Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kaleidoskop 2019: Demo Besar-besaran di Berbagai Negara

Kompas.com - 31/12/2019, 14:55 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Virdita Rizki Ratriani

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tahun 2019 diwarnai sejumlah aksi demo besar-besaran di berbagai negara.

Demo tersebut dilatarbelakangi oleh berbagai motif, seperti kebijakan pemerintah dan kondisi perekonomian di dalam negeri.

Tak jarang, sejumlah demo itu juga mengakibatkan ratusan orang terbunuh. 

Berikut 5 demo besar di dunia yang berlangsung sepanjang tahun 2019:

1. Demo Hong Kong

Salah satu demo yang menyedot perhatian dunia adalah demo besar di Hong Kong pada pertengahan 2019. 

Demo ini berlangsung selama enam bulan sejak  Juni 2019.

Aksi protes tersebut bermula ketika jutaan orang diklaim turun ke jalan usai Pemimpin Eksekutif Hong Kong, Carrie Lam memperkenalkan Undang-Undang Ekstradisi.

Kalangan oposisi atau pun publik khawatir UU tersebut akan memperkuat pengaruh China di Hong Kong. Sejak saat itu, aksi protes terus berlangsung dan tak jarang terjadi bentrok antara polisi dengan pendemo.

Pada bulan Oktober 2019, Carrie Lam mengumumkan akan mencabut UU Ekstradisi itu. Namun, hal itu tak menyurutkan gelombang protes.

Tercatat lebih dari 6 ribu orang ditahan pihak kemanan. Pendemo pun mengklaim bahwa polisi menggunakan kekerasan untuk menangkap mereka.

Beberapa kali juga muncul rekaman video di media sosial yang menunjukkan penegak hukum menembak demonstran menggunakan peluru tajam.  

Baca juga: Usai Bandara dan Mal, Demo Hong Kong Kini Menyasar Gerai Starbucks

2. Demo Irak

Selain Hong Kong, sejak Oktober 2019, demo besar juga terjadi di Negeri Seribu Satu Malam, Irak.

Aksi protes tersebut dipicu oleh tingginya angka pengangguran, korupsi di tubuh pemerintahan, dan buruknya pelayanan publik.

Hingga saat ini, lebih dari 450 demonstran meninggal dunia dan 25 ribu lainnya mengalami luka-luka.

Demo yang tak kunjung berhenti ini memaksa Perdana Menteri Irak Adel Abdel Mahdi untuk mengundurkan diri pada akhir November lalu.

Sementara itu, Presiden Salih juga memutuskan untuk mengundurkan diri setelah menolak kandidat perdana menteri baru pengganti Adel.

Menurutnya, ia lebih baik memilih mundur dibandingkan menugaskan seseorang yang ditolak oleh demonstran.

Baca juga: Tolak Nominasikan Perdana Menteri, Presiden Irak Mengundurkan Diri

3. Demo Lebanon

Pada pertengahan Oktober 2019, aksi protes besar-besaran juga terjadi di seantero wilayah Lebanon.

Aksi tersebut dipicu oleh rencana pemerintah yang akan mengenakan pajak baru untuk penggunaan aplikasi WhatsApp.

Ratusan ribu orang turun ke jalan di penjuru kota untuk melampiaskan amarah mereka kepada para politisi yang dianggap korup dan salah mengurus negara, sehingga terjadi masalah ekonomi serius.

Setelah 13 hari aksi tak kunjung berhenti, Perdana Menteri Lebanon Saad Hariri memutuskan untuk mengundurkan diri.

Baca juga: Aksi Protes Berlangsung 13 Hari, PM Lebanon Mengundurkan Diri

4. Demo Iran

Pada pertengahan November 2019 lalu, aksi demo besar juga terjadi di Iran.

Protes tersebut terjadi setelah pemerintah memutuskan untuk menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di tengah ekonomi negara yang mengalami penurunan.

Presiden Hassan Rouhani mengatakan, dia berjanji bakal menggunakan dana dari kenaikan harga BBM untuk membantu keluarga dengan ekonomi rendah.

Namun, keputusan tersebut menuai kemarahan rakyat Iran.

Nilai tukar mata uang Iran, Riyal, terjun dengan perbandingan 123.000 per 1 dollar AS.

Organisasi Amnesty Internasional menyatakan, setidaknya 106 orang meninggal dalam aksi demo tersebut.

Untuk mengantisipasi adanya provokasi, pihak pemerintah telah mematikan layanan internet di seluruh Iran agar pengunjuk rasa tidak membagikan video atau foto kerusuhan.

Baca juga: Demonstrasi Kenaikan Harga BBM di Iran, 106 Orang Tewas

5. Demo Chile

Aksi protes di Chile berlangsung sejak Oktober 2019 lalu. Pemicunya adalah kenaikan tarif transportasi umum. 

Namun, isu tersebut meluas dengan menyasar isu sosial, ekonomi, dana hari tua, dan korupsi pemerintah.

Beberapa layanan publik tak luput dari amarah demonstran, seperti Gereja Katolik Roma dan sebuah kampus.

Aksi yang sarat kekerasan itu dihalau polisi dengan water cannon dan peluru karet. Setidaknya terdapat 20 orang tewas dan 2.500 terluka sejak protes pecah.

Baca juga: Demonstrasi di Chile, Kampus Dibakar dan Gereja Dijarah

(Sumber: Kompas.com/ Ardi Priyatno Utomo | Editor: Ardi Priyatno Utomo, Nibras Nada Nailufar)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com