Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Virus Corona Menyerang Tubuh Penderitanya?

Kompas.com - 19/04/2020, 17:31 WIB
Mela Arnani,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

Pembuluh darah bocor, tekanan darah turun, membentuk gumpalan, dan kegagalan organ katastropik dapat terjadi.

Baca juga: Simak, Ini 10 Cara Pencegahan agar Terhindar dari Virus Corona

Beberapa penelitian telah menunjukkan, peningkatan kadar sitokin yang merangsang peradangan ini terdapat dalam darah pasien Covid-19.

“Morbiditas dan mortalitas sebenarnya dari penyakit ini mungkin didorong oleh respons inflamasi yang tidak proporsional terhadap virus ini,” kata Jamie Garfield, seorang ahli paru yang merawat pasien Covid-19 di Rumah Sakit Temple University.

Namun, yang lain tidak meyakini hal tersebut.

"Tampaknya ada langkah cepat untuk mengaitkan Covid-19 dengan kondisi hiperinflamasi ini. Saya belum benar-benar melihat data yang meyakinkan bahwa itulah yang terjadi," kata Joseph Levitt, seorang dokter perawatan kritis paru di Fakultas Kedokteran Universitas Stanford.

Ia juga khawatir bahwa upaya untuk meredam respons sitokin bisa menjadi bumerang. Beberapa obat menargetkan sitokin spesifik dalam uji klinis pada pasien Covid-19.

Tetapi, Levitt khawatir obat-obatan itu dapat menekan respons imun yang dibutuhkan tubuh untuk melawan virus.

“Ada risiko nyata bahwa kita memungkinkan replikasi virus lebih banyak,” kata Levitt.

Sementara itu, para ilmuwan lain memusatkan perhatian pada sistem organ yang mendorong kemunduran cepat beberapa pasien, seperti jantung dan pembuluh darah.

Baca juga: Berikut Cara Membuat Hand Sanitizer Sendiri dengan Lima Bahan Sederhana

Menyerang hati

Kisah manis terjadi di Italia, di mana sepasang suami istri lansia, Giancarlo dan Sandra, merayakan ulang tahun pernikahan ke-50 sambil berpegangan tangan setelah mereka terpapar Covid-19.Newsflash/Roberta Ferretti via Daily Mail Kisah manis terjadi di Italia, di mana sepasang suami istri lansia, Giancarlo dan Sandra, merayakan ulang tahun pernikahan ke-50 sambil berpegangan tangan setelah mereka terpapar Covid-19.

Seorang wanita berusia 53 tahun di Brescia, Italia dibawa ke ruang gawat darurat rumah sakit setempat dengan semua gejala klasik serangan jantung, termasuk tanda-tanda dalam elektrokardiogramnya dan penanda darah tingkat tinggi menunjukkan kerusakan otot jantung.

Tes lebih lanjut menunjukkan pembengkakan dan jaringan parut jantung dan ventrikel kiri, biasanya ruang pembangkit tenaga jantung, sangat lemah sehingga hanya bisa memompa sepertiga jumlah darah normal.

Namun, saat dokter menyuntikkan zat pewarna ke dalam arteri koroner, mencari penyumbatan yang menandakan serangan jantung, mereka tidak menemukannya.

Masih menjadi misteri bagaimana virus menyerang jantung dan pembuluh darah, tetapi beberapa data membuktikan bahwa kerusakan seperti ini biasa terjadi.

Sebuah makalah di JAMA Cardiology yang terbit pada 25 Maret lalu, mendokumentasikan kerusakan jantung pada hampir 20 persen pasien dari 416 yang dirawat di rumah sakit untuk Covid-19 di Wuhan, China.

Dalam penelitian lain di Wuhan, menunjukkan 44 persen dari 138 pasien. Gangguan tampaknya meluas ke darah itu sendiri.

Baca juga: Sebabkan Komplikasi Jantung, Penelitian Klorokuin di Brazil Dihentikan

Soal pembekuan darah

Ilustrasi donor darahShutterstock Ilustrasi donor darah

Menurut jurnal di Thrombosis Research pada 10 April menyebutkan, di antara 184 pasien Covid-19 di ICU Belanda, 38 persen memiliki darah yang menggumpal tidak normal dan hampir sepertiga sudah memiliki gumpalan.

