KOMPAS.com - Sebagian warga Jakarta yang tempat tinggalnya terendam banjir terpaksa meninggalkan rumah untuk sementara waktu dan tinggal di pengungsian.
Warga yang tinggal di pengungsian harus menjalani hari-hari di tengah keterbatasan, termasuk soal asupan.
Meski demikian, Ahli Gizi Dr. dr. Tan Shot Yen M.Hum, mengingatkan, para pengungsi harus tetap mengonsumsi makanan-makanan yang memenuhi kebutuhan gizi harian.
Terutama bagi bayi, balita, dan ibu menyusui.
Formula dan mie instan yang selama ini identik dengan makanan darurat di pengungsian, sebisa mungkin diminimalisasi pemberiannya kepada ibu menyusui atau balita.
"Pemda setempat wajib mendirikan posko ramah anak dan ibu menyusui," ujar dr. Tan, Rabu (1/1/2020).
Posko itu diharapkan dapat menyediakan konsumsi yang bergizi bagi ibu dan anak, tidak hanya mengandalkan makanan instan atau formula karena berisiko bagi bayi.
"Memberi (susu) formula pada bayi di saat bencana berisiko diare dan kematian," kata dr. Tan.
Baca juga: Rawan Diare Pasca-banjir, Menkes Imbau Pengungsi Biasakan Cuci Tangan
Saat kondisi darurat, anak-anak rentan terhadap penyakit, terutama diare.
Kaitannya dengan hal ini, ASI mengandung antibodi yang dapat melawan penyakit, termasuk diare pada anak.
Selain itu, pemberian ASI lebih terjamin karena bersumber langsung dari Ibu.
Oleh karena itu, asupan gizi pada ibu menyusui juga harus diperhatikan agar menghasilkan ASI yang berkualitas.
Sementara, untuk baduta yang sudah mengonsumsi makanan pendamping ASI, sebisa mungkin mendapatkan jenis makanan yang sesuai dengan usia dan kemampuannya.
Misalnya, bayi usia 6-9 bulan mengonsumsi makanan lembut yang disaring; 9-12 bulan makanan yang dicincang-cincang atau iris-iris, dan 12-24 makanan yang dimasak seperti biasa layaknya dikonsumsi orang dewasa.
"Makanan bayi dan anak tidak bisa disamapersiskan seperti dewasa," ujar dr. Tan.
Baca juga: Banjir Jakarta, Listrik di 322 Wilayah Jabodetabek Masih Padam