KOMPAS.com – Rapid test atau uji cepat merupakan salah satu jenis pemeriksaan untuk mendeteksi apakah seseorang memiliki antibodi terhadap Covid-19 atau tidak.
Di beberapa wilayah, rapid test telah dilakukan untuk mendeteksi kemungkinan seseorang terpapar virus corona.
Penggunaan rapid test umumnya dilakukan terhadap mereka yang memiliki kontak erat dengan orang yang telah dinyatakan positif Covid-19.
Meski demikian, alat ini tidak sepenuhnya valid ketika digunakan untuk melakukan tes karena dapat memunculkan negatif palsu ataupun positif palsu karena beberapa alasan.
Baca juga: Jokowi Instruksikan Tes Massal, Ini yang Harus Diperhatikan soal Rapid Test Virus Corona
Setelah menjalani rapid test, hasil yang akan muncul kemungkinannya dua: positif dan negatif. Apa yang harus dilakukan jika rapid test menunjukkan positif atau negatif?
Melansir informasi yang dibagikan Kementerian Kesehatan RI melalui akun Instagram-nya, @kemenkes_ri, hal yang harus dilakukan saat hasil rapid test positif adalah:
Jika hasil rapid test menunjukkan hasil negatif, maka Anda diimbau untuk melakukan beberapa hal:
Baca juga: Soal Rapid Test di Indonesia, Siapa yang Dites dan Bagaimana Prosesnya?
Seperti diberitakan Kompas.com, 20 Maret 2020, Ketua Umum Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik dan Kedokteran Laboratorium Indonesia (PDS PatKln) Prof. DR. Dr. Aryati, MS, Sp.PK (K) mengingatkan, hasil positif palsu dari rapid test bisa saja muncul jika ada infeksi virus corona jenis lain di masa lalu mengingat virus corona bukan hanya SARS-Cov-2.
“Karena (jenis) corona banyak di masa lalu itu, antibodi yang pernah timbul bisa saja terdeteksi,” kata Aryati
Sementara, hasil negatif palsu bisa saja muncul karena seseorang belum masuk periode inkubasinya.
“Tapi kalau hasil negatif dia belum melewati inkubasinya, saya sarankan untuk dilakukan pengambilan sampel ulang 7 hari kemudian dari hari pertama tadi. Misal batuk, diperiksa negatif, jangan senang dulu. Cek lagi hari ke-12. Kalau dicek lagi positif, berarti ya positif,” kata Aryati.
Baca juga: Mengenal Rapid Test dan Bedanya dengan Tes Corona Sebelumnya
Sementara itu Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof Dr dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, seperti diberitakan Kompas.com, 28 Maret 2020, menjelaskan, cara kerja rapid test adalah bereaksi terhadap antibodi IgG dan atau IgM yang ada dalam sampel darah yang selanjutnya akan menimbulkan perubahan warna rapid test.
Ia juga menyatakan bahwa hasil negatif palsu bisa muncul saat seseorang masih dalam proses inkubasi.
Ketika telah melewati masa inkubasi, maka hasilnya akan menunjukkan IgM yang positif dan IgG yang negatif.
Alasannya, karena saat ada infeksi di tubuh maka IgM akan naik. Sementara, saat tubuh mulai membaik, maka IgG akan ikut naik.
Selanjutnya, saat IgM dan IgG sama-sama positif, artinya pasien telah berada pada fase infeksi aktif.
Adapun, jika hasil IgM negatif dan IgG positif, hal ini menunjukkan fase akhir infeksi atau menunjukkan adanya kemungkinan riwayat bhwa orang tersebut sudah pernah terinfeksi SARS-CoV-2 lalu sembuh.
Baca juga: Bagaimana Cara Kerja Rapid Test Virus Corona?