"Ketika Anda berada di sebelah sumber aliran udara yang baik atau melalui jendela, saluran pernapasan bagian atas Anda tidak akan banyak terkena virus," ujar dia.
Baca juga: Mulai Masuk Kerja? Penting Perhatikan Ventilasi Ruangan untuk Cegah Penularan Corona
Contoh kasus
Pernyataan Cevik merujuk pada penelitian yang melacak wabah di sebuah kuil Budha di China pada bulan Januari.
Saat itu ada 300 orang dalam acara yang berlangsung selama dua setengah jam dan termasuk makan siang.
Acara itu diadakan di luar ruangan, dan sebagian besar jamaah tidak terinfeksi.
Adapun 30 orang yang terinfeksi, pulang dengan orang pertama yang jatuh sakit. Saat itu perjalanan sekitar satu jam menggunakan mobil.
Sementara saat berangkat mereka menggunakan bus. Orang yang duduk di dekat jendela terbuka tidak ada seorang pun yang yang sakit.
Kecuali, satu-satunya orang yang duduk tepat di sebelah wanita yang terinfeksi .
Ini merujuk pada keramaian yang muncul dari kumpulan sejumlah orang.
Kumpulan besar orang dimanapun dianggap berisiko tertular virus.
Termasuk keramaian di luar ruangan juga memiliki risiko ini.
Hal ini karena keramaian berpotensi membuat lebih banyak orang berkontak dengan lebih banyak sumber yang mungkin potensial menularkan.
"Anda dapat membuat skenario di mana Anda memiliki setiap orang terpisah sejauh enam kaki, tetapi jika skenario itu melibatkan 500 orang, itu secara inheren lebih berisiko daripada jika skenario yang sama melibatkan 30 orang," kata Dr. Taylor.
Baca juga: Viral Video GBK Dipenuhi Orang Berolahraga, Ini Tanggapan Epidemiolog
Jepang dan Malaysia adalah negara yang konsisten mengimbau masyarakatnya untuk menghindari 3 C.
Melansir dari laman media sosial Kementerian Kesehatan Malaysia, selain imbauan untuk menjauhi tiga hal tersebut negara ini juga mengimbau agar masyarakatnya melaksanakan 3 W.
Yakni Wash (mencuci tangan dengan sabun), Wear ( menggunakan masker) dan Warn (peringatan beberapa hal yang meliputi menghindari bersalaman, amalkan etika batuk dan bersin, berobat saat bergejala, tetap di rumah dan hindari bertamu, lakukan desinfektan pada area yang sering disentuh).
Selain Malaysia, Jepang juga menjadi negara yang menerapkan 3 C.
Berbeda dengan Malaysia yang sempat memberlakukan lockdown, melansir dari Business Insider, Jepang bahkan hanya menerapkan sistem 3 C yang dijadikan gaya hidup permanen penduduknya
"Model ini memungkinkan kegiatan ekonomi pada tingkat tertentu dan mempertahankan kebebasan orang untuk bergerak, dan dengan demikian lebih berkelanjutan dalam jangka panjang daripada model yang lebih memberatkan seperti penguncian," ujar Kazuto Suzuki, seorang profesor politik internasional di Public University Hokkaido.
Baca juga: Potensi Penyebaran Virus Corona Masih Tinggi, Pahami Risiko Berada di Keramaian...
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.