Ebbing mengatakan kepada USA Today bahwa "jari kaki Covid-19" ini bisa menjadi bagian dari respons peradangan atau pembekuan darah.
Sementara itu, Kepala Perawatan Kritis untuk gawat darurat di Rumah Sakit Umum Massachusetts, Susan Wilcox, MD menyampaikan, ia telah melihat lesi kulit ini pada pasien dengan kasus influenza atau pneumonia yang parah.
Oleh karena itu, tidak mengejutkan melihat gejala ini muncul pada pasien Covid-19.
“Pengobatan terbaik untuk ruam kulit ini pada titik ini adalah mengobati kondisi yang mendasari pasien dari Covid-19,” ujar Ketua Divisi Dermatologi Klinis di Mayo Clinic, Dawn Davis.
Baca juga: Gejala Covid-19 pada Anak Mirip Penyakit Kawasaki Muncul di AS
Di sisi lain, dilansir dari ABC7, Kamis (30/4/2020), dokter kulit menjelaskan jika "jari kaki Covid-19", ruam kulit adalah gejala yang dikaitkan dengan infeksi kulit.
Ketua Dermatologi di MedStar Washington Hospital Center, dr Vesna Petronic-Rosic mengatakan ada keterkaitan antara ruam kulit dengan infeksi virus corona.
Ia menjelaskan, hampir hingga 20 persen dari individu yang mendapatkan infeksi akan mengembangkan beberapa jenis penyakit kulit manifestasi kulit.
"Beberapa dari mereka muncul sebelum gejala sebenarnya dari infeks virus dan beberapa terjadi setelah pasien sudah pulih dan merasa sehat," katanya lagi.
Baca juga: Selain Membuat Kulit Lebih Cantik, Ini Manfaat Tempe bagi Kesehatan
Ruam juga terjadi pada pasien yang sangat sakit dan berada di rumah sakit, namun alasan itu menjadi lebih jelas bagi publik, sebab banyak perubahan terjadi pada pasien yang tidak mengetahui bahwa ada yang sakit atau sangat ringan.
Terkait kenampakan ruam pada "jari kaki Covid-19", Vesna mengungkapkan, rupa ruam yakni terlihat seperti radang dingin pada kaki dengan sedikit, mungkin bintik-bintik merah muda, berair atau ungu.
Bisa juga ada sedikit pembengkakan.
Vesna menjelaskan, pihaknya memerlukan penelitian lebih lanjut untuk menghubungkan apa yang disebut jari kaki Covid-19 atau pseudo-frostbite adalah istilah lain untuk mereka.
"Kami perlu penelitian untuk benar-benar menghubungkannya dengan penyakit karena kami melihatnya pada pasien positif dan negatif dan karena tes antibodi belum tersedia untuk waktu yang lama," imbuh dia.
Baca juga: 3 Alasan Mengapa Pembuatan Vaksin Corona Butuh Waktu yang Lama
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.