Kemudian, auskultasi (jika perlu pakai stetoskop) di mana dokter akan mengecek bunyi nafas pneumonia tentu beda dengan asma, walaupun pasiennya sama-sama mengaku sesak napas.
Baca juga: Profesor Unair Klaim Ramuan Jahe Dapat Cegah Penularan Corona, Ini Penjelasannya...
Tan mengungkapkan, laboratorium bukan penentu diagnostik, melainkan diagnostik penunjang.
"Jadi, walaupun hasil lab belum muncul, dokter sudah bisa menentukan diagnosis kerja (working diagnosis) atau diagnosis klinis," ujar Tan.
Ia menjelaskan, dari ratusan item panel di lab, dokter akan menandai yang sesuai dengan indikasi untuk menegakkan diagnosis.
Terkadang, lab justru tidak dibutuhkan, tapi penunjang diagnosis bisa menggunakan alat bantu lain, seperti rontgen (dengan berbagai kehususan: ada yang harus diberi kontras seperti pada kateterisasi jantung atau intra vaginal).
Selain itu, alat bantu lainnya antara lain, CT scan, MRI, Pet scan, juga biopsi.
"Diagnosis penunjang ini untuk menghindari kesalahan terkecil dalam menentukan diagnosis definitif," katanya lagi.
Setelah muncul diagnosis, dokter akan masuk ke pilihan tindakan.
Meski begitu, tindakan ini tidak selalu berbentuk medikasi.
Beberapa ada yang perlu dimulai dengan obervasi, modifikasi gaya hidup, rekomendasi pola makan, ada obat-obatan yang dipakai dengan dosis dan jangka waktu tertentu.
Selanjutnya ada juga tindakan invasif, apakah perlu disuntik, diinfus, atau tindakan lainnya.
Selain itu, Tan mengatakan, perbedaan kentara lain, yakni dokter menentukan prognosa.
"Artinya, ke depannya, bagaimana ekspektasi hasil tindakan/pengobatan," imbuh dia.
Sebab, banyak istilah latin yang dipergunakan agar semua dokter di dunia ini memiliki pemahaman yang sama.
Dengan demikian, kelima skill ini (tidak hanya pengetahuan) yang harus dimiliki oleh sang dokter.
Mustahil diperingkas pasien dengan membaca Google atau menonton YouTube baru kemudian mendiagnosis sendiri masalah kesehatan yang tengah dialami.
"Bisa dibayangkan, bahayanya klaim kesehatan diri atau merasa diri sehat hanya karena rajin berolahraga dan makan sehat (tapi masih curi-curi waktu untuk konsumsi makanan instan)," tambah dia.
Baca juga: Song Yingjie, Dokter di China Meninggal Diduga akibat Kelelahan Tangani Virus Corona
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.