Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terhantam Virus Corona, Maskapai Penerbangan Kurangi 5.000 Karyawannya

Kompas.com - 28/04/2020, 15:34 WIB
Virdita Rizki Ratriani

Penulis

KOMPAS.comMaskapai penerbangan Skandinavia atau SAS mengumumkan pada Selasa (28/4/2020) pihaknya dapat mengurangi tenaga kerjanya hingga 5.000 orang.

 

Hal itu dilakukan lantaran anjloknya permintaan penerbangan selama pemberlakukan pembatasan perjalanan selama wabah virus corona

Melansir The New York Times, Selasa (28/4/2020), maskapai penerbangan di seluruh dunia telah memangkas penerbangan dan biaya akibat pandemi virus corona.

CEO SAS Rickard Gustafson mengatakan, permintaan penerbangan mungkin akan jauh lebih rendah tahun ini dan pada 2021. Sementara permintaan penerbangan akan mulai normal pada 2022.

Baca juga: INACA: Kerugian Maskapai Penerbangan Selama Corona Capai 812 Juta Dollar AS

"Itu skenario yang sedang kami kerjakan, dan itu perkiraan terbaik yang bisa kami berikan," katanya kepada Reuters.

Perusahaan mengatakan bulan lalu bahwa mereka akan memberhentikan sementara hingga 10.000 karyawan, atau 90 persen dari total tenaga kerja maskapai karena virus corona.

Meski demikian, pihaknya memperkirakan masih akan melayani penerbangan secara terbatas selama musim panas.

Baca juga: Mudik Dilarang, Cara Refund Tiket Pesawat dari 6 Maskapai Penerbangan

Selain SAS, salah satu maskapai yakni Norwegian Air juga berada dalam kebangkrutan. 

Norwegian Air sekarang berusaha untuk mengubah utang menjadi ekuitas dalam upaya memenuhi syarat untuk bantuan negara karena berusaha untuk bertahan dari krisis.

SAS, yang sebagian dimiliki oleh Swedia dan Denmark, menambahkan bahwa potensi pengurangan tenaga kerja akan dibagi dengan sekitar 1.900 posisi di Swedia, 1.300 di Norwegia dan 1.700 di Denmark.

Baca juga: Sejumlah Maskapai Masih Beroperasi di Masa Larangan Mudik untuk Angkutan Kargo

Virgin Australia bangkrut

Virgin Australia Holdings menjadi maskapai penerbangan pertama di Asia yang bangkrut karena wabah ke virus corona.

Maskapai penerbangan yang sebesar 20 persen sahamnya dimiliki oleh Singapore Airlines (SIA) ini hampir semua pendapatan perusahaan tergerus dan dibebani utang karena wabah Covid-19.

Nasib Virgin Australia, yang memiliki utang lebih dari 5 miliar dollar Australia (3,2 miliar dollar AS) pada akhir 2019, masih belum jelas setelah maskapai tersebut menghentikan hampir semua layanan karena virus corona.

Hal itu diperparah dengan gagalnya bantuan dari pemerintah ke Virgin Australia.

Baca juga: Virgin Australia, Maskapai Penerbangan yang Bangkrut Terhantam Virus Corona

Perusahaan telah meminta pinjaman ke pemerintah senilai 1,4 miliar dollar AS, dikonversi menjadi ekuitas untuk mengatasi kritis.

Sebaliknya, pemerintah Australia meminta pemegang saham maskapai untuk menyelamatkan perusahaan.

Industri maskapai dunia telah dihantam oleh larangan perjalanan domestik dan internasional yang memaksa mereka untuk mencari bantuan pemerintah.

Secara global, maskapai penerbangan mungkin kehilangan 314 miliar dollar AS dalam penjualan tiket tahun ini karena virus corona, menurut Asosiasi Transportasi Udara Internasional.

Baca juga: Bangkrut karena Virus Corona, Utang Virgin Australia Rp 49,7 Triliun

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com