Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tes Antibodi Virus Corona, Apa Manfaat dan Kelemahannya?

Kompas.com - 12/05/2020, 13:28 WIB
Nur Rohmi Aida,
Virdita Rizki Ratriani

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com – Sejumlah negara tengah berencana menggunakan tes antibodi sebagai syarat untuk melonggarkan sejumlah pembatasan.

Pengujian antibodi diharapkan dapat mengetahui kekebalan tubuh seseorang yang memungkinkan pemerintah membagikan 'paspor kekebalan' sehingga seseorang dapat beraktivitas secara normal. 

Akan tetapi, banyak yang menilai rencana tersebut tidak tepat. 

Pasalnya, sejauh ini tak seorang pun tahu apakah mereka yang terpapar benar-benar memiliki kekebalan yang dapat bertahan seumur hidup atau setidaknya selama beberapa bulan.

Baca juga: LIPI Kembangkan Daun Ketepeng Badak dan Benalu jadi Antivirus Corona

Melansir dari The Guardian, sejauh ini satu-satunya petunjuk terkait antibodi adalah penelitian di China yang menyelidiki 175 pasien.

Penelitian itu menunjukkan, sejumlah besar antibodi dihasilkan oleh mereka yang mengalami sakit tapi cukup parah. Sedangkan mereka yang mengalami gejala ringan hanya menghasilkan antibodi rendah.

"Harapannya adalah bahwa setidaknya ada kekebalan parsial, jangka pendek, tetapi kita tidak tahu pasti dan kita tidak tahu apakah pasien yang terinfeksi ringan memiliki bentuk kekebalan," kata Elitza Theel, direktur mikrobiologi klinis di Mayo Clinic

Baca juga: Penelitian: Lansia yang Sembuh Corona Miliki Antibodi Lebih Tinggi dari Anak Muda

Adapun untuk orang yang memiliki durasi penyakit yang singkat, bisa jadi tubuh mereka membunuh virus dengan cepat sebelum ada waktu untuk mengaktifkan respons antibodi.

Menurut para ahli, untuk memastikan secara komprehensif hasil tes antibodi dan tingkat kekebalan yang dimiliki seseorang terhadap Covid-19, diperlukan waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.

Sehingga, apabila saat ini menjadikan tes antibodi untuk menguji ada tidaknya kekebalan menurut peneliti adalah sesuatu yang tidak mungkin.

Marion Koopmans Tim ilmuan di Pusat Medis Universitas Erasmus lebih mendukung untuk melakukan lebih banyak tes deteksi virus dengan uji swab.

Baca juga: 3 Kebijakan Kontroversi Pemerintah Saat Pandemi Corona, Apa Saja?

Banyak alat tes perlu diverifikasi

Sementara itu, masalah lain dari tes antibodi terkait banyaknya produk yang dinilai para peneliti tidak akurat. Koopmans bersama tiimnya saat ini tengah tengah disibukkan verifikasi tes antibodi Covid-19.

Hal ini dilakukan karena ada banyak alat tes yang memenuhi pasar dengan kualitas tak jelas. Alat-alat itu menawarkan kemampuan pengujian antibodi yang akan mengidentifikasi kekebalan seseorang terhadap SARS-CoV-2.

"Sekarang ada lebih dari 200 tes yang ditawarkan dan jumlah itu meningkat dari hari ke hari. Karena orang ingin melakukan pengujian, ada pemasaran alat tes yang masif dan hampir agresif yang menjanjikan banyak hal, tetapi belum melalui pengawasan yang tepat," ujar  Koopmans.

Tes antibodi yang ada, memiliki risiko besar akibat ketidakmampuannya membedakan antara orang yang punya Covid-19 dan yang hanya pilek biasa.

Baca juga: 3 Kebijakan Kontroversi Pemerintah Saat Pandemi Corona, Apa Saja?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Demonstran Israel Blokir Jalan dengan Batu, Truk Bantuan ke Gaza Tak Bisa Lewat

Demonstran Israel Blokir Jalan dengan Batu, Truk Bantuan ke Gaza Tak Bisa Lewat

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 11-12 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 11-12 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Media Asing Soroti Indonesia Vs Guinea | Ikan Tinggi Vitamin D

[POPULER TREN] Media Asing Soroti Indonesia Vs Guinea | Ikan Tinggi Vitamin D

Tren
Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Tren
Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli 'Cash', Ini Faktanya

Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli "Cash", Ini Faktanya

Tren
Pria di India Ini Memiliki Tumor Seberat 17,5 Kg, Awalnya Mengeluh Sakit Perut

Pria di India Ini Memiliki Tumor Seberat 17,5 Kg, Awalnya Mengeluh Sakit Perut

Tren
Daftar 10 Ponsel Terlaris di Dunia pada Awal 2024

Daftar 10 Ponsel Terlaris di Dunia pada Awal 2024

Tren
Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Tren
Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Tren
Warganet Sambat ke BI, Betapa Susahnya Bayar Pakai Uang Tunai di Jakarta

Warganet Sambat ke BI, Betapa Susahnya Bayar Pakai Uang Tunai di Jakarta

Tren
Daftar Bansos yang Cair Mei 2024, Ada PKH dan Bantuan Pangan Non-tunai

Daftar Bansos yang Cair Mei 2024, Ada PKH dan Bantuan Pangan Non-tunai

Tren
8 Catatan Prestasi Timnas Indonesia Selama Dilatih Shin Tae-yong

8 Catatan Prestasi Timnas Indonesia Selama Dilatih Shin Tae-yong

Tren
Promo Tiket Ancol Sepanjang Mei 2024, Ada Atlantis dan Sea World

Promo Tiket Ancol Sepanjang Mei 2024, Ada Atlantis dan Sea World

Tren
Viral, Video Drone Diterbangkan di Kawasan Gunung Merbabu, TNGM Buka Suara

Viral, Video Drone Diterbangkan di Kawasan Gunung Merbabu, TNGM Buka Suara

Tren
Daftar 19 Wakil Indonesia dari 9 Cabor yang Sudah Pastikan Tiket ke Olimpiade Paris 2024

Daftar 19 Wakil Indonesia dari 9 Cabor yang Sudah Pastikan Tiket ke Olimpiade Paris 2024

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com