Sebanyak 92 persen produk alat kesehatan yang beredar merupakan impor. Persentase tersebut tercermin dari ezin edar yang dikeluarkan Kemenkes, yakni sebanyak 63.771 izin edar untuk produk impor, sementara hanya 5.545 izin edar untuk produk lokal.
Melihat statistik ini, terlalu dini untuk menyimpulkan dugaan keberadaan mafia alat kesehatan.
Pasalnya, alat kesehatan terdiri atas berbagai jenis dengan kandungan teknologi yang berbeda-beda. Mulai dari yang relatif sederhana hingga produk berteknologi tinggi seperti alat-alat diagnostik.
Kebutuhan alat-alat kesehatan berteknologi tinggi memang belum mampu dipenuhi dari dalam negeri.
Namun, untuk beberapa jenis alat yang sebenarnya mampu diproduksi di dalam negeri, ceruk pasarnya pun tetap diisi produk impor. Ventilator atau alat bantu pernafasan salah satunya.
Sekretaris Jenderal Gabungan Perusahaan Alat-alat Kesehatan dan Laboratorium Indonesia (Gakeslab), Randy H Teguh, mengatakan sejauh ini industri dalam negeri belum mampu memproduksi ventilator.
Saat ini terdapat sekitar 30 perusahaan anggota Gakeslab yang menjadi distributor ventilator yang dipasok dari sejumlah negara.
Kebutuhan ventilator saat ini meningkat pesat karena Pandemi Covid-19. Indonesia masih membutuhkan ratusan ventilator, atau bahkan ribuan, untuk menangani pasien Covid-19.
Kebutuhan ini juga dirasakan negara lain, yang membuat negara-negara di seluruh dunia saling berebut untuk mendapatkan alat ini.
Di tengah situasi sulit saat ini, berbagai pihak di dalam negeri menyatakan kemampuan memproduksi sendiri alat ventilator, mulai dari BUMN, BPPT, hingga sejumlah perguruan tinggi.
Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan pihaknya akan mensinergikan sejumlah BUMN, seperti PT LEN, PT DI, dan PT Pindad, untuk memproduksi alat ventilator dalam negeri.
Ia pun bertekad untuk melawan mafia dengan menekan impor alat kesehatan.
Lantas, seperti apa permainan mafia alat kesehatan? Apakah para mafia tersebut “bermain” di tengah pandemi?
Ikuti pembahasannya di talkshow Satu Meja The Forum, Rabu (22/4), yang disiarkan langsung di Kompas TV mulai pukul 20.00 WIB.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.