Berawal dari Teheran, Pasukan Quds telah mengembangkan jaringannya dengan pasukan-pasukan bersenjata lain di Afghanistan, Irak, Lebanon, Suriah, dan wilayah Palestina.
Presiden George W. Bush mengatakan, Pasukan Quds berkoordinasi dengan militan Syiah untuk memasang bom dan membunuh pasukan AS di Irak.
Menurut CFR, baru-baru ini, anggota-anggota Pasukan Quds pun telah menjadi penasihat militer untuk pasukan yang setia kepada Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Setelah kelompok militan negara Islam mengumpulkan kekuatan, baik di Suriah maupun Irak, pasukan Quds juga membantu memobilisasi dan memimpin puluhan ribu anggota milisi Syiah melawan kelompok teror.
Mengutip NBC News, Watling mengatakan bahwa anggota Pasukan Quds diperkirakan berjumlah sekitar 17.000 hingga 21.000 orang.
Anggota ini terbagi menjadi tentara brigadir regional.
Namun, jumlah tersebut sangat tidak jelas. Sebab, pasukan Quds dapat menarik lebih banyak orang dari korps Garda yang lebih luas dan tokoh-tokoh utama lainnya.
Oleh karena itu, jumlah anggota Pasukan Quds sendiri menjadi sulit untuk diprediksi.
"Mereka dapat berasal dari manapun saat mereka direkrut pada misi tertentu," ungkap Watling sebagaimana dikutip NBC News.
Baca juga: Pesawat Boeing 737 Jatuh di Iran, 170 Orang Tewas
Melansir The Independent, kematian Soleimani tidak akan secara signifikan berpengaruh terhadap kekuatan dan kemampuan dari pasukan Garda Revolusi Iran yang memiliki struktur sangat kompleks.
Hal serupa juga disampaikan oleh Dr. Aniseh Bassiri Tabrizi, peneliti dari Royal United Services Institute sebagaimana diberitakan NBC News.
"Kematiannya (Qasem Soleimani) tidak akan begitu mengganggu kapabilitas operasional Iran," ungkap Tabrizi.
Menurut Tabrizi, pasukan Quds ataupun Garda Revolusi Iran secara umum akan terus melanjutkan strategi sebelumnya dalam beberapa hal.
Iran pun bertindak cepat untuk menunjuk pengganti Soleimani, yaitu Esmail Ghaani.
"Salah satu hal yang menjadi keunggulan istimewa Soleimani adalah kemampuannya dalam mengatur dan menjaga hubungan. Kepribadiannya adalah sesuatu yang penting dalam hal ini. Jadi, ketika Soleimani pergi, pergantian yang dilakukan mungkin tidak akan mengembalikan karisma yang ia miliki pada orang lain," kata Profesor Stephen Biddel dari CFR sebagaimana dikutip NBC News.
Baca juga: Pemimpin Tertinggi Iran kepada AS: Jika Kalian Memukul, Kalian Akan Dipukul Balik
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.