Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Kita Suka Menggunakan Media Sosial? Ini Alasan Psikologisnya

Kompas.com - 11/07/2020, 09:36 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Virdita Rizki Ratriani

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kehidupan manusia modern hari ini sulit dipisahkan dari perkembangan teknologi digital, salah satunya keberadaan media sosial.

Sebut saja Facebook, Twitter, Instagram, dan TikTok yang saat ini bisa dibilang paling banyak digunakan oleh masyarakat. 

Di dunia maya itu, orang-orang senang membagikan kehidupan pribadinya, meninggalkan komentar di unggahan yang dibuat orang lain, maupun menyukai unggahan seseorang. 

Pertanyaannya, mengapa banyak orang yang menyukai kegiatan itu?

Baca juga: Pelaku Tawuran di Manggarai Saling Kenal dan Kerap Janjian lewat Grup Sosial Media

Penjelasan psikologis

Dikutip dari Buffer, otak manusia memproduksi dua jenis hormon kebahagiaan yaitu dopamin dan oksitosin. Kedua hormon ini bisa dihasilkan dengan bermain media sosial sehingga menimbulkan rasa adiksi.

Hormon pertama adalah dopamin yang memberikan sensasi kenikmatan kepada manusia. Efeknya dapat membuat manusia memiliki keinginan untuk terus mencari sumber kenikmatan tersebut. 

Ia bisa muncul kapan saja, tapi dopamin ini seringkali terproduksi ketika kita menerima informasi berisi hal menyenangkan, salah satunya pujian yang banyak datang di media sosial.

Hormon kedua adalah oksitosin yang muncul ketika manusia menerima rangsangan tertentu.

Misalnya ketika dipeluk, berciuman. Tetapi, riset menyebutkan bermain Twitter pun bisa menyebabkan produksi oksitosin di otak ini meningkat.

Jika hormon ini sudah muncul, maka seseorang akan merasa stres berkurang, dicintai, percaya, empati, dan sebagainya.

Baca juga: Peserta Pemilu Diizinkan Kampanye Lewat Sosial Media, tapi Harus Hati-hati

Ilustrasi viral, media sosial.Shutterstock Ilustrasi viral, media sosial.

Alasan senang mengunggah foto di medsos

Sudah menjadi rahasia umum bahwa hampir setiap orang senang membicarakan dirinya sendiri.

Dalam kehidupan nyata, manusia membicarakan tentang diri sendiri sebanyak 30-40 persen dari semua pembicaraannya.

Sementara di media sosial, persentase ini meningkat menjadi 80 persen, yakni lewat unggahan-unggahan mereka di sana.

Dijelaskan, hal ini terjadi karena jika dalam percakapan langsung, kita tidak memiliki banyak waktu untuk berpikir, ekspresi, mimik wajah, dan bahasa tubuh tidak bisa membohongi lawan bicara kita.

Lalu di media sosial, kita diberi kesempatan untuk mengatur apa yang ingin kita sampaikan, menonjolkan hal baik, memulas kekurangan, dan sebagainya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com