Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral Twit soal Kondisi Tubuh Ketika Terinfeksi Covid-19, Ini Penjelasan Dokter

Kompas.com - 04/06/2020, 17:35 WIB
Retia Kartika Dewi,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Media sosial tengah diramaikan mengenai kondisi tubuh yang terinfeksi virus corona.

Seperti yang diketahui, virus corona jenis baru atau SARS-CoV-2 tengah merebak secara global dan menyebabkan gangguan kesulitan bernapas.

Dalam sebuah unggahan di media sosial disebutkan virus corona menyerang saluran pernapasan dan organ lainnya.

Baca juga: Mengenal RT-LAMP, Alternatif Tes Covid-19 yang Disebut Lebih Murah daripada PCR

Lantas, bagaimana penjelasan dokter mengenai efek yang terjadi pada tubuh ketika terinfeksi virus corona?

Menyikapi hal itu, dokter spesialis paru dan konsultan onkologi di Rumah Sakit Umum Pirngadi, Kota Medan dr Mohammad Ramadhani Soeroso menjelaskan, setelah terjadi transmisi yang berasal dari droplet pasien positif Covid-19 atau virus yang masuk melalui mata, hidung, dan mulut, maka virus akan masuk ke saluran napas atas dan bereplikasi di sel epitel saluran napas atas.

"Setelah masuk, virus menyebar ke saluran napas bawah," ujar Ramadhani saat dihubungi Kompas.com, Kamis (4/6/2020).

Saat virus berhasil menyebar, pada infeksi akut terjadi peluruhan virus dari saluran napas dan virus dapat berlanjut meluruh dalam beberapa waktu di sel gastriintestinal setelah penyembuhan.

Adapun sel gastrointestinal merupakan saluran yang memproses makanan yang dicerna dengan cara mekanis dan kimia. Saluran ini terdiri dari saluran pencernaan yang membentang dari mulut ke anus.

Baca juga: Viral Pesan dan Foto Kondisi Paru-paru Anak 7 Tahun Penuh Cairan Diduga Covid-19

Masa inkubasi

Tangkapan layar kondisi paru-paru diduga milik seorang pasien anak berusia 7 tahun yang positif virus corona. Paru-paru kiri dan kanan disebut telah dipenuhi cairan akibat virus.Facebook: Moh Ramadhani Soeroso Tangkapan layar kondisi paru-paru diduga milik seorang pasien anak berusia 7 tahun yang positif virus corona. Paru-paru kiri dan kanan disebut telah dipenuhi cairan akibat virus.

Sementara itu, saat virus masuk ke dalam tubuh, ada selang waktu yang berlangsung terhadap patogen hingga muncul gejala pertama kali atau dikenal sebagai masa inkubasi.

Pada masa inkubasi, Ramadhani mengatakan, seseorang akan muncul gejala penyakit Covid-19 sekitar 3-7 hari.

"Studi pada SARS menunjukkan, virus bereplikasi di saluran napas bawah diikuti dengan respons sistem imun bawaan dan spesifik," kata dia.

Adapun faktor virus dan sistem imun berperan penting dalam patogenesis.

Ia mengungkapkan, ada dua tahap virus saat menyerang sistem imun tubuh.

Baca juga: CDC Tambahkan 6 Gejala Baru Virus Corona, Apa Saja?

Pertama, virus akan merusak difus alveolar, makrofag, infiltrasi sel T dan proliferasi pneumosit tipe 2. Adapun makrofag dapat ditemukan pada jaringan penghubung, seperti yang terhubung dengan saluran pencernaan, di dalam paru-paru (di dalam cairan tubuh maupun alveoli), dan sepanjang pembuluh darah tertentu di dalam hati seperti sel Kupffer.

Kemudian pada tahap kedua, terjadi organisasi di paru di mana ada infiltrat atau konsolidasi luas di paru-paru.

"Tetapi virus juga bereplikasi di enterosit sehingga menyebabkan diare dan luruh di feses, juga urin dan cairan tubuh lainnya," kata Ramadhani.

Baca juga: Waspada Gejala Baru Virus Corona, dari Sulit Berbicara hingga Halusinasi

Kondisi paru yang dipenuhi titik putih

Selain itu, di media sosial sempat beredar unggahan mengenai kondisi paru-paru yang dalam sehari langsung dipenuhi titik putih.

Terkait hal ini, Ramadhani menjelaskan, kondisi tersebut merupakan ciri khas pneumonia virus yang telah tersebar di kedua paru.

"Ini ciri khas pneumonia virus dalam waktu kurang dari 24 jam sudah tersebar di kedua paru dan terinfeksi luas," jelas Ramadhani.

Ia mengungkapkan, apabila pneumonia bakteri lebih dari 24 jam, maka setidaknya petugas medis akan memfoto kondisi paru-paru pasien tiap 7-8 jam sekali.