Gumpalan darah dapat pecah dan mendarat di paru-paru, menghalangi arteri vital, suatu kondisi yang dikenal sebagai emboli paru, yang dilaporkan telah membunuh pasien Covid-19.

Gumpalan dari arteri juga bisa masuk ke otak, menyebabkan stroke.

Banyak pasien dengan tingkat D-dimer yang tinggi, produk sampingan dari pembekuan darah, kata seorang ahli pengobatan kardiovaskular di Columbia University Medical Center, Behnood Bikdeli.

"Semakin kita melihat, semakin besar kemungkinan pembekuan darah adalah pemain utama dalam tingkat keparahan penyakit dan kematian akibat Covid-19," ujar Bikdeli.

Infeksi juga dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Laporan muncul dari iskemia (keadaan kurangnya aliran darah) di jari tangan dan kaki, dapat menyebabkan bengkak hingga kematian jaringan.

Di paru-paru, penyempitan pembuluh darah mungkin membantu menjelaskan laporan anekdotal tentang fenomena membingungkan yang terlihat pada pneumonia yang disebabkan oleh Covid-19.

Beberapa pasien memiliki kadar oksigen darah sangat rendah dan belum terengah-engah.

Terdapat kemungkinan bahwa pada beberapa tahap penyakit, virus mengubah keseimbangan hormon yang membantu mengatur tekanan darah dan menyempitkan pembuluh darah ke paru-paru.

Jadi pengambilan oksigen terhambat oleh pembuluh darah yang menyempit, bukan oleh alveoli yang tersumbat.

Jika Covid-19 menargetkan pembuluh darah, ini juga dapat membantu menjelaskan mengapa pasien dengan kerusakan yang sudah ada pada pembuluh tersebut, misalnya dari diabetes dan tekanan darah tinggi, menghadapi risiko penyakit yang lebih tinggi.

Baca juga: Apa yang Terjadi pada Paru-paru Manusia Saat Terkena Virus Corona?

Data Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) terbaru pada pasien yang dirawat di rumah sakit di 14 negara bagian AS menemukan, sekitar sepertiga pasien memiliki penyakit paru-paru kronis, hampir sama banyak yang menderita diabetes, dan setengahnya memiliki tekanan darah tinggi.

Fakta bahwa tidak ada penderita asma atau pasien dengan penyakit pernapasan lainnya di ICU HUP menjadi salah satu hal yang mengejutkan mengejutkan.

Para ilmuwan sedang berjuang untuk memahami penyebab kerusakan kardiovaskular.

Virus ini dapat langsung menyerang selaput jantung dan pembuluh darah, seperti hidung dan alveoli, yang kaya akan reseptor ACE2.

Atau mungkin kekurangan oksigen karena kekacauan di paru-paru dan merusak pembuluh darah, atau badai sitokin dapat merusak jantung seperti halnya organ-organ lain.

"Kami masih di awal. Kami benar-benar tidak mengerti siapa yang rentan, mengapa beberapa orang sangat terpengaruhi, mengapa ia muncul begitu cepat dan mengapa begitu sulit (bagi beberapa) untuk pulih," kata Krumholz.

Baca juga: 8 Makanan yang Baik untuk Penderita Diabetes

Kekurangan ventilator

Pekerja memperagakan alat peraga manusia dan ventilator darurat di Industri UMKM Agusta Dryer, Cidodol, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Selasa (14/4/2020). UMKM Agusta Dryer membuat Ventilator hasil belajar secara online dari Forum O2 yang berpusat di Kota Barcelona, Spanyol. Pembuatan ventilator darurat ini berharap dapat diuji coba oleh Kementerian Kesehatan RI agar dapat di produksi untuk tujuan kemanusiaan bagi Pasien COVID-19.KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG Pekerja memperagakan alat peraga manusia dan ventilator darurat di Industri UMKM Agusta Dryer, Cidodol, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Selasa (14/4/2020). UMKM Agusta Dryer membuat Ventilator hasil belajar secara online dari Forum O2 yang berpusat di Kota Barcelona, Spanyol. Pembuatan ventilator darurat ini berharap dapat diuji coba oleh Kementerian Kesehatan RI agar dapat di produksi untuk tujuan kemanusiaan bagi Pasien COVID-19.

