Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penusukan Wiranto Terjadi di Pandeglang, Ini Kata BNPT...

Kompas.com - 12/10/2019, 05:50 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komisaris Jenderal Polisi Suhardi Alius mengatakan, aksi teror yang terjadi di Pandeglang merupakan yang pertama.

Menurutnya, dari 50 kabupaten/kota di seluruh Jawa, persentase Pandeglang dalam kategori penyumbang angka terorisme termasuk sangat kecil.

"Nah supply ini dipengaruhi tiga faktor. Pertama, karena terpapar ideologi radikal, malah di Pandeglang selama ini enggak ada catatan itu," kata Suhardi kepada Kompas.com, Jumat (11/10/2019).

"Tapi kan ada napi dan eks napi teroris di situ cukup besar, tapi enggak ada kaitannya dengan masalah ini dan belum pernah terjadi," sambungnya.

Dengan adanya kasus ini, maka Pandeglang akan menjadi perhatian pemerintah dalam hal radikalisme.

Suhardi menyebutkan bahwa faktor lain yang mempengaruhi terjadinya aksi teror tersebut adalah faktor pendorong masalah radikalisme.

"Apa itu? Contohnya adalah gini rasio, bagaimana kemiskinan dan sebagainya. Itu kan persentasenya agak besar itu, sekitar 40 persen," ujar dia.

"Ada faktor-faktor lainnya, seperti menjadi daerah konflik, tapi kecil," lanjutnya.

Namun, tidak adanya faktor yang mengurangi radikalisme di Pandeglang juga menjadi catatan penting bagi BNPT.

Baca juga: Evolusi Aksi Terorisme, dari Tempat Ibadah hingga Aksi Penusukan Wiranto

Potensi radikalisme

Menurut Suhardi, organisasi atau aktivitas-aktivitas kemasyarakatan yang anti radikal jumlahnya sangat kecil.

"Ini nanti akan kita sampaikan pada FKPT kita di Banten atau di Pandeglang sini," kata Suhardi.

Organisasi atau aktivitas anti radikal itu akan membantu dalam mengurangi potensi radikalisme.

Terkait dengan pelaku aksi teror, Suhardi menegaskan bahwa pihaknya akan terus mendalaminya.

Ia juga mengingatkan bahwa aksi teror tersebut menunjukkan radikalisme di Indonesia masih ada.

"Artinya memang paham-paham semacam ini masih ada," tutupnya.

Seperti diketahui bahwa Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Kemanan (Menko Polhukam) Wiranto menjadi korban penusukan oleh seseorang yang diduga terkait dengan jaringan JAD pada Kamis (10/10/2019).

Insiden tersebut terjadi di tengah kunjungannya ke Banten, tak lama setelah meresmikan Gedung Kuliah Bersama di Universitas Mathla'ul Anwar, Pandeglang, Banten.

Akibatnya, Wiranto mengalami dua luka tusuk pada perut sebelah kiri dan menjalani perawatan di RSPAD Gatot Soebroto, jakarta.

Baca juga: Mengapa Pelaku Gunakan Kunai untuk Serang Wiranto?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Keluarga Pegawai Dapat Diskon Tiket Kereta 50 Persen, KAI: Seumur Hidup

Keluarga Pegawai Dapat Diskon Tiket Kereta 50 Persen, KAI: Seumur Hidup

Tren
Update Kasus Korupsi Timah, Eks Dirjen Minerba Tersangka, Kerugian Naik Jadi Rp 300 T

Update Kasus Korupsi Timah, Eks Dirjen Minerba Tersangka, Kerugian Naik Jadi Rp 300 T

Tren
Polisi: Mayat di Toren Air Warga Pondok Aren merupakan Bandar Narkoba

Polisi: Mayat di Toren Air Warga Pondok Aren merupakan Bandar Narkoba

Tren
Ini Kata Jokowi dan Kejagung soal Anggota Densus 88 Kuntit Jampidsus

Ini Kata Jokowi dan Kejagung soal Anggota Densus 88 Kuntit Jampidsus

Tren
Israel Serang Rafah, Erdogan Sumpahi Netanyahu Bernasib seperti Hitler

Israel Serang Rafah, Erdogan Sumpahi Netanyahu Bernasib seperti Hitler

Tren
Pekerja Sudah Punya Rumah atau Ambil KPR, Masih Kena Potongan Tapera?

Pekerja Sudah Punya Rumah atau Ambil KPR, Masih Kena Potongan Tapera?

Tren
Bayi Tertabrak Fortuner di Sidoarjo, Apakah Orangtua Berpeluang Dipidana?

Bayi Tertabrak Fortuner di Sidoarjo, Apakah Orangtua Berpeluang Dipidana?

Tren
IKD Jadi Kunci Akses 9 Layanan Publik per Oktober, Bagaimana Nasib yang Belum Aktivasi?

IKD Jadi Kunci Akses 9 Layanan Publik per Oktober, Bagaimana Nasib yang Belum Aktivasi?

Tren
Bisakah Perjanjian Pranikah Atur Perselingkuhan Tanpa Pisah Harta?

Bisakah Perjanjian Pranikah Atur Perselingkuhan Tanpa Pisah Harta?

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 30-31 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 30-31 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Ini yang Terjadi jika Tidak Memadankan NIK dan NPWP | La Nina Muncul Juni, Apa Dampaknya bagi Indonesia?

[POPULER TREN] Ini yang Terjadi jika Tidak Memadankan NIK dan NPWP | La Nina Muncul Juni, Apa Dampaknya bagi Indonesia?

Tren
Misteri Mayat Dalam Toren di Tangsel, Warga Mengaku Dengar Keributan

Misteri Mayat Dalam Toren di Tangsel, Warga Mengaku Dengar Keributan

Tren
China Blokir “Influencer” yang Hobi Pamer Harta, Tekan Materialisme di Kalangan Remaja

China Blokir “Influencer” yang Hobi Pamer Harta, Tekan Materialisme di Kalangan Remaja

Tren
Poin-poin Draf Revisi UU Polri yang Disorot, Tambah Masa Jabatan dan Wewenang

Poin-poin Draf Revisi UU Polri yang Disorot, Tambah Masa Jabatan dan Wewenang

Tren
Simulasi Hitungan Gaji Rp 2,5 Juta Setelah Dipotong Iuran Wajib Termasuk Tapera

Simulasi Hitungan Gaji Rp 2,5 Juta Setelah Dipotong Iuran Wajib Termasuk Tapera

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com