Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Dunia Tengah Memasuki Gelombang Kedua Pandemi Virus Corona?

Kompas.com - 29/06/2020, 19:11 WIB
Vina Fadhrotul Mukaromah,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Semakin banyaknya negara di dunia yang melonggarkan pembatasan sebagai pencegahan penyebaran virus corona penyebab Covid-19.

Sementara, peningkatan kasus baru yang terjadi di sejumlah wilayah dalam beberapa waktu terakhir menimbulkan kekhawatiran. 

Apakah pandemi virus corona di dunia tengah memasuki gelombang kedua?

Di Amerika serikat, di mana kasus baru telah meningkat hingga 20.000 setiap harinya, infeksi terlihat meningkat kembali.

Melansir South China Morning Post (SCMP), 29 Juni 2020, pada Jumat (26/6/2020), AS kembali mencatatkan jumlah peningkatan kasus baru terbesar harian sejak awal pandemi, yaitu dengan lebih dari 40.000 kasus.

Baca juga: Update Virus Corona Dunia 29 Juni: 10,2 Juta Orang Terinfeksi | Gelombang Kedua di Israel

Belum tentu gelombang kedua

Sebelumnya, Direktur Regional WHO untuk Eropa Hans Kluge, mengatakan, 30 negara dan teritori di wilayah Eropa menunjukkan peningkatan kasus kumulatif baru dalam dua minggu terakhir.

Peningkatan ini terjadi seiring pelonggaran social distancing, di mana 11 di antaranya mengalami lonjakan kasus yang signifikan. 

Namun, menurut para ahli, kondisi ini tidak dapat serta merta disimpulkan sebagai gelombang kedua karena adanya ambiguitas pada istilah tersebut.

Peningkatan kasus yang terjadi setelah pelonggaran pembatasan sosial tidak selalu berarti dimulainya siklus baru atau akhir dari siklus yang lalu, terutama jika masih ada jumlah transmisi yang signifikan.

Direktur Institut Nasional untuk Alergi dan Penyakit Menular AS, Anthony Fauci, mengatakan bahwa AS masih berada pada gelombang pertama meskipun rata-rata kasus menurun dan meningkat dalam waktu berbeda di wilayah yang berbeda pula.

Baca juga: Virus Corona Tembus 10 Juta Kasus di Seluruh Dunia, Melonjak Tinggi di Amerika Latin

Karakter gelombang kedua

Sementara itu, Profesor di School of Population and Global Health University of Melbourne, John Mathews mengatakan, gelombang kedua memiliki karakteristik yang spesifik.

Karakter itu adalah penurunan yang tajam dari kasus corona diikuti oleh kemunculan tiba-tiba kasus-kasus baru.

"Namun tidak ada yang dapat benar-benar menentukan skala yang dibutuhkan untuk menyebutnya sebagai gelombang kedua, baik dari waktu, ruang, atau skala kasus," jelasnya.

Mathews menyebut "gelombang kedua" sebagai istilah yang ambigu.

Fenomena gelombang kedua ini kebanyakan diasosiasikan dengan pandemi flu di masa lampau.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Tren
Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Tren
Saya Bukan Otak

Saya Bukan Otak

Tren
Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Tren
Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Tren
8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

Tren
Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Tren
Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Tren
7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

Tren
Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU 'Self Service', Bagaimana Solusinya?

Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU "Self Service", Bagaimana Solusinya?

Tren
Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Tren
Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Tren
6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

Tren
BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

Tren
7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com