Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Deddy Corbuzier dan Young Lex Bicara Teori Konspirasi Corona, Berikut Penjelasan Ahli

Kompas.com - 22/04/2020, 19:10 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Penyebaran virus corona Covid-19 telah menjadi masalah bersama warga dunia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan menetapkan kejadian ini sebagai pandemi global.

Selanjutnya, muncul banyak dugaan dan teori-teori terkait virus yang muncul pertama kali dari Wuhan, China tersebut.

Seperti yang diunggah di kanal Youtube milik Deddy Corbuzier. Dalam konten berjudul Corona hanya sebuah kebohongan konspirasi ??, Deddy bersama rapper Young Lex membicarakan tentang kecurigaan mereka bahwa virus corona hanyalah konspirasi global.

Video tersebut telah ditonton lebih dari 4 juta orang hanya dalam waktu dua hari saja.

Dalam video tersebut, Deddy menyebut bahwa bisa jadi data jumlah kasus virus corona dilebih-lebihkan.

Baca juga: Puasa di Rumah Saja, Berikut Tips Mengolah Makanan Instan Agar Lebih Bergizi

Senjata biologis

Mereka berdua juga menyebut bahwa kemungkinan ada konspirasi untuk mengendalikan populasi umat manusia lewat virus corona yang digunakan sebagai senjata biologis.

Namun terkait teori bahwa virus corona Covid-19 adalah senjata biologis, diragukan oleh para ahli. Salah satunya pakar epidemiologi dari Griffith University Australia Dicky Budiman.

Menurut Dicky, hingga saat ini sama sekali tidak ada yang mendukung teori bahwa Covid-19 merupakan buatan manusia.

"Masih sangat banyak virus atau penyakit lain yang dapat dijadikan senjata biologis, seperti Crimean-Congo Haemorrhagic Fever, yang memiliki tingkat kematian atau death rate of 50 persen atau setiap satu dari dua orang yg terinfeksi akan mati," kata Dicky yang juga mempelajari ilmu Global Health Security.

Vaksin

Deddy dan Young Lex juga melemparkan kecurigaan bahwa ada konspirasi di balik pengembangan vaksin virus corona.

Young Lex bahkan membandingkannnya dengan salah satu teori konspirasi yang dipercayainya tentang vaksin penyakit polio.

Baca juga: Bicara Kalung Antivirus, Luna Maya Merasa Bodoh di Depan Deddy Corbuzier

Menurut Young Lex, dulu manusia bisa hidup hingga lebih dari 100 tahun, namun sejak menerima vaksinasi polio usia hidup manusia menjadi semakin pendek.

Terkait hal itu Dicky menjelaskan bahwa efek umum dari pemberian vaksin adalah kekebalan pada manusia terhadap salah satu jenis infeksi virus. 

Infodemic

Pada masa pandemi virus corona saat ini, menurut Dicky informasi terkait perkembangan virus memang banyak muncul di pemberitaan dan media sosial. Karena itu masyarakat dituntut untuk selektif memilah berita yang kredibel dan teruji. 

"Saat ini hal semacam ini sudah masuk kategori infodemic, yaitu segala bentuk informasi yang dapat mengganggu upaya pengendalian pandemi," kata Dicky.

Dengan banyaknya informasi yang beredar, Dicky meminta masyarakat untuk selalu melakukan cross check dan tidak mudah membagikan berita apabila belum dipastikan kebenarannya.

"Selalu rujuk media terpercaya dan website seperti WHO atau Kemenkes dan ahli yang sudah terpercaya serta berasal dari lembaga terpercaya. Bila terkait pandemi yang dirujuk pertama ahli pandemi, ahli epidemiologi penyakit menular, virologist, dokter klinis seperti ahli paru, ahli penyakit dalam dan lain-lain," papar dia.

