Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Swab Test Bisa Merusak Otak? Simak Penjelasan Dokter

Kompas.com - 25/07/2020, 13:45 WIB
Dandy Bayu Bramasta,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah informasi di media sosial Facebook menyebutkan bahwa swab test atau tes swab usap hidung dapat merusak otak.

Narasi tersebut diunggah dalam bahasa Inggris salah satunya oleh akun Facebook Dave Oneegs pada Selasa (7/7/2020).

Berikut narasinya, yang dialihbahasakan ke bahasa Indonesia:

"JANGAN MENYETUJUI PENGUJIAN HABIS!

Hindari tes Covid-19 dengan cara apa pun. Alat tes ini mungkin (dan mungkin) terkontaminasi dengan sesuatu yang berbahaya, seperti virus atau sesuatu yang tidak kita mengerti.

Orang-orang harus peduli dengan swab seperti halnya dengan vaksin. Sangat berbahaya," demikian narasi yang diunggah akun Facebook Dave Oneegs.

Akun itu juga mengunggah sebuah gambar soal bahaya tes swab.

Baca juga: Melakukan Perjalanan, Bawa Hasil Rapid Test, Swab Test, atau Surat Bebas Influenza?

Dalam gambar tersebut, terdapat narasi yang berbunyi:

"Saya bertanya-tanya mengapa tes PCR untuk COVID-19 harus sangat jauh ke belakang dan itu membuat saya berpikir… seberapa jauh hasilnya? Jadi saya melakukan riset dan menemukan dua gambar ini dan tumpang tindih. Bukti mengejutkan itu mengejutkan! Sawar darah otak adalah tempat tes swab harus dilakukan."

Sawar Darah Otak (SDO) adalah membran pemisahan sirkulasi darah dari cairan ekstraselular otak (BECF) dalam sistem saraf pusat (SSP).

Selain itu, akun Facebook Siharath Phouthone juga mengunggah foto dan narasi yang sama.

"Tes PCR membahayakan penghalang darah otak Anda," tulis unggahan pemilik akun Facebook Siharath Phouthone.

Tangkapan layar unggahan yang menyebutkan tes swab membahayakan otak.FACEBOOK Tangkapan layar unggahan yang menyebutkan tes swab membahayakan otak.

Benarkah swab test bisa membahayakan otak?

Dokter spesialis THT Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada (UGM), dr. Anton Sony Wibowo, menegaskan, tes swab atau usap hidung tidak akan menyebabkan kerusakan otak seperti yang dinarasikan dan beredar di media sosial.

Selain itu, kata Anton, ada netizen yang mengklaim tes usap hidung yang tajam telah menusuk otak dan membuatnya melakukan lobotomi.

Ia menekankan, tes swab aman dilakukan dan tidak membahayakan atau merusak otak.

Sebab, tes usap ini tidak akan mencapai hingga penghalang darah otak.

Baca juga: Mengenal Tes Swab Corona: Pengertian, Tahapan hingga Biayanya

Lokasi penghalang darah otak relatif jauh dari lokasi anatomi tempat swab dilakukan. Anton mengatakan, penghalang darah otak dilindungi tulang dasar otak yang relatif kuat.

"Tidak benar narasi itu (swab test merusak otak). Tes swab hanya dilakukan sampai nasofaring atau dinding paling belakang hidung dan rongga mulut," kata Anton saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (25/7/2020).

Tes swab, lanjut Anton, tidak akan merusak penghalang darah otak, kecuali pada kondisi tertentu.

"Misalnya, pecahnya dinding dasar otak akibat tumor atau trauma," jelas Anton.

Ia mengatakan, informasi mengenai tes swab disebut dapat merusak otak tersebut tidak memiliki dasar ilmiah dan bukti yang mendukung.

Sebaliknya, swab test sangat direkomendasikan dalam mendeteksi keberadaan virus corona penyebab Covid-19 pada manusia.

"Justru yang direkomendasikan itu swab test. Kalau rapid test kan hanya mendeteksi antibodi yang ada di tubuh," papar Anton.

Ambil sampel

Anton mengatakan, tes swab dilakukan dengan mengambil sampel lendir, dahak, atau cairan di daerah nasofaring ataupun orofaring pada pasien yang diduga terinfeksi virus corona.