Ketakutan di seluruh dunia akan kekurangan ventilator karena gagal paru-paru telah mendapatkan banyak perhatian. 

"Jika orang-orang ini tidak mati karena gagal paru-paru, mereka mati karena gagal ginjal," kata ahli saraf Jennifer Frontera dari Langone Medical Center, New York University, yang telah merawat ribuan pasien Covid-19.

Rumah sakitnya sedang mengembangkan protokol dialisis dengan mesin yang berbeda untuk mendukung pasien tambahan.

Menurut sebuah laporan, 27 persen dari 85 pasien yang dirawat di rumah sakit di Wuhan mengalami gagal ginjal.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Ketahui, Ini Masing-masing Manfaat Vitamin B1, B2, hingga B12

Ketahui, Ini Masing-masing Manfaat Vitamin B1, B2, hingga B12

Tren
Uni Eropa Segera Larang Retinol Dosis Tinggi di Produk Kecantikan

Uni Eropa Segera Larang Retinol Dosis Tinggi di Produk Kecantikan

Tren
Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata, Israel Justru Serang Rafah

Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata, Israel Justru Serang Rafah

Tren
Pengakuan TikToker Bima Yudho Dapat Tawaran Endorse Bea Cukai, DBC: Tak Pernah Ajak Kerja Sama

Pengakuan TikToker Bima Yudho Dapat Tawaran Endorse Bea Cukai, DBC: Tak Pernah Ajak Kerja Sama

Tren
Mengenal Rafah, Tempat Perlindungan Terakhir Warga Gaza yang Terancam Diserang Israel

Mengenal Rafah, Tempat Perlindungan Terakhir Warga Gaza yang Terancam Diserang Israel

Tren
Fortuner Polda Jabar Tabrak Elf Picu Kecelakaan di Tol MBZ, Pengemudi Diperiksa Propam

Fortuner Polda Jabar Tabrak Elf Picu Kecelakaan di Tol MBZ, Pengemudi Diperiksa Propam

Tren
Alasan Polda Metro Jaya Kini Kirim Surat Tilang via WhatsApp

Alasan Polda Metro Jaya Kini Kirim Surat Tilang via WhatsApp

Tren
UPDATE Identitas Korban Meninggal Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil di Pasuruan, Berasal dari Ponpes Sidogiri

UPDATE Identitas Korban Meninggal Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil di Pasuruan, Berasal dari Ponpes Sidogiri

Tren
Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, Bagaimana Aturan Publikasi Dokumen Perceraian?

Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, Bagaimana Aturan Publikasi Dokumen Perceraian?

Tren
Spyware Mata-mata asal Israel Diduga Dijual ke Indonesia

Spyware Mata-mata asal Israel Diduga Dijual ke Indonesia

Tren
Idap Penyakit Langka, Seorang Wanita di China Punya Testis dan Kromosom Pria

Idap Penyakit Langka, Seorang Wanita di China Punya Testis dan Kromosom Pria

Tren
Ribuan Kupu-kupu Serbu Kantor Polres Mentawai, Fenomena Apa?

Ribuan Kupu-kupu Serbu Kantor Polres Mentawai, Fenomena Apa?

Tren
Ramai soal Susu Dicampur Bawang Goreng, Begini Kata Ahli Gizi

Ramai soal Susu Dicampur Bawang Goreng, Begini Kata Ahli Gizi

Tren
57 Tahun Hilang Saat Perang Vietnam, Tentara Amerika Ini 'Ditemukan'

57 Tahun Hilang Saat Perang Vietnam, Tentara Amerika Ini "Ditemukan"

Tren
5 Tahun Menjabat, Sekian Uang Pensiun Seumur Hidup Anggota DPR RI

5 Tahun Menjabat, Sekian Uang Pensiun Seumur Hidup Anggota DPR RI

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com