Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Deddy Corbuzier dan Young Lex Bicara Teori Konspirasi Corona, Berikut Penjelasan Ahli

Kompas.com - 22/04/2020, 19:10 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

Infodemic

Pada masa pandemi virus corona saat ini, menurut Dicky informasi terkait perkembangan virus memang banyak muncul di pemberitaan dan media sosial. Karena itu masyarakat dituntut untuk selektif memilah berita yang kredibel dan teruji. 

"Saat ini hal semacam ini sudah masuk kategori infodemic, yaitu segala bentuk informasi yang dapat mengganggu upaya pengendalian pandemi," kata Dicky.

Dengan banyaknya informasi yang beredar, Dicky meminta masyarakat untuk selalu melakukan cross check dan tidak mudah membagikan berita apabila belum dipastikan kebenarannya.

"Selalu rujuk media terpercaya dan website seperti WHO atau Kemenkes dan ahli yang sudah terpercaya serta berasal dari lembaga terpercaya. Bila terkait pandemi yang dirujuk pertama ahli pandemi, ahli epidemiologi penyakit menular, virologist, dokter klinis seperti ahli paru, ahli penyakit dalam dan lain-lain," papar dia.

Baca juga: Ahli Peringatkan Teori Konspirasi Medis Bisa Perburuk Pandemi Corona

Teori konspirasi dan kepentingan

Dicky menjelaskan, dalam sejarah kemunculan berbagai pandemi, teori konspirasi selalu muncul, dengan berbagai sebab. Mulai alasan politik, mistis atau kepercayaan.

Sebagai contoh saat pandemi Black Death yang membunuh hampir 30 persen populasi dunia di abad ke 14, saat itu berkembang teori konspirasi yang menyalahkan kaum Yahudi sebagai penyebab timbulnya pandemi.

Ada pula teori konspirasi terkait pandemi HIV. Uni Soviet di tahun 1980an menuduh Amerika Serikat memproduksi virus HIV.

Hal tersebut menunjukkan bahwa kemunculan teori konspirasi tidak lepas dari kepentingan politik dari pihak yang menghembuskan teori tersebut.

Tidak berbeda dengan virus corona, teori konspirasi juga menyebar dengan cepat dan mudah menjangkiti manusia.

"Teori konspirasi mudah menyebar karena beberapa alasan, antara lain karena ketidakpahaman atau keterbatasan ilmu. Selain itu umumnya manusia lebih cenderung percaya suatu berita jika informasinya sesuai dengan opini atau sikap yang dia miliki," kata Dicky. 

Baca juga: Dari Senjata Biologis hingga 5G, Ini Teori Konspirasi Sesat tentang Corona

Dampak penanganan pandemi

Keberadaan teori konspirasi tidak hanya menimbulkan persepsi yang salah di masyarakat, tetapi juga bisa berdampak besar terhadap penanganan pandemi secara keseluruhan.

Sebagai contoh adalah adanya aksi saling tuding antara pemerintah AS dan China terkait pandemi virus corona. Kedua belah pihak saling menyalahkan tentang siapa yang bertanggung jawab atas kemunculan virus ini.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com