Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Erupsi Merapi dan Sejarah Letusannya...

Kompas.com - 29/03/2020, 11:31 WIB
Mela Arnani,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Gunung Merapi kembali erupsi Minggu (29/3/2020) pukul 00.15 WIB. Sebelumnya, pada Sabtu (28/3/2020) pukul 19.25 WIB, gunung ini juga mengalami erupsi.

Erupsi pada Minggu dini hari teramati tinggi kolom abu kurang lebih 1.500 meter di atas puncak atau 4.468 meter di atas permukaan laut.

"Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah barat," kata Kepala Pusat PVMBG Kasbani saat dihubungi Kompas.com, Minggu (29/3/2020).

Baca juga: Jadi Trending Topic, Berikut Catatan Erupsi Merapi di 2020

Erupsi terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 40 mm berdurasi kurang lebih 2 menit 30 detik.

Saat ini, Gunung Merapi berstatus level II atau waspada.

"Potensi ancaman bahaya saat ini berupa luncuran awan panas dari runtuhnya kubah lava dan jatuhan materian vulkanik dari letusan eksplosif," ujar Kasbani.

Sementara itu, ia mengimbau area dalam radius 3 kilometer dari puncak Gunung Merapi bebas dari aktivitas manusia.

"Masyarakat agar mengantisipasi bahaya abu vulkanik dari kejadian awan panas maupun letusan eksplosif," tuturnya.

Selain itu, masyarakat diimbau untuk mawaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di sekitar puncak gunung.

Baca juga: Sampai Kapan Merapi Akan Terus Erupsi?

Gunung Merapi

Gunung Merapi kembali mengeluarkan awan panas letusan pada Senin (14/10/2019).Dok. Kepala PVMBG, Kasbani Gunung Merapi kembali mengeluarkan awan panas letusan pada Senin (14/10/2019).

Melansir situs ESDM, gunung berketinggian 2.986 meter di atas permukaan laut ini terletak di perbatasan empat kabupaten, yaitu Kabupaten Sleman, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten.

Posisi geografinya terletak pada 7° 32'30" LS dan 110° 26'30" BT.

Berdasarkan tatanan tektoniknya, Gunung Merapi terletak di zona subduksi, di mana Lempeng Indo-Australia menunjam di bawah Lempeng Eurasia yang mengontrol vulkanisme di Sumatera, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara.

Gunung ini muncul di bagian selatan dari kelurusan jajaran gunung api di Jawa Tengah, mulai dari utara ke selatan yaitu Ungaran-Telomoyo-Merbabu-Merapi dengan arah N165 E.

Kelurusan ini merupakan sebuah patahan yang berhubungan dengan retakan akibat aktivitas tektonik yang mendahului vulkanisme di Jawa Tengah.

Aktivitas vulkanisme ini bergeser dari arah utara ke selatan, di mana Gunung Merapi muncul paling muda.

Baca juga: Keluarkan Awan Panas, Ini Letusan-Letusan Besar yang Pernah Terjadi di Merapi

Periode merapi

Secara garis besar, sejarah geologi Gunung Merapi terbagi dalam empat periode yaitu pra merapi, merapi tua, merapi muda dan merapi baru.

Periode pertama, pra merapi dimulai sejak sekitar 700.000 tahun lalu dimana saat ini menyisakan jejak Gunung Bibi (2025 meter di atas permukaan laut) di lereng timur laut Gunung Merapi.

Gunung Bibi memiliki lava yang bersifat basaltic andesit.

Periode kedua, periode merapi tua menyisakan bukit Turgo dan Plawangan yang telah berumur antara 60.000 sampai 8.000 tahun.

Saat ini kedua bukit tersebut mendominasi morfologi lereng selatan Gunung Merapi.

Pada periode ketiga, merapi muda beraktivitas antara 8000 sampai 2000 tahun lalu.

Di masa itu terjadi beberapa lelehan lava andesitik yang menyusun bukit Batulawang dan Gajahmungkur yang sekarang tampak di lereng utara Gunung Merapi serta menyisakan kawah Pasar Bubrah.

Periode keempat aktivitas Merapi yang sekarang ini disebut merapi baru, di mana terbentuk kerucut puncak Merapi yang disebut sebagai Gunung Anyar di bekas kawah Pasar Bubrah dimulai sekitar 2000 tahun yang lalu.

Baca juga: Meski Meletus dan Berstatus Waspada, Merapi Masih Mandaliem

Wisatawan mengendarai mobil jip saat mengikuti wisata lava tour di kaki Gunung Merapi, Sleman, DI Yogyakarta, Jumat (17/5/2013). Wisata mengunjungi daerah bekas aliran lava erupsi Merapi ini dipungut biaya Rp 300.000 - Rp 500.000 per trip. KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMO Wisatawan mengendarai mobil jip saat mengikuti wisata lava tour di kaki Gunung Merapi, Sleman, DI Yogyakarta, Jumat (17/5/2013). Wisata mengunjungi daerah bekas aliran lava erupsi Merapi ini dipungut biaya Rp 300.000 - Rp 500.000 per trip.

