KOMPAS.com – Munculnya wabah virus corona yang bersamaan dengan wabah demam berdarah yang terjadi di wilayah Asia Tenggara menimbulkan kekhawatiran baru.
Kekhawatiran itu adalah tidak terdeteksinya virus corona yang justru terdeteksi sebagai demam berdarah.
Para ahli menilai ini menjadi tantangan baru bagi para pihak berwenang dan petugas kesehatan dalam mendeteksi kedua penyakit tersebut.
Baca juga: Cegah Penyebaran Corona, Saudi Berlakukan Denda Rp 1,9 M bagi Siapa Pun yang Menyembunyikan Penyakit
Alasan kekhawatiran tersebut dipicu adanya laporan pada 4 Maret yang dikeluarkan dokter di Singapura dalam jurnal medis The Lancet.
Penelitian tersebut menunjukkan adanya kesamaan antara penyakit yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti tersebut dengan Covid-19.
Laporan tersebut menyoroti bagaimana mereka yang menderita Covid-19 menghasilkan hasil positif palsu untuk demam berdarah.
"Penyakit dengue dan coronavirus 2019 (Covid-19) sulit dibedakan karena mereka berbagi fitur klinis dan laboratorium," tulis kelompok penulis dari Sistem Kesehatan Universitas Nasional Singapura, Rumah Sakit Umum Ng Teng Fong, dan Institut Kesehatan Lingkungan sebagaimana dikutip dari South China Morning Post.
Baca juga: Mengapa Pasien Suspect Corona yang Meninggal di RSUP Kariadi Harus Dibungkus Plastik?
Laporan itu sendiri mengutip kasus adanya dua orang yang awalnya dinyatakan positif demam berdarah berdasarkan hasil tes serologis cepat, tetapi kemudian tes selanjutnya ditemukan ia ternyata positif Covid-19.
Pasien-pasien itu sendiri tak memiliki riwayat perjalanan ke daerah terpapar akan tetapi menunjukkan gejala seperti demam dan batuk.
"(Gejala) ini sangat umum dalam semua penyakit virus," kata ahli penyakit menular Leong Hoe Nam dari Rumah Sakit Mount Elizabeth Novena.
Menurutnya, pada dasarnya nyeri otot adalah gejala lain yang kerap ditunjukkan oleh mereka yang mengalami influenza, demam berdarah, Zika ataupun Chikungunya.
Menurut Leong, diperlukan adanya tes lanjutan sehingga ketika hasil tes demam berdarah kembali positif, dokter bisa menyimpulkan bahwa pasien memang mengalami penyakit tersebut. Apalagi jika pasien tinggal di wilayah rentan terjadi demam berdarah.
Jeremy Lim, seorang mitra praktik kesehatan dan ilmu kehidupan dari perusahaan global Oliver Wyman mengatakan bahwa virus Covid-19 bisa menjadi 'bunglon' pada tahap awal infeksinya sehingga kasus virus corona akan didiagnosis sebagai demam berdarah.
“Yang rumit adalah ketika orang datang ke dokter umum atau ke rumah sakit dengan gejala yang tidak spesifik, Anda sekarang harus khawatir tentang keduanya,” kata dia.
Baca juga: Berikut Mitos dan Fakta soal Virus Corona yang Perlu Diketahui
Lim menjelaskan bahwa tes immunoglobulin untuk demam berdarah akan menunjukkan hasil positif karena terjadi lonjakan protein tertentu pada permukaan virus.