Baca juga: Ahli Peringatkan Teori Konspirasi Medis Bisa Perburuk Pandemi Corona

Teori konspirasi dan kepentingan

Dicky menjelaskan, dalam sejarah kemunculan berbagai pandemi, teori konspirasi selalu muncul, dengan berbagai sebab. Mulai alasan politik, mistis atau kepercayaan.

Sebagai contoh saat pandemi Black Death yang membunuh hampir 30 persen populasi dunia di abad ke 14, saat itu berkembang teori konspirasi yang menyalahkan kaum Yahudi sebagai penyebab timbulnya pandemi.

Ada pula teori konspirasi terkait pandemi HIV. Uni Soviet di tahun 1980an menuduh Amerika Serikat memproduksi virus HIV.

Hal tersebut menunjukkan bahwa kemunculan teori konspirasi tidak lepas dari kepentingan politik dari pihak yang menghembuskan teori tersebut.

Tidak berbeda dengan virus corona, teori konspirasi juga menyebar dengan cepat dan mudah menjangkiti manusia.

"Teori konspirasi mudah menyebar karena beberapa alasan, antara lain karena ketidakpahaman atau keterbatasan ilmu. Selain itu umumnya manusia lebih cenderung percaya suatu berita jika informasinya sesuai dengan opini atau sikap yang dia miliki," kata Dicky. 

Baca juga: Dari Senjata Biologis hingga 5G, Ini Teori Konspirasi Sesat tentang Corona

Dampak penanganan pandemi

Keberadaan teori konspirasi tidak hanya menimbulkan persepsi yang salah di masyarakat, tetapi juga bisa berdampak besar terhadap penanganan pandemi secara keseluruhan.

Sebagai contoh adalah adanya aksi saling tuding antara pemerintah AS dan China terkait pandemi virus corona. Kedua belah pihak saling menyalahkan tentang siapa yang bertanggung jawab atas kemunculan virus ini.

Amerika Serikat menyebut bahwa wabah ini diciptakan oleh China, sementara China juga tidak kalah sengit mengatakan bahwa virus ini adalah hasil rekayasa militer AS.

Konflik semacam itu tentunya mengganggu keamanan dan menghambat program pengendalian pandemi secara global. Padahal adanya kolaborasi global sampai lokal sangat dibutuhkan untuk menyelesaikan pandemi.

Teori konspirasi juga berbahaya karena bisa mengakibatkan suatu negara menjadi salah strategi dan menutup diri. Misalnya Iran, yang menganggap bahwa covid-19 adalah virus yang diciptakan untuk mengambil data genetik penduduk Iran.

Baca juga: 7 Fakta Terbaru soal Pandemi Covid-19 di Seluruh Dunia

Fakta virus corona 

Dicky menjelaskan, virus corona atau SARS-CoV-2 yang menjadi penyebab Covid-19 berasal dari kelelawar sebagai inang aslinya selama beratus dan beribu tahun.

Dalam inang aslinya, virus ini sudah tidak menjadi masalah karena inangnya sudah memiliki kekebalan setelah beribu tahun lalu terinfeksi.

Namun, reaksi berbeda akan terjadi ketika virus ini menginfeksi manusia akibat terjadinya kontak manusia dengan hewan yang juga terinfeksi virus corona ini.

Beberapa hewan yang saat ini diduga menjadi perantara terjadinya infeksi virus corona yang berasal dari kelelawar ini ke manusia masih dalam penelitian.

"Virus SARS-CoV-2 ini tentu saja akan mudah menyebar secara global, karena umumnya manusia belum memiliki kekebalan. Hal ini disebabkan manusia baru pertama kalinya terinfeksi virus ini," kata Dicky.

Vaksinasi tentu menjadi cara yang efektif untuk membangun kekebalan tubuh manusia terhadap suatu penyakit. Saat ini, negara-negara besar seperti China, AS, Inggris, dan Jerman tengah berupaya merampungkan proses pengembangan vaksin virus corona secepat mungkin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com