Studi stratigrafi dan geokimia Gunung Merapi menunjukkan bahwa dua letusan besar telah terjadi selama Middle Merapi dan Recent Merapi.

Letusan besar tersebut akan dapat berulang di masa yang akan datang menurut Newhall dan Bronto (1995).

Supriyati, D. A (1999) membagi sejarah letusan Gunung Merapi menjadi dua periode yaitu perioda Pre-1800 A.D (lebih tua 2900 tahun BP-1800 A.D) dan perioda Post-1800 A.D (1800-1996 A.D) berdasarkan perubahan tipe letusan dalam sekuen stratigrafi endapan.

Perioda Pre-1800 AD sebagai produk dari kondisi vent yang tertutup dan meghasilkan letusan eksplosif tipe sub plinian, plinian dan vulkanian, sedang perioda Post-1800 A.D sebagai produk dari kondisi vent yang terbuka dan menghasilkan letusan eksplosif tipe vulkanian (kecil-sedang) akibat dari longsornya kubah.

Frekuensi terjadinya letusan Gunung Merapi sangat signifikan, pada periode 3000-250 tahun yang lalu tercatat kurang lebih 33 letusan dengan skala letusan kecil sampai besar.

Letusan dengan skala besar (VEI 4) terjadi antara 150-500 tahun, letusan dengan skala VEI 3 terjadi setiap 30 tahun dan letusan kecil terjadi antara 2-7 tahun.

Letusan yang di-trigger oleh longsornya kubah lava merupakan karakteristik dari aktivitas Merapi pada Post-1800 A.D, mempunyai VEI 1-3 (Newhall dan Voight,1997).

Letusan VEI 3 dijumpai pada letusan 1930 dan 1961.

Sejumlah warga menggunakan masker untuk melindungi diri dari dampak hujan abu akibat letusan freatik Gunung Merapi,  Senin (21/5/2018).KOMPAS.com/IKA FITRIANA Sejumlah warga menggunakan masker untuk melindungi diri dari dampak hujan abu akibat letusan freatik Gunung Merapi, Senin (21/5/2018).

Sejarah letusan

Sejarah letusan Gunung Merapi secara tertulis mulai tercatat sejak awal masa kolonial Belanda, sekitar abad XVII.

Letusan sebelumnya tidak tercatat secara jelas, sedangkan letusan-letusan besar yang terjadi pada masa sebelum periode Merapi baru, hanya didasarkan pada penentuan waktu relatif.

Secara umum, letusan Gunung Merapi dapat dirangkum sebagai berikut:

1. Pada periode 3000-250 tahun yang lalu tercatat lebih kurang 33 kali letusan, di mana 7 tujuh di antaranya merupakan letusan besar.

Dari data tersebut menunjukkan bahwa letusan besar terjadi sekali dalam 150-500 tahun (Andreastuti dkk, 2000).

2. Pada periode merapi baru telah terjadi beberapa kali letusan besar yaitu abad ke-19 (tahun 1768, 1822, 1849, 1872) dan abad ke-20 yaitu 1930-1931.

Erupsi abad ke-19 jauh lebih besar dari letusan abad XX, di mana awan panas mencapai 20 kilometer dari puncak.

Kemungkinan letusan besar terjadi sekali dalam 100 tahun (Newhall, 2000).

3. Aktivitas Merapi pada abad XX terjadi minimal 28 kali letusan, di mana letusan terbesar terjadi pada tahun 1931. Sudah tiga perempat abad tidak terjadi letusan besar.

Berdasarkan data yang tercatat sejak tahun 1600-an, Gunung Merapi meletus lebih dari 80 kali atau rata-rata sekali meletus dalam 4 tahun.

Pemberitaan soal meletusnya Merapi, Selasa (3/3/2020) dimuat dalam media The Straits Times, SingapuraThe Straits Times Pemberitaan soal meletusnya Merapi, Selasa (3/3/2020) dimuat dalam media The Straits Times, Singapura

Masa istirahat berkisar antara 1-18 tahun, yang berarti masa istirahat terpanjang yang pernah tercatat adalah 18 tahun.

Secara umum, letusan Merapi pada abad XVIII dan abad XIX masa istirahatnya relatif lebih panjang, sedangkan indeks letusannya lebih besar.

Akan tetapi tidak bisa disimpulkan bahwa masa istirahat yang panjang, menentukan letusan yang akan datang relatif besar.

Berdasarkan fakta, beberapa letusan besar mempunyai masa istirahat yang pendek.

Atau sebaliknya, pada saat mengalami istirahat panjang, letusan berikutnya ternyata kecil.