Baca juga: Berikut 5 Gejala Virus Corona Ringan yang Tak Boleh Diabaikan

Adapun pneumonia bakteri disebabkan oleh bakteri seperti strepcoccus pneumonia, staphylococcus, dan klebsiella pneumonia.

Menilik adanya pneumonia virus dan pneumonia bakteri, Ramadhani menjelaskan, untuk ukuran virus dinilai lebih berbahaya dibandingkan bakteri.

"Tetapi virus bisa sembuh, kebanyakan pasien meninggal karena Covid-19 kan ada penyakit penyertanya seperti diabetes, jantung, ginjal, dan sebagainya," lanjut dia.

Meski begitu, hal ini tidak berarti orang muda dan anak-anak dapat kebal dari virus corona.

Ramadhani menambahkan, untuk orang muda dan anak-anak sebisa mungkin untuk memperkuat faktor imunitas tubuh.

Sebab, sistem imun dalam tubuh kita inilah yang akan melawan virus masuk. Untuk anak-anak dapat dengan rajin imunisasi, sementara untuk orang muda dengan olahraga dan minum suplemen.

Catatan Redaksi:
Artikel telah disunting dengan menarik utas yang digunakan sebagai awal dari pembahasan artikel ini.

Baca juga: Kenali Tanda dan Gejala Infeksi Virus Corona pada Anak-anak

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Beda Batuk Gejala Covid-19 dan Batuk Biasa

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Basuh Ketiak Tanpa Sabun Diklaim Efektif Cegah Bau Badan, Benarkah?

Basuh Ketiak Tanpa Sabun Diklaim Efektif Cegah Bau Badan, Benarkah?

Tren
BPJS Kesehatan Tegaskan Kelas Pelayanan Rawat Inap Tidak Dihapus

BPJS Kesehatan Tegaskan Kelas Pelayanan Rawat Inap Tidak Dihapus

Tren
Cara Memindahkan Foto dan Video dari iPhone ke MacBook atau Laptop Windows

Cara Memindahkan Foto dan Video dari iPhone ke MacBook atau Laptop Windows

Tren
Video Viral Pusaran Arus Laut di Perairan Alor NTT, Apakah Berbahaya?

Video Viral Pusaran Arus Laut di Perairan Alor NTT, Apakah Berbahaya?

Tren
Sosok Rahmady Effendi Hutahaean, Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta yang Dilaporkan ke KPK

Sosok Rahmady Effendi Hutahaean, Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta yang Dilaporkan ke KPK

Tren
Harta Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Disebut Janggal, Benarkah Hanya Rp 6,3 Miliar?

Harta Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Disebut Janggal, Benarkah Hanya Rp 6,3 Miliar?

Tren
5 Potensi Efek Samping Minum Susu Campur Madu yang Jarang Diketahui

5 Potensi Efek Samping Minum Susu Campur Madu yang Jarang Diketahui

Tren
5 Penyebab Anjing Peliharaan Mengabaikan Panggilan Pemiliknya

5 Penyebab Anjing Peliharaan Mengabaikan Panggilan Pemiliknya

Tren
8 Fakta Penggerebekan Laboratorium Narkoba di Bali, Kantongi Rp 4 Miliar

8 Fakta Penggerebekan Laboratorium Narkoba di Bali, Kantongi Rp 4 Miliar

Tren
UPDATE Banjir Sumbar: 50 Orang Meninggal, 27 Warga Dilaporkan Hilang

UPDATE Banjir Sumbar: 50 Orang Meninggal, 27 Warga Dilaporkan Hilang

Tren
Rusia Temukan Cadangan Minyak 511 Miliar Barel di Antarktika, Ancam Masa Depan Benua Beku?

Rusia Temukan Cadangan Minyak 511 Miliar Barel di Antarktika, Ancam Masa Depan Benua Beku?

Tren
Duduk Perkara Kepala Bea Cukai Purwakarta Dibebastugaskan, Buntut Harta Kekayaan Tak Wajar

Duduk Perkara Kepala Bea Cukai Purwakarta Dibebastugaskan, Buntut Harta Kekayaan Tak Wajar

Tren
Ini yang Terjadi pada Tubuh Ketika Anda Latihan Beban Setiap Hari

Ini yang Terjadi pada Tubuh Ketika Anda Latihan Beban Setiap Hari

Tren
Pendaftaran Sekolah Kedinasan Dibuka Besok, Berikut Link, Jadwal, Formasi, dan Cara Daftar

Pendaftaran Sekolah Kedinasan Dibuka Besok, Berikut Link, Jadwal, Formasi, dan Cara Daftar

Tren
Ramai soal Ribuan Pendaki Gagal 'Muncak' di Gunung Slamet, PVMBG: Ada Peningkatan Gempa Embusan

Ramai soal Ribuan Pendaki Gagal "Muncak" di Gunung Slamet, PVMBG: Ada Peningkatan Gempa Embusan

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com