Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Virus Corona, Mega Mendung, dan Ombak Hokusai

Kompas.com - 02/05/2020, 08:12 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

DI masa karantina diri akibat pageblug Corona, saya mencoba menggali kembali apa saja yang pernah saya coba pelajari, antara lain apa yang disebut sebagai desain motif.

Virus Corona

Dalam membayangkan andaikata saya peserta sebuah acara kuis seni-rupa maka ada tiga desain motif seni-rupa yang dapat segera langsung saya kenali pada saat melihatnya.

Desain motif pertama yang dapat saya spontan kenali adalah gambar virus Corona dengan duri-duri bermuncul dari tubuh bundarnya yang sedang tersohor di jagad raya ini.

Virus Corona berkemas genom RNA utas tunggal plus dan nukleokapsid berbentuk heliks simetris.

Jumlah genom virus Corona terbesar di antara virus RNA yang dikenal.

Nama Corona berasal dari bahasa Latin corona bermakna mahkota mengacu pada tampilan partikel virus memiliki pinggiran yang dianggap corona matahari.

Maseki bagi saya, sebenarnya tampilan sosok Virus Corona lebih mirip makhluk laut yang disebut sebagai bulu babi ketimbang corona matahari

Mega Mendung

Desain motif kedua yang bisa saya spontan kenali adalah desain motif batik asal Cirebon disebut sebagai Mega Mendung yang menurut selera subyektif saya merupakan motif terindah di antara sekian banyak motif batik Nusantara yang saya kenal.

Motif yang dituangkan ke atas kain pada berupa garis-garis lengkung yang membentuk gambar awan yang menggumpal.

Umumnya batik Mega Mendung didominasi warna biru, putih, dan abu-abu yang melambangkan warna langit ketika sedang mendung.

Motif Mega Mendung merupakan salah satu motif khas batik Cirebon.KOMPAS.COM/JONATHAN ADRIAN Motif Mega Mendung merupakan salah satu motif khas batik Cirebon.

Mega Mendung mengandung pesan moral menyadarkan manusia sebagai makhluk Tuhan mengalami keadaan yang tidak stabil, selalu naik turun seperti halnya garis lengkung pada motif batik mega mendung.

Garis lengkung yang melebar merupakan gambaran kehidupan manusia yang sedang mencari jati diri, mengembangkan diri dan belajar dari berbagai pengalaman hidup.

Namun pada akhirnya kehidupan manusia tetap akan kembali ke pusat kehidupannya yaitu Tuhan.

Motif Batik Mega Mendung yang tidak terputus melambangkan kehidupan manusia yang utuh dan saling berhubungan dengan sesama mahluk hidup dan alam.

Ombak Hokusai

Desain motif ketiga yang langsung bisa saya kenali adalah mahalukisan ombak mengombang-ambing tiga perahu kecil di lepas pantai Kanagawa dengan puncak bersalju Fujiyama tampak di latar belakang mahakarya Katshukisa Hokusai.

Gambar ombak karya Katshukisa Hokusai yang diadopsi dalam beragam desain.KOMPAS/ TOTOK WIJAYANTO Gambar ombak karya Katshukisa Hokusai yang diadopsi dalam beragam desain.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

[POPULER TREN] Ini yang Terjadi jika Tidak Memadankan NIK dan NPWP | La Nina Muncul Juni, Apa Dampaknya bagi Indonesia?

[POPULER TREN] Ini yang Terjadi jika Tidak Memadankan NIK dan NPWP | La Nina Muncul Juni, Apa Dampaknya bagi Indonesia?

Tren
Misteri Mayat Dalam Toren di Tangsel, Warga Mengaku Dengar Keributan

Misteri Mayat Dalam Toren di Tangsel, Warga Mengaku Dengar Keributan

Tren
China Blokir “Influencer” yang Hobi Pamer Harta, Tekan Materialisme di Kalangan Remaja

China Blokir “Influencer” yang Hobi Pamer Harta, Tekan Materialisme di Kalangan Remaja

Tren
Poin-poin Draft Revisi UU Polri yang Disorot, Tambah Masa Jabatan dan Wewenang

Poin-poin Draft Revisi UU Polri yang Disorot, Tambah Masa Jabatan dan Wewenang

Tren
Simulasi Hitungan Gaji Rp 2,5 Juta setelah Dipotong Iuran Wajib Termasuk Tapera

Simulasi Hitungan Gaji Rp 2,5 Juta setelah Dipotong Iuran Wajib Termasuk Tapera

Tren
Nilai Tes Online Tahap 2 Rekrutmen Bersama BUMN 2024 di Atas Standar Belum Tentu Lolos, Apa Pertimbangan Lainnya?

Nilai Tes Online Tahap 2 Rekrutmen Bersama BUMN 2024 di Atas Standar Belum Tentu Lolos, Apa Pertimbangan Lainnya?

Tren
Mulai 1 Juni, Dana Pembatalan Tiket KA Dikembalikan Maksimal 7 Hari

Mulai 1 Juni, Dana Pembatalan Tiket KA Dikembalikan Maksimal 7 Hari

Tren
Resmi, Tarik Tunai BCA Lewat EDC di Retail Akan Dikenakan Biaya Rp 4.000

Resmi, Tarik Tunai BCA Lewat EDC di Retail Akan Dikenakan Biaya Rp 4.000

Tren
Orang Terkaya Asia Kembali Gelar Pesta Prewedding Anaknya, Kini di Atas Kapal Pesiar Mewah

Orang Terkaya Asia Kembali Gelar Pesta Prewedding Anaknya, Kini di Atas Kapal Pesiar Mewah

Tren
Ngaku Khilaf Terima Uang Rp 40 M dari Proyek BTS 4G, Achsanul Qosasi: Baru Kali Ini

Ngaku Khilaf Terima Uang Rp 40 M dari Proyek BTS 4G, Achsanul Qosasi: Baru Kali Ini

Tren
Poin-poin Revisi UU TNI yang Tuai Sorotan

Poin-poin Revisi UU TNI yang Tuai Sorotan

Tren
Tak Lagi Menjadi Sebuah Planet, Berikut 6 Fakta Menarik tentang Pluto

Tak Lagi Menjadi Sebuah Planet, Berikut 6 Fakta Menarik tentang Pluto

Tren
Daftar 146 Negara yang Mengakui Palestina dari Masa ke Masa

Daftar 146 Negara yang Mengakui Palestina dari Masa ke Masa

Tren
Apa Itu Tapera, Manfaat, Besaran Potongan, dan Bisakah Dicairkan?

Apa Itu Tapera, Manfaat, Besaran Potongan, dan Bisakah Dicairkan?

Tren
Cara Memadankan NIK dan NPWP, Terakhir Juni 2024

Cara Memadankan NIK dan NPWP, Terakhir Juni 2024

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com