Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peringatan WHO, Gelombang Kedua Covid-19 dan Pelonggaran Pembatasan

Kompas.com - 12/05/2020, 14:03 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Virdita Rizki Ratriani

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Beberapa negara telah melonggarkan lockdown dan membuka kembali bisnisnya kembali mengalami lonjakan kasus baru infeksi virus corona.

Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mendesak semua negara untuk lebih berhati-hati karena saat ini banyak negara sedang berencana untuk melonggarkan lockdown dan memulihkan perekonomian mereka dengan cepat.

Melansir CNBC, Senin (11/5/2020), Tedros meminta setiap negara untuk mempersiapkan sistem pengujian, pelacakan, perawatan, dan isolasi yang mumpuni sebelum memutuskan melonggarkan lockdown atau social distancing.

Baca juga: Tes Antibodi Virus Corona, Apa Manfaat dan Kelemahannya?

"Di Korea Selatan, bar dan klub kembali ditutup karena kasus yang terkonfirmasi terlacak bermula dari sebuah klub. Di Wuhan, China, muncul klaster pertama setelah lockdown dibuka. Jerman juga telah melaporkan peningkatan kasus sejak pelonggaran pembatasan," kata Tedros.

Dia menambahkan bahwa Korea Selatan, China, dan Jerman semuanya telah mempersiapkan infrastruktur pengawasan seperti pengujian dan pelacakan untuk memperingatkan pihak berwenang jika infeksi virus muncul kembali.

Di sisi lain, WHO memahami biaya ekonomi dari tindakan lockdown dan mendorong setiap negara untuk mengambil pendekatan yang hati-hati ketika memutuskan untuk melonggarkannya.

Baca juga: Sudah 9, Indonesia Butuh Lebih Banyak Pemetaan Genom Virus Corona

Klaster baru di Korea Selatan

Klaster baru dari kasus virus corona kembali muncul di ibu kota Korea Selatan, Seoul.

Kemunculan klaster baru ini menimbulkan kekhawatiran akan gelombang kedua infeksi Covid-19 di negara-negara Asia Timur.

Korea Selatan merupakan salah satu negara yang harus menghadapi pandemi ini pada awal kemunculannya.

Setelah berminggu-minggu melakukan tindakan seperti penetapan jarak fisik dan pengawasan, negara ini pun mulai melonggarkan pembatasan.

Baca juga: BNPB: Kasus Covid-19 di Jabodetabek Relatif Turun, di Jatim Meningkat

Namun, kemunculan klaster baru ini mengubah persepsi akan kondisi pandemi dan kelonggaran tersebut.

"Kita tidak boleh menurunkan kewaspadaan kita mengenai pencegahan epidemi" kata Presiden Korea Selatan Moon Jae-in, seperti diberitakan Kompas.com, Senin (11/5/2020).

Kepala pusat pencegahan dan pengendalian wabah Korea (KCDC) Jeong Eun-kyeong menyebutkan, kasus-kasus baru ini diketahui sebagian besar berasal dari klaster Itaewon. Setidaknya 24 di antaranya memiliki kaitan dengan Itaewon.

Baca juga: Penyaluran Program Perumahan Swadaya Terkendala Banjir dan Corona

Pada hari yang sama, Perdana Menteri Chung Sye-kyun menginstruksikan para pejabat untuk menemukan 1.510 orang yang pernah mengunjungi klub di Itaewon pekan lalu.

Apabila telah ditemukan, mereka harus diuji untuk mengetahui apakah terinfeksi corona atau tidak.

Untuk itu, KCDC mendesak semua pengunjung klub untuk melakukan tes dan mengisolasi diri secara mandiri untuk mencegah kemungkinan terjadinya penyebaran virus.

Wali Kota Seoul Park Won-soon pun menerapkan kebijakan penutupan klub, bar, dan berbagai tempat hiburan malam di Ibu Kota Korea Selatan itu.

Baca juga: Anggota Dewan Tak Mau Pakai Masker, Saat Diingatkan Malah Maki Petugas

Klaster baru di Wuhan, China

Setelah sekitar satu bulan tidak ada kasus infeksi, Kota Wuhan, China, kembali mengumumkan adanya klaster baru Covid-19.

Kasus itu memunculkan kekhawatiran bahwa "Negeri Panda" akan mengalami gelombang penularan baru, di tengah kelonggaran karantina di beberapa wilayah.

Lima kasus infeksi baru ditemukan di satu distrik permukiman Wuhan, kota yang pertama kali mendeteksi adanya Covid-19 sebelum menyebar ke seluruh dunia.

Seperti diberitakan Kompas.com, Senin (11/5/2020), ibu kota Provinsi Hubei itu baru empat pekan "bebas" dari lockdown yang diterapkan pada Januari lalu.

Namun, pada Minggu (10/5/2020), Pemerintah Wuhan mengakui ada satu orang yang positif, disusul lima orang lainnya keesokan harinya.

Dikatakan bahwa kasus baru itu berasal dari permukiman yang sama, di mana kebanyakan penderita merupakan warga berusia lanjut.

Dampaknya, pejabat setempat langsung dicopot karena dianggap "tidak becus" dalam memberikan instruksi pencegahan penularan.

Baca juga: Tambah 1 Kasus, Total 9 Tenaga Kesehatan Positif Corona di Malang

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Tren
Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Tren
Saya Bukan Otak

Saya Bukan Otak

Tren
Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Tren
Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Tren
8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

Tren
Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Tren
Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Tren
7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

Tren
Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU 'Self Service', Bagaimana Solusinya?

Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU "Self Service", Bagaimana Solusinya?

Tren
Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Tren
Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Tren
6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

Tren
BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

Tren
7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com