pendapat itu membuktikan tugas berat yang telah menanti Suga.
Masalah utama, seperti utang pemerintah yang besar dan tingginya populasi orang lanjut usia juga patut mendapatkan perhatiannya.
Meski dipandang sebagai juru bicara sukses, tapi tak banyak yang tahu mengenai Suga.
"Tidak ada yang benar-benar tahu siapa pria ini. Dia bekerja di belakang layar," kata ahli politik Jepang Brad Glosserman.
"Ia punya cerita yang sangat bagus, sangat mandiri. Pertanyaannya, bagaimanapun, adalah sejauh mana dia memiliki kepribadian yang dapat bersinar," lanjutnya.
Sementara itu, seorang profesor ilmu politik Waseda University Etsushi Tanifuji mengatakan, Suga tidak memiliki visi besar untuk Jepang dan lebih merupakan pemecah masalah.
"Beberapa pemimpin memiliki ideologi dan mereka bertindak dengan itu sebagai cahaya penuntun mereka. Suga bukanlah politisi seperti itu," jelas dia.
Baca juga: Sanksi Pelanggar PSBB DKI Jakarta Apakah Efektif? Ini Kata Epidemiolog
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.