KOMPAS.com - Presiden AS Donald Trump mengungkapkan akan melarang penggunaan aplikasi TikTok di AS.
Pemerintah AS menganggap TikTok berisiko untuk keamanan negara karena potensi ancaman terhadap intelijen dan masalah privasi.
Diketahui, Trump juga dilaporkan menentang akuisisi terkait Microsoft yang sedang bernegosiasi untuk membeli aplikasi TikTok dari perusahaan induknya, ByteDance.
Baca juga: Mengapa TikTok Begitu Digandrungi dan Bahkan Membuat Kecanduan?
Tak hanya populer di AS, TikTok juga banyak dipakai oleh sejumlah masyarakat di Indonesia.
Lantas, apa itu TikTok dan apa saja dampak dari penggunaan aplikasi ini?
Dilansir dari The Guardian (16/7/2020), TikTok merupakan aplikasi berbagi video yang mirip dengan Snapchat dan Instagram yang memungkinkan pengguna memposting video berdurasi 15-60 detik. Umumnya video itu memiliki musik atau dialog film.
Setelah diunggah, video tersebut juga dapat disukai dan dicari melalui tagar dan dibagikan kepada orang lain.
Awalnya, TikTok dimulai sebagai Musical.ly, yang semakin populer sebagai aplikasi sinkronisasi bibir.
Baca juga: Kisah di Balik APD Fashionable yang Viral di Medsos...
Perusahaan China, ByteDance membeli aplikasi pada 2018 dan meluncurkannya kembali dengan fitur tambahan.
Sejak itu, aplikasi ini booming dan dikenal sebagai aplikasi yang paling banyak diunduh secara global pada kuartal pertama 2020.
Secara keseluruhan, aplikasi ini telah diunduh kira-kira 2 miliar kali dan basis penggunanya diminati oleh kalangan muda yakni sebanyak 41 persen dengan usia 16-24 tahun.
Baca juga: Viral Joget TikTok di Acara Pernikahan, Ini Ceritanya...
Permasalahan
Meski terbilang populer, muncul kekhawatiran, karena perusahaan induk TikTok, ByteDance berbasis di China di mana perusahaan dapat berbagi data pengguna dengan pemerintah China, baik secara sengaja melalui permintaan data atau tidak sengaja melalui perangkat lunak pengawasan.
Hal inilah yang memunculkan kekhawatiran privasi umum tentang berapa banyak data yang dikumpulkan TikTok dari perangkat pengguna.
“Kekhawatirannya adalah bahwa informasi di TikTok dapat memberikan lebih banyak rincian daripada yang dimaksudkan tentang keberadaan orang atau apa yang mereka lakukan," ujar Kepala Analitik Keamanan di Perusahaan CyberSecurity Vectra, Chris Morales.
Baca juga: Fenomena Polisi dan TNI Pamer Senjata di Medsos, Ini Penjelasan Sosiolog
"Secara teori, Anda dapat melacak seseorang ke suatu lokasi, seperti pangkalan militer atau instalasi pemerintah," lanjut dia.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.