Terdapat kemungkinan juga bahwa periode panjang letusan pada abad XVIII dan abad XIX disebabkan banyak letusan kecil yang tidak tercatat dengan baik, karena kondisi saat itu.

Jadi besar kecilnya letusan lebih tergantung pada sifat kimia magma dan sifat fisika magma.

Baca juga: Erupsi Gunung Merapi, Tagar #merapi Jadi Trending Twitter

Karakteristik letusan

Gunung Merapi berbentuk sebuah kerucut gunung api dengan komposisi magma basaltik andesit dengan kandungan silika (SiO2) berkisar antara 52-56 persen.

Morfologi bagian puncaknya dicirikan oleh kawah yang berbentuk tapal kuda, di mana di tengahnya tumbuh kubah lava.

Letusan Gunung Merapi dicirikan oleh keluarnya magma ke permukaan membentuk kubah lava di tengah kawah aktif di sekitar puncak.

Munculnya lava baru biasanya disertai dengan pengrusakan lava lama yang menutup aliran sehingga terjadi guguran lava.

Lava baru yang mencapai permukaan membentuk kubah yang bisa tumbuh membesar.

Pertumbuhan kubah lava sebanding dengan laju aliran magma yang bervariasi hingga mencapai ratusan ribu meter kubik per hari.

Kubah lava yang tumbuh di kawah dan membesar menyebabkan ketidakstabilan.

Kubah lava yang tidak stabil posisinya dan didorong oleh tekanan gas dari dalam menyebabkan sebagian longsor sehingga terjadi awan panas.

Awan panas akan mengalir secara gravitasional menyusur lembah sungai dengan kecepatan 60-100 km/jam dan akan berhenti ketika energi geraknya habis.

Inilah awan panas yang disebut tipe Merapi yang menjadi ancaman bahaya yang utama.

Baca juga: Keluarkan Awan Panas, Ini Letusan-Letusan Besar yang Pernah Terjadi di Merapi

Erupsi Merapi hari ini Kamis (13/02/2020)Dok. Agus Erupsi Merapi hari ini Kamis (13/02/2020)

Dalam catatan sejarah, letusan Gunung Merapi pada umumnya tidak besar.

Bila diukur berdasarkan indek letusan VEI (Volcano Explosivity Index) berkisar antara 1-3.

Jarak luncur awan panasnya berkisar antara 4-15 kilometer.

Pada abad XX, letusan terbesar terjadi pada tahun 1930 dengan indeks letusan VEI 3.

Meskipun umumnya letusan Merapi tergolong kecil, tapi bukti stratigrafi di lapangan ditemukan endapan awan panas yang diduga berasal dari letusan besar Merapi.

Melihat ketebalan dan variasi sebarannya diperkirakan indeks letusannya VEI 4 dengan tipe letusan antara vulkanian hingga plinian.

Letusan besar ini diperkirakan terjadi pada masa merapi muda, sekitar 3000 tahun yang lalu.

Sejak 1768 sudah tercatat lebih dari 80 kali letusan.

Di antara letusan tersebut, merupakan letusan besar (VEI ≥ 3) yaitu periode abad XIX (letusan tahun 1768, 1822, 1849, 1872) dan periode abad XX yaitu 1930-1931.

Erupsi abad XIX intensitas letusannya relatif lebih besar, sedangkan letusan abad XX frekuensinya lebih sering.

Kemungkinan letusan besar terjadi sekali dalam 100 tahun (Newhall, 2000).

Letusan besar bisa bersifat eksplosif dan jangkauan awan panas mencapai 15 kilometer.

Letusan gunung ini sejak 1872-1931 mengarah ke barat-barat laut.

Namun, sejak letusan besar 1930-1931, arah letusan dominan ke barat daya sampai dengan letusan 2001.

Kecuali pada letusan 1994, terjadi penyimpangan ke arah selatan yaitu ke hulu Kali Boyong, terletak antara bukit Turgo dan Plawangan.

Erupsi terakhir pada 2006, terjadi perubahan arah dari barat daya ke arah tenggara, dengan membentuk bukaan kawah yang mengarah ke Kali Gendol.

 Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Erupsi Merapi Renggut Nyawa Mbah Maridjan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Tren
Saya Bukan Otak

Saya Bukan Otak

Tren
Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Tren
Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Tren
8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

Tren
Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Tren
Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Tren
7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

Tren
Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU 'Self Service', Bagaimana Solusinya?

Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU "Self Service", Bagaimana Solusinya?

Tren
Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Tren
Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Tren
6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

Tren
BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

Tren
7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

Tren
Tentara Israel Disengat Ratusan Tawon Saat Lakukan Operasi Militer di Jalur Gaza

Tentara Israel Disengat Ratusan Tawon Saat Lakukan Operasi Militer di Jalur Gaza

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com