Tes ini juga dilakukan dengan cepat dan tidak terlalu rumit. 

"Tidak ada persiapan khusus. Pelaksanaan swab sendiri relatif cepat, tidak sampai 5 menit. Prosesnya tinggal daftar administrasi, terus pemeriksaan awal, dan pelaksanaan swab," jelas dia.

Oleh karena itu, Anton mengimbau masyarakat agar tidak perlu khawatir dengan informasi menyesatkan tersebut.

"Saya kira masyarakat tidak perlu khawatir, tidak mudah percaya informasi yang belum jelas sumber dan evidence-nya. Untuk tindakan medis yang sudah dilakukan pasti sudah ada kajian keamanan dan manfaatnya," kata Anton.

Baca juga: Lebih Dekat dengan Bilik Swab Ciptaan Dosen UGM

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Mengenal Swab Test atau PCR

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Ramai soal Ribuan Pendaki Gagal 'Muncak' di Gunung Slamet, PVMBG: Ada Peningkatan Gempa Embusan

Ramai soal Ribuan Pendaki Gagal "Muncak" di Gunung Slamet, PVMBG: Ada Peningkatan Gempa Embusan

Tren
Apa yang Terjadi pada Tubuh Saat Berhenti Minum Teh Selama Sebulan?

Apa yang Terjadi pada Tubuh Saat Berhenti Minum Teh Selama Sebulan?

Tren
Bisakah Hapus Data Pribadi di Google agar Jejak Digital Tak Diketahui?

Bisakah Hapus Data Pribadi di Google agar Jejak Digital Tak Diketahui?

Tren
Berapa Lama Jalan Kaki untuk Ampuh Menurunkan Kolesterol?

Berapa Lama Jalan Kaki untuk Ampuh Menurunkan Kolesterol?

Tren
Tragedi Biaya Pendidikan di Indonesia

Tragedi Biaya Pendidikan di Indonesia

Tren
Meski Tinggi Kolesterol, Ini Manfaat Telur Ikan yang Jarang Diketahui

Meski Tinggi Kolesterol, Ini Manfaat Telur Ikan yang Jarang Diketahui

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 14-15 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 14-15 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] UKT dan Uang Pangkal yang Semakin Beratkan Mahasiswa | Kronologi Kecelakaan Bus Subang

[POPULER TREN] UKT dan Uang Pangkal yang Semakin Beratkan Mahasiswa | Kronologi Kecelakaan Bus Subang

Tren
NASA Tunjukkan Rasanya Masuk ke Dalam Lubang Hitam

NASA Tunjukkan Rasanya Masuk ke Dalam Lubang Hitam

Tren
Usai Ditekuk Arsenal, Atap Stadion Manchester United Jebol dan Air Membanjiri Lapangan

Usai Ditekuk Arsenal, Atap Stadion Manchester United Jebol dan Air Membanjiri Lapangan

Tren
Venezuela Akan Jadi Negara Pertama yang Kehilangan Gletser, Berikutnya Indonesia

Venezuela Akan Jadi Negara Pertama yang Kehilangan Gletser, Berikutnya Indonesia

Tren
Film Vina: Sebelum 7 Hari Dikritik, Ini Kata Lembaga Sensor Film

Film Vina: Sebelum 7 Hari Dikritik, Ini Kata Lembaga Sensor Film

Tren
4 Dokumen yang Dibawa Saat UTBK SNBT 2024 Gelombang 2, Apa Saja?

4 Dokumen yang Dibawa Saat UTBK SNBT 2024 Gelombang 2, Apa Saja?

Tren
Pj Gubernur Jabar Perketat Pelaksanaan Study Tour, Simak Aturannya

Pj Gubernur Jabar Perketat Pelaksanaan Study Tour, Simak Aturannya

Tren
Kasus Perempuan yang Meninggal usai Cabut Gigi Berlanjut, Suami Akan Laporkan Klinik ke Polisi

Kasus Perempuan yang Meninggal usai Cabut Gigi Berlanjut, Suami Akan Laporkan Klinik ke Polisi

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com