Lebanon memberlakukan keadaan darurat selama dua minggu, setelah otoritas setempat menuding 2.750 ton bahan kimia reaktif, amonium nitrat, sebagai biang keladi ledakan.
Baca juga: Ledakan di Lebanon, Kemenlu Terus Pantau dan Pastikan Kondisi WNI
Di tengah keterkejutan dan kebingungan akibat bencana yang baru terjadi, kemarahan masyarakat kepada elit politik semakin membuncah. Kemarahan yang terpendam sejak krisis ekonomi melanda, dan kasus virus corona yang terus meningkat.
"Jika ada di antara mereka yang berani bertanggung jawab, saya mungkin akan berubah pikiran," kata Khaled Qudsi, seorang pegawai toko di Beirut.
"Namun, saya bisa bertaruh bahwa jika ada kepentingan komersil mereka (elit politik) yang terkait dengan musibah ini, semua itu akan tersapu dan hilang tanpa bekas," katanya.
Ledakan yang terjadi pada Selasa (4/8/2020) pukul 18.08 waktu setempat dilaporkan begitu dahsyat, hingga getarannya bisa dirasakan di Siprus yang berjarak 120 mil jauhnya.
Getaran itu juga menghancurkan kaca-kaca mobil, dan jendela apartemen serta rumah. Foto-foto yang diambil pasca ledakan menunjukkan kondisi kota yang dipenuhi reruntuhan.
"Banyak orang yang hilang. Orang-orang terus bertanya pada departemen tanggap darurat tentang keberadaan orang terkasih mereka, namun sulit untuk melakukan pencarian saat malam karena tidak ada listrik untuk penerangan," kata Menteri Kesehatan Lebanon, Hamad Hasan kepada Reuters.
Baca juga: Pasca-ledakan Lebanon, Presiden Aoun Serukan Masa Darurat 2 Pekan
Presiden Michel Aoun telah mengumumkan masa berkabung selama tiga hari. Ia juga berjanji bahwa pemerintah akan segera mengucurkan bantuan senilai 100bn lira (50,5 juta poundsterling)
Segera setelah ledakan terjadi, orang-orang Beirut berdiri di antara kepulan debu, puing-puing, pecahan kaca, serta gedung-gedung yang terbakar, dan berteriak meminta bantuan.
Di pelabuhan pada Selasa malam, seorang wanita berusia 20-an berdiri di gerbang berteriak pada pasukan keamanan, bertanya tentang nasib kakak lelakinya, yang bekerja sebagai karyawan di pelabuhan.
"Namanya Jad, matanya hijau," pintanya, tetapi pasukan keamanan dengan tegas menolaknya masuk. Di dekatnya, seorang wanita lain nyaris pingsan ketika menanyakan tentang saudara lelakinya yang juga bekerja di pelabuhan.
"Kondisinya benar-benar kacau di dalam (pelabuhan). Mayat-mayat tergeletak tanah. Ambulans masih mengangkat orang mati,” kata seorang tentara yang ditempatkan di sana.
Baca juga: Detik-detik Ledakan Besar Guncang Pesisir Beirut, Lebanon
Presiden Aoun mengatakan 2.750 ton amonium nitrat disimpan secara tidak aman di gudang pelabuhan selama enam tahun.
Dia kemudian menjadwalkan pertemuan kabinet yang mendesak pada hari Rabu, dan mengatakan keadaan darurat selama dua minggu harus segera diumumkan.
Salah satu saksi mata ledakan menggambarkan terjadinya peristiwa yang penuh kekacauan dan kepanikan itu.
"Itu seperti bom atom. Saya sudah mengalami segalanya, tetapi tidak pernah seperti ini sebelumnya. Tidak juga selama perang saudara 1975-90 di negara ini," kata Makrouhie Yerganian, pensiunan guru sekolah berusia pertengahan 70-an yang telah tinggal di dekat pelabuhan selama beberapa dekade.
“Semua bangunan di sekitar sini runtuh. Saya berjalan melalui kaca dan puing-puing di mana-mana, dalam gelap," katanya.
Lekas pulih, Lebanon...
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.