Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[HOAKS] Surat LTMPT tentang Perubahan Jadwal dan Penambahan Kuota UTBK

Kompas.com - 12/04/2020, 16:49 WIB
Tim Cek Fakta

Penulis

KOMPAS.com - Beredar informasi yang mencatut Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT). Kali ini, beredar surat edaran berkop LTMPT yang menyebutkan adanya perubahan peraturan terkait pelaksanaan Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK).

Saat dikonfirmasi, LTMPT menyatakan bahwa informasi itu tidak benar alias hoaks.

Informasi yang beredar

Informasi yang beredar menyebutkan, kuota UTBK ditambah menjadi 70 persen.

Selain itu, disebutkan bahwa ujian dengan 2 macam tes (TPA dan TPS), setiap peserta bisa tes sebanyak 2 kali (seperti tahun lalu), nilai UTBK langsung keluar setelah tes, dan tidak ada seleksi mandiri.

Adapun pesan yang beredar adalah sebagai berikut:

SURAT EDARAN TIM PELAKSANA LTMPT
NOMOR: 12/SE.LTMPT/2020
TENTANG
PERUBAHAN JADWAL PELAKSANAAN UTBK 2020
(Tertunda)

Mengingat pandemic virus covid-19 ini, yang mana tidak ada yang mengetahui kapan benar-benar lenyap dan berakhirnya pandemik ini, karena sulitnya memprediksi akan hal ini: Pihak LTMPT tidak luput mencari solusi cadangan dalam seleksi masuk PTN.

Maka sampai saat ini masih dirapatkan mengenai pelaksanaan ujian tersebut harus mengacu teguh pada keputusan terakhir yang mana akan diambil.

Apabila sampai bulan-bulan yang telah diprediksi tersebut pandemik ini belum juga positif memungkinkan untuk pelaksanaan test, maka solusi berikutnya yaitu dengan menghapus ketentuan yang sudah dimuat dalam Surat Edaran No. 11/se.ltmpt/2020 yang kami muat terlalu dini.

Yaitu dengan menghapus Seleksi mandiri PTN, dengan persetujuan serta merapatkannya terhadap jajaran rektor setiap PTN terkait, hal ini guna memberikan rentang yang cukup untuk pelaksanaan UTBK nasional. Sehingga tidak benar-benar bentrok dengan Seleksi mandiri (apabila seleksi mandiri diadakan). Apabila langkah ini diambil, maka point penting berikutnya yaitu:

  • Kuota SBMPTN menjadi 70% dari yang semula 40% (minimum) mengacu pada daya tampung prodi disetiap PTN.
  • Ujian tetap menggunakan Sistem yang sama dengan tahun sebelumnya, yaitu dengan menggunakan 2 macam test (TPS & TPA)
  • Setiap peserta diijinkan 2x test (apabila memungkinkan) dengan dilakukan 2x sesi setiap harinya
  • Siswa diberikan Nilai UTBK setelah utbk dilaksanakan, kemudian baru digunakan untuk pendaftaran SBMPTN
  • Setiap perguruan tinggi negeri berhak membuat pertimbangan langkah selanjutnya (sebagai ganti ketidak diadakannya seleksi mandiri) dengan tetap mengacu pada peraturan pusat, yang mana merupakan wewenang aturan PMB setiap PTN.

Ketentuan ini hanya berlaku untuk tahun ini dengan catatan pada bulan juni akihr pandemik itu belum berakhir, sebagaimana dampak dari pandemi Covid-19 Corona.

Keputusan ini dan lainnya masih dalam proses, ketupusan resmi akan segera di terbitkan di laman LTMPT apabila sudah layak diterbitkan.

Jakarta, 11 April 2020
KETUA
TIM PELAKSANA LTMPT

MOHAMMAD NASIH 

Konfirmasi Kompas.com

Humas LTMPT Anwar Effendi mengatakan informasi tentang perubahan jadwal pelaksanaan UTBK yang beredar itu tidak benar. 

HOAKS ATAU FAKTA?

Jika Anda mengetahui ada berita viral yang hoaks atau fakta, silakan klik tombol laporkan hoaks di bawah ini

closeLaporkan Hoaks checkCek Fakta Lain
Berkat konsistensinya, Kompas.com menjadi salah satu dari 49 Lembaga di seluruh dunia yang mendapatkan sertifikasi dari jaringan internasional penguji fakta (IFCN - International Fact-Checking Network). Jika pembaca menemukan Kompas.com melanggar Kode Prinsip IFCN, pembaca dapat menginformasikannya kepada IFCN melalui tombol di bawah ini.
Laporkan
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Bagaimana Nasib Uang Nasabah Paytren Pasca Ditutup? Ini Kata Yusuf Mansur

Bagaimana Nasib Uang Nasabah Paytren Pasca Ditutup? Ini Kata Yusuf Mansur

Tren
Jaringan Sempat Eror Disebut Bikin Layanan Terhambat, BPJS Kesehatan: Tetap Bisa Dilayani

Jaringan Sempat Eror Disebut Bikin Layanan Terhambat, BPJS Kesehatan: Tetap Bisa Dilayani

Tren
Seekor Kucing Mati Setelah Diberi Obat Scabies Semprot, Ini Kronologi dan Penjelasan Dokter Hewan

Seekor Kucing Mati Setelah Diberi Obat Scabies Semprot, Ini Kronologi dan Penjelasan Dokter Hewan

Tren
Riwayat Kafe Xakapa di Lembah Anai, Tak Berizin dan Salahi Aturan, Kini 'Tersapu' oleh Alam

Riwayat Kafe Xakapa di Lembah Anai, Tak Berizin dan Salahi Aturan, Kini "Tersapu" oleh Alam

Tren
Video Viral Detik-detik Petugas Damkar Tertabrak hingga Kolong Mobil

Video Viral Detik-detik Petugas Damkar Tertabrak hingga Kolong Mobil

Tren
Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Tren
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Tren
Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Tren
Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Tren
Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Tren
Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Tren
Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Tren
Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Tren
Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Tren
Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com