Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selama Covid-19 Belum Selesai, Pemulihan Ekonomi Tidak Akan Efisien

Kompas.com - 04/08/2020, 19:45 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pandemi virus corona penyebab Covid-19 menghantui seluruh negara di dunia dengan ancaman resesi ekonomi.

Perekonomian sejumlah negara bahkan telah terjerembab ke jurang resesi, seperti Singapura, Korea Selatan, Amerika Serikat, Hong Kong, dan beberapa negara Eropa.

Secara tersirat, pemerintah juga mengindikasikan Indonesia bisa alami resesi pada triwulan III 2020. Ini mengikuti pertumbuhan ekonomi yang terkontraksi atau minus sejak triwulan II 2020.

Penanganan Covid-19 jadi penentu

Pengamat ekonomi dari Institute For Development of Economics and Finance (Indef) Enny Hartati menjelaskan, di negara-negara lain resesi terjadi ketika kurva Covid-19 sudah landai.

Sehingga mereka optimis, meskipun terjadi resesi di triwulan II, namun di triwulan III kemungkinan sudah bisa terjadi pemulihan.

Ia kemudian menyebut penanganan Covid-19 menjadi penentu apakah Indonesia akan memasuki resesi atau tidak. Sebabnya adalah aktivitas ekonomi dan gairah investasi bisa kembali jika Covid-19 sudah terkendali.

"Sepanjang Covid-19 belum selesai, maka ekonomi pasti menghadapi high cost atau ekonomi berbiaya tinggi, terus tidak efisien, maka kan tidak ada minat investasi kalau kondisinya seperti itu," kata Enny.

"Kalau tidak ada minat investasi, lapangan kerja terbatas, daya beli masyarakat juga semakin drop, itu kan jadi paralel, serentak. Jadi investasi turun, daya beli juga turun," imbuhnya.

Ia menambahkan, terjadinya deflasi di bulan Juli menunjukkan bahwa daya beli masyarakat saat ini benar-benar turun.

Baca juga: Jika Terjadi Resesi Ekonomi, Berikut yang Dapat Dilakukan Masyarakat

Belum alami resesi

Menanggapi kemungkinan jatuhnya Indonesia ke jurang resesi, Enny mengatakan, untuk triwulan II 2020 ini Indonesia masih belum mengalami resesi.

"Karena triwulan I kan positif (pertumbuhan ekonomi), resesi kan kalau dua triwulan berturut-turut minus. Artinya, sampai triwulan II Indonesia dipastikan tidak resesi," kata Enny saat dihubungi Kompas.com, Selasa (4/8/2020).

Sehingga, Enny menyebut, kemungkinan resesi bisa terjadi di triwulan III. Namun, kemungkinan itu bisa dihindari bila upaya-upaya untuk mencegah itu dilakukan.

"Sementara ini kan masih ada dua bulan, triwulan III kan baru dimulai Juli. Kalau Agustus dan September ada perbaikan, upaya-upaya yang extra ordinary dan ekonomi kita membaik Indonesia tidak akan resesi. Itu secara teoritisnya, secara kalkulasinya," kata Enny.

Permasalahannya adalah, jika ingin menghindari terjadinya resesi pada triwulan III, otomatis kondisi ekonomi saat ini seharusnya sudah mulai ada perbaikan.

"Misalnya, daya beli sudah mulai meningkat, orang sudah mulai dapat bekerja dengan baik, dan seterusnya. Nah, itu kan nggak mungkin, karena apa? situasi Covid-19 ini masih fluktuatif," kata Enny.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Update Kasus Korupsi Timah, Eks Dirjen Minerba Tersangka, Kerugian Naik Jadi Rp 300 T

Update Kasus Korupsi Timah, Eks Dirjen Minerba Tersangka, Kerugian Naik Jadi Rp 300 T

Tren
Polisi: Mayat di Toren Air Warga Pondok Aren merupakan Bandar Narkoba

Polisi: Mayat di Toren Air Warga Pondok Aren merupakan Bandar Narkoba

Tren
Ini Kata Jokowi dan Kejagung soal Anggota Densus 88 Kuntit Jampidsus

Ini Kata Jokowi dan Kejagung soal Anggota Densus 88 Kuntit Jampidsus

Tren
Israel Serang Rafah, Erdogan Sumpahi Netanyahu Bernasib seperti Hitler

Israel Serang Rafah, Erdogan Sumpahi Netanyahu Bernasib seperti Hitler

Tren
Pekerja Sudah Punya Rumah atau Ambil KPR, Masih Kena Potongan Tapera?

Pekerja Sudah Punya Rumah atau Ambil KPR, Masih Kena Potongan Tapera?

Tren
Bayi Tertabrak Fortuner di Sidoarjo, Apakah Orangtua Berpeluang Dipidana?

Bayi Tertabrak Fortuner di Sidoarjo, Apakah Orangtua Berpeluang Dipidana?

Tren
IKD Jadi Kunci Akses 9 Layanan Publik per Oktober, Bagaimana Nasib yang Belum Aktivasi?

IKD Jadi Kunci Akses 9 Layanan Publik per Oktober, Bagaimana Nasib yang Belum Aktivasi?

Tren
Bisakah Perjanjian Pranikah Atur Perselingkuhan Tanpa Pisah Harta?

Bisakah Perjanjian Pranikah Atur Perselingkuhan Tanpa Pisah Harta?

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 30-31 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 30-31 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Ini yang Terjadi jika Tidak Memadankan NIK dan NPWP | La Nina Muncul Juni, Apa Dampaknya bagi Indonesia?

[POPULER TREN] Ini yang Terjadi jika Tidak Memadankan NIK dan NPWP | La Nina Muncul Juni, Apa Dampaknya bagi Indonesia?

Tren
Misteri Mayat Dalam Toren di Tangsel, Warga Mengaku Dengar Keributan

Misteri Mayat Dalam Toren di Tangsel, Warga Mengaku Dengar Keributan

Tren
China Blokir “Influencer” yang Hobi Pamer Harta, Tekan Materialisme di Kalangan Remaja

China Blokir “Influencer” yang Hobi Pamer Harta, Tekan Materialisme di Kalangan Remaja

Tren
Poin-poin Draf Revisi UU Polri yang Disorot, Tambah Masa Jabatan dan Wewenang

Poin-poin Draf Revisi UU Polri yang Disorot, Tambah Masa Jabatan dan Wewenang

Tren
Simulasi Hitungan Gaji Rp 2,5 Juta Setelah Dipotong Iuran Wajib Termasuk Tapera

Simulasi Hitungan Gaji Rp 2,5 Juta Setelah Dipotong Iuran Wajib Termasuk Tapera

Tren
Nilai Tes Online Tahap 2 Rekrutmen Bersama BUMN 2024 di Atas Standar Belum Tentu Lolos, Apa Pertimbangan Lainnya?

Nilai Tes Online Tahap 2 Rekrutmen Bersama BUMN 2024 di Atas Standar Belum Tentu Lolos, Apa Pertimbangan Lainnya?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com