Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspada, Ada 49.563 Kasus Demam Berdarah di Indonesia Selama 2020

Kompas.com - 28/04/2020, 17:26 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Selain bahaya virus corona Covid-19 yang masih mengancam, masyarakat Indonesia juga harus mewaspadai bahaya dari penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).

Penyakit yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti ini juga tergolong ke dalam penyakit yang mematikan.

Berdasarkan laporan Kementerian Kesehatan, di Indonesia sejak 1 Januari sampai 27 April 2020 tercatat 49.563 kasus DBD. Angka terbanyak berada di Jawa Barat (6.337 kasus), Bali (6.050 kasus), Nusa Tenggara Timur (4.679 kasus), Lampung (4.115 kasus), dan Jawa Timur (3.715 kasus).

Pada periode yang sama, tercatat 310 kasus kematian. Kasus tertinggi di Nusa Tenggara Timur (48 kasus), Jawa Tengah (39 kasus), Jawa Barat (33 kasus), Jawa Timur (31 kasus), dan Lampung (17 kasus).

Jumlah kasus DBD yang dilaporkan dimungkinkan masih meningkat. Pada 24 April 2020, jumlah DBD sebanyak 45.580 kasus dan pada 27 April 2020 jumlah kasus DBD mencapai 49.563 kasus.

Artinya, dalam empat hari saja sudah ada penambahan sekitar 3.983 kasus atau hampir seribu kasus setiap hari.

Baca juga: Terus Bertambah, 4.891 Kasus DBD dan 51 Penderita Meninggal di NTT

Pemberantasan sarang nyamuk

Oleh karena itu, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dan tetap melakukan pemberantasan sarang nyamuk.

Hal tersebut disampaikan oleh dr Siti Nadia Tarmizi, M. Epid, Direktur Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik saat dihubungi Kompas.com (28/4/2020).

"Dengan kondisi bekerja dan belajar saat ini seharusnya bisa dimanfaatkan masyarakat untuk lebih menggiatkan kegiatan bersih-bersih rumah dan lingkungan,” tuturnya.

Nadia juga mengimbau masyarakat untuk mewaspadai kemungkinan terjadinya koinfeksi atau infeksi ganda dari DBD dan Covid-19 dari satu pasien. Hal ini membutuhkan perhatian khusus, baik bagi pasien maupun petugas kesehatan.

Nadia menyampaikan bahwa ada laporan yang menyebut kejadian pasien yang awalnya DBD namun kemudian diketahui bahwa pasien itu positif Covid-19. Karena itu petugas kesehatan tetap harus waspada jika ada pasien yang datang dengan gejala awal demam berdarah.

Kewaspadaan ini juga terkait perlindungan pasien DBD dengan memastikan tempat perawatan terpisah dari pasien yang masih terduga ataupun terkonfirmasi Covid-19.

”Gejalanya memang sulit dibedakan. Namun, saat ini pemeriksaan DBD juga sudah menggunakan rapid tes," kata Nadia 

Baca juga: Virus Corona, Wabah Demam Berdarah, dan Analisis Para Ahli...

Perbedaan gejala yang perlu diperhatikan adalah pasien Covid-19 biasanya akan lebih mengalami gejala seperti sesak napas dan batuk.

Sementara pada pasien DBD, demam yang dialami biasanya disertai dengan bintik merah atau pendarahan lain seperti mimisan.

Pancaroba April-Mei

Seperti diberitakan Harian Kompas (06/4/2020) Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Achmad Yurianto menyebut, peningkatan kasus DBD cenderung terjadi pada masa pancaroba pada bulan April-Mei.

Untuk itu, masyarakat harus lebih masif melakukan upaya pencegahan agar kasus DBD tidak semakin memperbutuk penularan Covid-19 yang masih mengancam.

Upaya sederhana seperti pemberantasan sarang nyamuk Aedes aegypti, yang menjadi vektor virus dengue, harus terus digalakkan.

Pencegahan bisa dilakukan dengan menerapkan gerakan 3M, yaitu:

  • Menguras bak penampungan air seminggu sekali dan menyikat kamar mandi,
  • Menutup tempat penampungan air agar tidak menjadi sarang nyamuk, serta
  • Mengubur barang-barang yang tidak terpakai yang bisa berpotensi menimbulkan genangan.

”Bersama keluarga di rumah mari kita lakukan PSN. Ini penting karena kita tahu bahwa dengan munculnya penyakit DBD akan memperburuk angka kesakitan dan kematian yang terjadi kalau bercampur dengan kasus Covid-19,” kata Yurianto.

Baca juga: Catat, Ini yang Perlu Diperhatikan tentang Penyakit Demam Berdarah Dengue

KOMPAS.com/AKbar Bhayu Tamtomo Infografik: Gejala Demam Berdarah Dengue

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kata Media Asing soal Kecelakaan Maut di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Kata Media Asing soal Kecelakaan Maut di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Tren
Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Tren
Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Tren
DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

Tren
Duduk Perkara Komika Gerallio Dilaporkan Polisi atas Konten yang Diduga Lecehkan Bahasa Isyarat

Duduk Perkara Komika Gerallio Dilaporkan Polisi atas Konten yang Diduga Lecehkan Bahasa Isyarat

Tren
Arab Saudi Bangun Kolam Renang Terpanjang di Dunia, Digantung 36 Meter di Atas Laut

Arab Saudi Bangun Kolam Renang Terpanjang di Dunia, Digantung 36 Meter di Atas Laut

Tren
Penjelasan Pertamina soal Pegawai SPBU Diduga Intip Toilet Wanita

Penjelasan Pertamina soal Pegawai SPBU Diduga Intip Toilet Wanita

Tren
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus Diganti KRIS Maksimal 30 Juni 2025, Berapa Iurannya?

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus Diganti KRIS Maksimal 30 Juni 2025, Berapa Iurannya?

Tren
Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Tren
Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Tren
Uji Coba Implan Otak Neuralink Pertama untuk Manusia Alami Masalah, Ini Penyebabnya

Uji Coba Implan Otak Neuralink Pertama untuk Manusia Alami Masalah, Ini Penyebabnya

Tren
BPOM Rilis 76 Obat Tradisional Tidak Memenuhi Syarat dan BKO, Ini Daftarnya

BPOM Rilis 76 Obat Tradisional Tidak Memenuhi Syarat dan BKO, Ini Daftarnya

Tren
Update Banjir Sumbar: Korban Meninggal 41 Orang, Akses Jalan Terputus

Update Banjir Sumbar: Korban Meninggal 41 Orang, Akses Jalan Terputus

Tren
Ini Penyebab Banjir Bandang Landa Sumatera Barat, 41 Orang Dilaporkan Meninggal

Ini Penyebab Banjir Bandang Landa Sumatera Barat, 41 Orang Dilaporkan Meninggal

Tren
Gara-gara Mengantuk, Pendaki Gunung Andong Terpeleset dan Masuk Jurang

Gara-gara Mengantuk, Pendaki Gunung Andong Terpeleset dan Masuk Jurang

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com