KOMPAS.com - Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia tercatat masih terus terjadi, di tengah pandemi Covid-19 yang juga belum menunjukkan tanda-tanda penurunan di negara ini.
Kemenkes mencatat, sejak Januari hingga 17 Juni 2020 ada 64.251 kasus DBD di seluruh wilayah Indonesia dan 385 di antaranya meninggal dunia.
Baca juga: Ada 64.251 Kasus DBD di Tengah Pandemi Covid-19 di Indonesia
Setiap tahun, demam berdarah dengue masih menjadi penyakit yang mengkhawatirkan di Indonesia.
Pemerintah pun mengimbau agar masyarakat waspada. Kenali gejala dan ciri-cirinya!
Mengutip informasi dari Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kementerian Kesehatan RI, demam berdarah dengue (DBD) adalah infeksi yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan dari spesies nyamuk Aedes spp.
Nyamuk-nyamuk tersebut di antaranya Aedes aegypti, Aedes albopictus, Aedes polyensiesis, dan Aedes scutellaris.
Nyamuk-nyamuk ini disebut sebagai jenis nyamuk yang paling cepat berkembang di dunia.
Mereka yang mudah terinfeksi virus dengue di antaranya karena kekebalan tubuh yang rendah dan banyaknya populasi nyamuk penular atau pembawa virus.
Nyamuk-nyamuk tersebut biasanya akan berkembang biak pada musim penghujan di mana banyak terjadi genangan air.
Mulai dari talang air, genangan di kaleng, botol, plastik, lubang pohon, dan lain-lain.
Gejala demam berdarah dengue di antaranya:
Pada awal infeksi, seseorang akan mengalami demam tinggi secara mendadak dan berlangsung sepanjang hari. Kepala dan punggung terasa nyeri. Nyeri juga terasa saat penderita menggerakkan bola mata.
Pasien yang menderita infeksi parah dapat mengalami syok bahkan kematian.
Masa inkubasi virus ini di dalam tubuh manusia berlangsung sekitar 3-14 hari, namun pada umumnya 4-7 hari.
Khusus pada anak, gejala yang mungkin timbul dari DBD adalah sebagai berikut: