Namun demikian, yang menarik dicermati adalah langkah Istana yang akhirnya mempublikasikan amarah Presiden Jokowi di depan para menteri sepuluh hari setelah terjadinya peristiwa tersebut yang berlangsung secara tertutup.
Sebagian kalangan menilainya tidak elok lantaran peristiwa tersebut merupakan urusan dapur Istana dan kabinet yang tak perlu diumbar ke publik. Apa yang berlangsung dalam rapat tertutup, seharusnya tidak keluar dari ruang rapat.
Yang dibutuhkan publik adalah output berupa kerja kabinet. Spekulasi pun muncul, bahwa hal ini merupakan pencitraan.
Deputi bidang Protokol, Pers dan Media Sektretariat Presiden Bey Machmudin mengungkapkan alasan mengapa baru menggunggah video itu sepuluh hari kemudian.
Menurutnya, pernyataan presiden dalam rapat tersebut penting untuk diketahui publik karena banyak hal yang baik.
Terlepas dari tujuan dibukanya rekaman tersebut, kemarahan Jokowi telah memunculkan isu reshuffle kabinet.
Dalam kondisi pandemi saat ini, spekulasi reshuffle akan kontraproduktif karena akan memicu kegaduhan politik. Para menteri hanya akan fokus mengamankan posisinya, sementara partai politik akan sibuk melakukan lobi-lobi.
Ancaman reshuffle sebenarnya bukan hal yang baru dilontarkan Jokowi. Saat memperkenalkan Kabinet Indonesia Maju, Jokowi mengancam akan menghentikan menteri di tengah jalan jika tak serius bekerja.
Jika memang tujuannya untuk memperbaiki kinerja kabinet, Jokowi seharusnya bisa langsung melakukan bongkar pasang menteri tanpa harus memunculkan spekulasi terlebih dulu.
Memunculkan spekulasi ibarat “mengecek ombak” sebelum sebelum mengambil tindakan karena diliputi keragu-raguan. Dalam hal ini, keragu-raguan atas kekuatan politik yang menaunginya.
Lantas, mengapa amarah Jokowi diumbar ke publik? Apakah ia ragu memecat menteri-menteri yang tak becus bekerja?
Saksikan pembahasannya dalam talkshow Satu Meja The Forum, Rabu (1/7/2020), yang disiarkan langsung di Kompas TV mulai pukul 20.00 WIB.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.