Demo yang tak kunjung berhenti ini memaksa Perdana Menteri Irak Adel Abdel Mahdi untuk mengundurkan diri pada akhir November lalu.
Sementara itu, Presiden Salih juga memutuskan untuk mengundurkan diri setelah menolak kandidat perdana menteri baru pengganti Adel.
Menurutnya, ia lebih baik memilih mundur dibandingkan menugaskan seseorang yang ditolak oleh demonstran.
Baca juga: Tolak Nominasikan Perdana Menteri, Presiden Irak Mengundurkan Diri
Pada pertengahan Oktober 2019, aksi protes besar-besaran juga terjadi di seantero wilayah Lebanon.
Aksi tersebut dipicu oleh rencana pemerintah yang akan mengenakan pajak baru untuk penggunaan aplikasi WhatsApp.
Ratusan ribu orang turun ke jalan di penjuru kota untuk melampiaskan amarah mereka kepada para politisi yang dianggap korup dan salah mengurus negara, sehingga terjadi masalah ekonomi serius.
Setelah 13 hari aksi tak kunjung berhenti, Perdana Menteri Lebanon Saad Hariri memutuskan untuk mengundurkan diri.
Baca juga: Aksi Protes Berlangsung 13 Hari, PM Lebanon Mengundurkan Diri
Pada pertengahan November 2019 lalu, aksi demo besar juga terjadi di Iran.
Protes tersebut terjadi setelah pemerintah memutuskan untuk menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di tengah ekonomi negara yang mengalami penurunan.
Presiden Hassan Rouhani mengatakan, dia berjanji bakal menggunakan dana dari kenaikan harga BBM untuk membantu keluarga dengan ekonomi rendah.
Namun, keputusan tersebut menuai kemarahan rakyat Iran.
Nilai tukar mata uang Iran, Riyal, terjun dengan perbandingan 123.000 per 1 dollar AS.
Organisasi Amnesty Internasional menyatakan, setidaknya 106 orang meninggal dalam aksi demo tersebut.
Untuk mengantisipasi adanya provokasi, pihak pemerintah telah mematikan layanan internet di seluruh Iran agar pengunjuk rasa tidak membagikan video atau foto kerusuhan.
Baca juga: Demonstrasi Kenaikan Harga BBM di Iran, 106 Orang Tewas
Aksi protes di Chile berlangsung sejak Oktober 2019 lalu. Pemicunya adalah kenaikan tarif transportasi umum.
Namun, isu tersebut meluas dengan menyasar isu sosial, ekonomi, dana hari tua, dan korupsi pemerintah.
Beberapa layanan publik tak luput dari amarah demonstran, seperti Gereja Katolik Roma dan sebuah kampus.
Aksi yang sarat kekerasan itu dihalau polisi dengan water cannon dan peluru karet. Setidaknya terdapat 20 orang tewas dan 2.500 terluka sejak protes pecah.
Baca juga: Demonstrasi di Chile, Kampus Dibakar dan Gereja Dijarah
(Sumber: Kompas.com/ Ardi Priyatno Utomo | Editor: Ardi Priyatno Utomo, Nibras Nada Nailufar)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.